Chapter 3

8 1 0
                                    

Siang ini adalah siang yang paling membosankan bagi Yava. Setelah jam makan siang masih ada dua jam pelajaran lagi dan pelajarannya adalah Sejarah Indonesia. Matanya sudah tidak bisa menahan kantuk karena mendengar penjelasan yang dia tidak akan mengerti. Ah satu lagi, kenapa pula di jurusan IPA masih ada pelajaran sejarahnya. Yava pun memilih bolos di jam pelajaran terakhir ini dan pergi untuk berkeliling sekolah.

Setelah ijin ke toilet sebagai alasan agar Ia bisa keluar kelas, Yava melangkahkan kakinya menuju ke taman belakang sekolah. Ia belum sepenuhnya menjelajahi tempat itu, ternyata terdapat sebuah danau mini terletak di tengah taman, pohon-pohon rindang menambah kesan sejuk dan asri membuat Yava merasa nyaman. Yava memilih duduk di salah satu bangku dan bersandar di batang pohon yang paling besar. Mencoba memejamkan mata menikmati semilir angin di siang hari.

"Baru hari pertama udah belajar bolos." Sebuah suara dari belakang pohon membuat Yava mengerjapkan matanya lalu menoleh. Batang pohon yang besar membuat Yava tidak bisa melihat sosok yang bersuara.

"Bukan urusan lo juga kalo gue bolos." Balas Yava lalu memejamkan mata lagi. Masa bodo dengan siapa Ia berbicara.

"Cantik-cantik ga boleh galak."

"Justru karena gue cantik makanya harus galak!" Ucap Yava

Lelaki yang berada di balik pohon itu mengangkat sudut bibirnya tipis mendengar balasan Yava.

"Entar ga laku!"

"Sorry banget, Emang ga jualan."

Setelah mengucapkan kata terakhirnya, Yava merasakan sesuatu yang menyengat memasuki hidungnya membuat Ia terbatuk.

Uhukk uhukk

"Lo apa-apaan sih!"

Kali ini Yava benar-benar marah karena Ia tadi menghirup asap rokok yang sengaja di hembuskan ke arahnya, sedangkan sang pelaku hanya melemparkan senyum tidak berdosanya. Sekarang Elnath sudah duduk di sampingnya. Mereka berdua menempati bangku yang sama.

Oh ternyata Elnath.

"Lo tuh bego apa gimana sih! Resiko perokok pasif itu lebih berbahaya dari perokok aktif! Jauh-jauh lo dari gue!" Kesal Yava sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya berharap sisa asap rokok menghilang.

"Takut banget, orang sekali doang."

"Ya lo kalo ngerokok itu urusan lo, nyari penyakit ga usah ngajak-ngajak! Gue mah sayang diri sendiri."

Elnath lalu membuang rokok yang tersisa setengah batang itu ke tanah lalu menginjaknya agar bara apinya mati.

Cewek Bawel. Batin Elnath.

"Ngapain lo disini?" Tanya Elnath.

"Bolos"

"Kenapa bolosnya disini."

"Ngantuk banget gue di kelas. Gila aja sejarah indonesia di jam setelah makan siang, ga sanggup gue lagian disini sejuk juga."

"Ga takut dicariin?"

"Engga, bentar lagi juga pulang."

Hening beberapa saat. Yava yang memilih untuk menikmati suasana sejuk sedangkan Elnath yang memperhatikan Yava.

Cantik

Yava memang cantik. Kata orang cantik itu relatif. Elnath mengakui itu, semua cewek punya sisi cantiknya tersendiri. Bagi Elnath cantiknya Yava dari segi fisik sudah menarik perhatiannya, hidung kecil, mata biru seperti kristal yang menenangkan membawa rasa nyaman saat menatapnya, bibir tipis dengan lesung yang akan muncul saat Yava tersenyum menambah kesan manis. Gadis ini sungguh imut tapi sepertinya karakternya akan berbeda dari tampilan fisik yang girly ini.

Blue HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang