O5.

1K 138 5
                                    

Jeno meremang, masih tak bergeming dari tempatnya sama sekali. Sedangkan disatu sisi Jaemin masih saja mengendus dan menciumi leher Jeno yang tak memberi perlawanan akan tindakannya.

"J-jaemin.. hentikan." lirihan Jeno terdengar setelah 2 menit dengan posisi yang sama berlalu, ia baru tersadar jika mungkin saja akan ada orang yang memandang keduanya aneh.

"Mhm?" Jaemin masih saja tak mengubris Jeno yang mana membuat Jeno naik pitam.

Jeno membalikan badannya tergesa, berusaha mengontrol nafasnya yang berdegup kencang dan terlepas dari pemuda Na ini.

"H–hentikan sialan!"

Jaemin melipat tangannya didada, berbalik  memandang Jeno yang berada dihadapannya dengan malas. "Bilang saja kau cukup menyukainya, lihatlah rona yang tak kontras pada pipi mu itu."

Baiklah wajah Jeno memang merona, tapi itu karena Jeno malu. Jeno menyukai tindakan si Jaemin mesum ini? hell no!

"Apa?! aku tak menyukainya, ini memalukan!" emosi Jeno menggebu-gebu dengan dadanya yang terlihat naik turun tak beraturan.

"Terserahlah, tapi kau mencoba kabur dariku!" nah sekarang keduanya terbakar amarah.

"Aku? tidak. kau mengizinkan ku pergi begitu saja." Jeno mengelak, faktanya Jaemin memang membiarkan ia pergi tadi.

"Kau iya! jika saja.."

Demi tuhan kesabaran Jeno sudah di ambang batas. Tak memperdulikan Jaemin yang masih berceloteh, jika saja kaki nya tidak sakit mungkin saja dirinya sudah menendang kaki Jaemin sekeras mungkin dan meninggalkannya.

"..kau akan kabur lagi." Jaemin menyelesaikan perkataan panjang lebar nya yang tak digubris Jeno sama sekali.

"Kau sudah selesai? cepatlah aku tak punya banyak waktu." Jeno menubrukan tubuhnya ke arah Jaemin tiba-tiba, membuat pemuda itu hampir terjatuh karena tidak siap dengan beban yang akan ia timpa. Sedangkan Jeno ia tak peduli  dengan memasang wajah tak bersalahnya.

"Hei bilang-bilang dulu kalau kau ingin menjatuhkan tubuhmu yang berat ini!" Jaemin berdecak kesal sembari menahan punggung Jeno kesusahan.

Coret jika Jeno itu ringan, anak ini lumayan berat menurut Jaemin.

"Kau yang ada keperluan denganku, jadi kenapa aku harus susah-susah berjalan?"

Setelah mendengar tuturan Jeno, Jaemin langsung saja memunggungi Jeno dan merendahkan tubuhnya sendiri, dengan tangan nya yang tak lepas menyanga tubuh Jeno yang akan dibawanya.

"Naiklah." dahi Jeno mengerinyit mendengar perintah Jaemin.

"Apa yang–" dengan tergesa Jaemin menarik tangan Jeno dan di kalungkan pada lehernya. Tak lama kemudian dirinya beranjak berdiri, membuat Jeno yang sekarang berada di gendongannya tersentak kaget memukul pundak Jaemin keras.

"Kau terlalu lambat, Jen." ujarnya. Jeno tak melayangkan protes sama sekali, dirinya memilih untuk diam dengan mulut yang mengerucut sebal. Mungkin saja jika seseorang melihatnya akan merasa gemas.

"Nah sekarang duduklah dengan nyaman tuan muda." Jaemin perlahan menurunkan Jeno yang berada di gendongannya setelah mencapai mobil, pemuda itu nampak mendengus kesal ketika dirinya dipanggil dengan embel-embel 'tuan muda'.

Tepat setelah menaruh Jeno pada depan jok disamping supir, Jaemin menutup pintu disusul oleh dirinya yang masuk untuk mengemudikan kendaraan roda empat ini.

Di sepanjang perjalanan hanya ada hening belaka, keduanya memilih fokus pada pemikirannya sendiri-sendiri daripada berbicara pada orang yang berada tepat disampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Champagne . Jaemjen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang