F

89 22 1
                                    

      Eliza menyeret kedua kopernya pergi setelah mengembalikan barang-barang yang Eliza asli beli dengan uang keluarga ini.

Dia menyetop taksi yang beruntungnya lewat didepan rumah Eliza asli, Ck dia bahkan enggan menyebut rumah-nya.

Karena pada aslinya, dia memang orang asing yang beruntung hidup kembali ditubuh Eliza.

Setelah memasukkan semua barangnya, dibantu mang Danu. Eliza menaiki taksinya.

"Mau kemana mbak?" Tanya si supir taksi.

Eliza yang sedang membaca pesan dari dokter Arga pun langsung mendongak.
"Apartemen Harmoni ya pak." Jawab Eliza yang langsung diangguki si supir taksi.

Tak lama taksi itu berjalan, pemandangan tersebut tak luput dari perhatian seorang laki-laki yang tak lain adalah Arsean. Dia mengikuti Eliza keluar karena dia ingin melihat apakah gadis itu benar-benar pergi dari rumah.

"Sean, Eliza beneran pergi?" Tanya Tania, dia benar-benar berusaha terlihat sedih. Dia menekan rasa senangnya sedalam mungkin agar tak terlihat dia senang saat Eliza pergi, karena memang itu kenyataan nya.

Arsean menoleh kesamping, disana Tania berada. Dia menghadap kedepan dengan tatapan kosong.
"Ini semua gara-gara aku ya?" Tanya Tania dengan suara lirih.

Arsean langsung menggeleng.
"Ini bukan salah kamu, dia pergi karena keinginan sendiri. Jadi kamu gak perlu salahin diri kamu Tania, karena kamu gak salah." Ucap Arsean mencoba memberi pengertian, dia tak ingin Tania. Gadis yang disukainya merasa bersalah untuk hal yang tidak dia lakukan.

Memang seperti itu, mau se-janggal apapun kelakuan Tania. Arsean tak bisa merasakan nya, dia sudah terlalu jatuh digenggaman Tania.

Sedangkan Deo yang berada dibelakang dua sejoli itu, entah kenapa merasa aneh.

.

"Kamu sudah sampai?"

Suara berat seorang pria itu membuat Eliza yang sedang melihat-lihat keadaan apartemen barunya langsung tersadar.

"Udah dok, dekornya sesuai sama selera saya. Udah cocok nih dokter Arga jadi suami saya, pengertian hehe." Goda Eliza dan kali ini Dokter Arga, menanggap itu hanya sebuah candaan. Jadi dia tak harus terbawa perasaan seperti tadi.

"Bagus kalo begitu, saya sebenarnya takut itu gak sesuai sama keinginan kamu. Jadi saya pilihkan yang menurut saya bagus." Dokter Arga memberi alasan yang langsung disambut ucapan terima kasih dari Eliza.

Obrolan mereka hanya berlangsung sebentar, selain Eliza ingin menjemput adiknya. Dokter Arga juga harus mengecek beberapa pasiennya.

Eliza menatap jam yang berada di hiasan rak tak jauh dari ruang tamu.

Jam 10, berarti satu jam lagi. Arsen akan pulang, Eliza senang bukan main. Dia tak sabar mengajak Arsen kesini dan menjelaskan tempat-tempat baru mereka kepada adik nya itu.

Adik? Ya, Mad sudah menerima takdir. Walaupun dia kini berada ditubuh orang lain, dengan nama lain dan latar belakang yang lain pula. Tapi Mad tak ingin menghilangkan sosok dirinya yang sebenarnya, biarlah dia dianggap orang lain. Asal dirinya tetap dirinya, sifatnya tetap sifatnya, dia tak akan meniru. Jika pun iya, itu hanya untuk alat balas dendam.

Eliza menyeret kopernya, dia mendekati salah satu pintu disana. Saat dibuka, ternyata itu kamar. Sesuai dugaannya, dia menatap kamar itu. Luas dengan cat berwarna biru tua, Eliza suka dengan kamar ini.

Dia masuk kedalam, menaruh koper miliknya tanpa menyusunnya karena dia belum memiliki waktu yang cukup, setelah itu dia kembali keluar.

Menyeret koper kecil berwarna merah, Eliza membuka kamar samping, tepat di samping kamarnya. Kamar yang tak kalah luas dari kamar tadi, dia menyalakan lampu karena gelap. Ditambah korden berwarna putih yang menutup jendela, itu berhadapan langsung dengan apartemen sebelah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dangerous GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang