Chapter 3

0 1 0
                                    

Seorang perempuan berwajah cantik memiliki rambut bergelombang panjang sebahu dan jangan lupakan lesung pipi yang menambah kesan manis di wajahnya. Perempuan itu berjalan memasuki café dengan percaya diri dan menanyakan pada karyawan dimana pemilik café berada dan betapa terkejutnya Bima melihat perempuan yang sangat dirindukannya selama tiga tahun tanpa kabar.

“Lara,” ucap laki-laki yang sedang duduk di tempatnya dengan pakaian santai rambut disisir rapi, mmeiliki kulit tan, serta senyuman yang menyejukkan siapa lagi kalau bukan Bima seorang pemilik Café yang di datangi oleh Lara saat ini.

“Hai Bima,” sapanya dengan sangat antusias dan melangkahkan kaki mendekati Bima, duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Bima dan meja yang menjadi pembatas antara keduanya.

“Kenapa kamu tahu aku ada disini?” tanya Bima tampak kaget karena selama tiga tahun ia tidak pernah memberi tahu apapun pada Lara, bagaimana mau memberi tahu mereka berdua saja hilang kontak.

“Ayahku yang mengatakannya,” jawab Lara dengan santai. Ayah Lara adalah seorang CEO perusahaan fashion dan juga pemilik beberapa restoran serta café yang sudah terkenal, jadi tentu saja ayah Lara tahu pasti bagaimana perkembangan Bima selama Lara pergi tanpa kabar.

“Kapan kamu kembali?” pertanyaan yang sangat ingin Bima ketahui karena Lara pergi dengan seenaknya dan datang seenaknya pula.

“Kemarin,” jawabnya santai dengan memainkan kuku-kuku jarinya.

“Aku tahu semuanya jadi tidak perlu di jelaskan. Kita belum memutuskan hubungan jadi aku masih menjadi kekasihmu. Kapan dia pulang?” penjelasan yang membuat Bima tambah kaget dan diam seketika.

“Dia baru seminggu berangkat, sekitar enam bulan lagi dia akan pulang,” jawabnya pasti karena itu adalah informasi yang akurat dari Zefannya langsung.

Percakapan mereka berlanjut dalam mengobati rasa rindu selama tiga tahun tidak pernah mengetahui kabar masing-masing, banyak hal yang diceritakan baik itu bagaimana Lara tinggal Amerika, keseharian Lara begitupun Juga Bima, dan jangan lupakan Bima turut serta bagaimana Zefannya menemani Bima selama Lara pergi, itu cukup membuat Lara membenci Zefannya karena bagaimanapun Bima masih miliknya. Bahkan jangan lupakan bagaimana mereka berdua bernostalgia tentang perjalanan cinta mereka dimana keduanya adalah cinta pertama masing-masing.

Dari percakapan itu terus berlanjut hingga mereka menjadi dekat kembali layaknya sepasang kekasih pada umumnya, hanya saja Bima menolak untuk memperkenalkan kembali Lara pada keluarganya, meskipun Lara selalu memaksa, itu karena keluarga Bima dari awal tidak pernah setuju dan saat Lara pergi kemudian Zefannya datang keluarga Bima menyambut Zefannya antusias itu tentu saja sangat berbanding terbalik saat Lara di perkenalkan ke keluarganya.

Keluarga Bima tidak setuju jika Bima berhubungan kembali dengan Lara, karena Lara cenderung memiliki sikap yang seenaknya, manja karena menjadi anak tunggal atau bahkan kurangnya sopan santun karena Lara terlahir dari keluarga yang serba ada, selain itu ayahnya Lara selalu menekan ayah Bima agar ayah Bima mau menjual perusahaanya atau menjalin kerjasama pada ayah Lara. Sayangnya ayah Bima tidak mau dan tahu bahwa ayah Lara adalah pebisnis yang licik. Keserakahan kekuasaan, kata itulah yang keuarga Bima sematkan pada keluarga Lara.

Berbeda pada keluarga Zefannya, karena Zefannya terlahir dari keluarga yang bisa dibilang cukup, karena ayahnya seorang dokter dan ibunya seorang dosen, kakanya hanya sebagai pegawai swasta. Tidak ada bisnis apapun yang keluarga Zefannya lakukan, hanya penghasilan dari pekerjaan itu yang mereka miliki.

Selama enam bulan itulah Zefannya pergi dan selama itu pula Bima Antares dan Lara Lovandra menjalin hubungannya kembali.

***

LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang