Kring... Kring... Kring....
Denting alarm berkali-kali terus memekik dari kamar Lily. Sementara mata Lily masih tidak berdelik dan hanya bersembunyi di balik selimut hingga menutupi wajahnya dengan bantal. Pagi itu teramat malas rasanya bagi Lily untuk beranjak dari tempat tidurnya padahal matahari sudah mentransfer kehangatannya dri balik tirai kamar Lily. Pikiran berkecamuk, tubuh lelah, dan wajah yang berantakan, tidak bisa diusir sebatas damainya suasana sinar surya yang terbit.
Tok! Tok! Tok! Sebuah suara ketukan pintu kamar Lily terdengar sangat keras. Entah siapa yang masih pagi sudah seperti orang kebakaran, Lily tetap tidak peduli. Namun, suara itu semakin keras dan denting alarm masih tidak mau berhenti sendiri. Sepertinya distrik Gangnam pagi itu seperti ingin meledak di kepala Lily. Ia pun akhirnya membuka selimut dan duduk di sebentar di atas kasurnya dengan muka bantal. Perlahan Lily menurunkan kakinya dan mulai melangkah bergerak ke arah meja lalu mematikan alarmnya. Lily terlihat sedikit menyeret kakinya untuk menopang tubuh kantuk yang lemas itu menuju pintu kamarnya. Dengan pelan Lily membuka pintu kamarnya dan menemuakan Pak Jek di depan kamar yang hampir saja mengetuk kepala Lily.
"Aduh... Lily! sudah jam berapa ini? Kok masih kayak singa rambutmu Ly? Kerja... kerja!" Omel Pak Jek selayaknya orang tua di rantauan.
"Hm, saya sudah mengundurkan diri duluan, Pak?" Jawab Lily yang masih setengah sadar.
"Hah? Sadar kamu Ly... Itu Manager Kim sedang menunggu di depan!" Kata Pak Jek sambil menggoyangkan tubuh Lily.
"Apa?!" Sontak Lily kaget dan matanya terbelalak.
"Aduh, gak ngerti saya. Spesial banget kamu, gak masuk kerja tapi langsung dijemput." Celetuk Pak Jek.
Lily mulai panik dan merapikan sedikit rambutnya yang seperti singa itu. Kemudian ia berlari ke arah jendela kamar untuk memantau halaman penginapan. Benar, ia melihat mobil hitam dan Manager Kim sedang menunggu lalu bersandar di mobil itu sambil sesekali menelik jam tangannya. Mungkin karena terlalu lama menunggu, Manager Kim bergerak masuk penginapan tersebut. Namun, langkahnya terhenti saat mendapat dering telepon dari Lily yang pada saai itu juga bergerak cepat untuk mengulur waktu.
"Hallo, Lily?" Tanpa basa-basi, Manager Kim langsung mengangkat telepon Lily. "Eum, kenapa kamu tidak masuk kantor?"
"Maaf, Ma'am. Bukannya surat pengunduran diri saya sudah Ma'am terima tadi malam?" Balas Lily.
"Oh ya? Kalau saya menolak dan masih ingin melihatmu di Big Hit, bagaimana?" Tanya Manager Kim kembali.
"Ma'am, tapi..." Ucapan Lily terputus.
"Saya tunggu di rooftop penginapan, mu, Ly. Ada yang ingin saya bicarakan." Kemudian Manager Kim segera menutup teleponnya.
Lily terduduk lemas di kamarnya tepat depan jendela. Dengan cepat ia segera bangkit dan mulai bersiap membersihkan diri sebentar, namun ia tidak melihat Pak Jek lagi di depan kamarnya itu, Lily pun tidak ambil pusing. Ia segera mencuci wajahnya dan menggosok gigi saja. Hampir lima belas menit berlalu, wajah Lily sudah tampak sedikit lebih baik dan ia mulai mengambil jaket hangatnya itu karena udara pagi di luar masih cukup dingin meskipun hangat mentari menyambut distrik Gangnam. Lily bergegas membuka pintu kamarnya lalu mengunci kamarnya.
Jika Lily ingin menuju rooftop, ia harus meniti anak tangga sebanyak 3 lantai dari kamarnya di lantai 2. Lily membuka langkahnya dan berlari meniti satu demi satu anak tangga. Lily berhenti sejenak di lantai 4 sembari menarik napasnya, kemudian ia melanjutkan kembali langkahnya dan sampai depan pintu rooftop. Lily pun segera membuka pintu rooftop dan seperti menemukan alam bebas. Angin kian berembus di wajahnya dan menyibak rambutnya itu, sementara awan masih tampak menggantung di langit biru Seoul. Mata Lily langsung tertuju pada punggung Lily dan Manager Kim yang sedang menunggu sembari menatap perumahan distrik Gangnam dari rooftop penginapan itu. Suara detakan kaki Lily mampu didengar Manager Kim dan Hwang Jun yang sedang menikmati pemandangan hingga mereka membalikkan tubuhnya dan mendapati Lily yang sedang berjalan di atas rooftop menuju arah mereka.
Manager Kim pun lekas menghampiri Lily dan Hwang Jun yang berjalan di belakang Manager Kim turut mengikuti langkah Manager Kim. Akhirnya, Lily dan Manager Kim pun saling berhadapan di atas rooftop penginapan itu. Tatapan mata Manager Kim kepada Lily cukup tajam dan serius sambil melipat kedua tangannya dengan elegan.
"Hwang Jun?" Gumam Lily yang sedikit heran dengan keberadaan Hwang Jun.
"Hm,Lily, berapa umur kamu sekarang?" Tanya Manager Kim.
"24 tahun, Ma'am." Jawab Lily
"Usia yang cukup muda untuk menjadi mahasiswa S2 di K'ARTS, lalu kenapa kamu mengundurkan diri di Big Hit? Sementara itu penting untuk jenjang karirmu dan mendukung tesis kamu di kemudian hari?" Kata Manager Kim panjang lebar.
Lily menarik napasnya sejenak."Maaf sebelumnya Ma'am, setelah apa yang saya lakukan dan sikap saya yang kurang pantas, sudah seharusnya saya mengundurkan diri daripada saya menjalankan dengan rasa tidak nyaman." Raut wajah Lily mulai serius.
"Ly, saya akan beri kamu waktu untuk berpikir lagi, bisa? Belum pernah loh saya memohon seperti ini." Balas Manager Kim.
"Eum," Lily masih bergumam.
"Bagaimana? Kamu bisa kembali ke kamarmu terlebih dahulu." Tegas Manager Kim sambil memegang kedua pundak Lily.
Lily diam sejenak sambil menatap kedua mata Manager Kim. Kemudian, ia pun mengangguk dan mulai membalikkan tubuhnya untuk ke kamar kembali setelah tangan Manager Kim lepas dari pundaknya. Lily kembali dengan wajah pasrah dan wajah lemas. Namun, suara dari pintu rooftop yang terbuka mengalihkan pandangan Lily dan mengagetkannya.
"Surprise!!! Saengil Cukae, uri Lily!" Ucap Pak Jek dan Yon Ae.
Raut wajah Lily tampak kaget dan ia mengira seperti mimpi. Matanya tertuju pada tangan Pak Jek yang tengah menopang tumpeng dan speaker bluetooth kesayangannya itu. Sementara Yon Ae tengah memegang cake ulang tahun dan beberapa ikat balon. Lily membalikkan tubuhnya kembali ke arah Manager Kim dan Hwang Jun, diiringi lagu Happy Birthday oleh Verbal Jint. Ia melihat kali pertama Manager Kim mengukir senyuman kepadanya dan Hwang Jun tengah mengeluarkan sebuah kado dari saku jasnya.
"Ini... ada apa?" Kata Lily dengan lirih dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Happy birthday, Lily. May all your dreams come true." Ucap Manager Kim.
"Saengil Cukae uri Chinguyaaa!" Hwang Jun mengucapkan dengan girang sambil memberikan kado itu kepada Lily. "Ini ada kado dari aku dan Manager Kim, semoga bisa bermanfaat, ya, Ly."
"Ehhh, ayo ayo ayo kita foto-foto dulu, itu ada meja di sana." Kata Pak Jek sambil menunjuk sebuah meja kecil dan sudah ada terbentang karpet di atas rooftop itu.
Mereka mulai menata tumpeng, cake ulang tahun, dan kado di atas meja itu. Kemudian bersiap-siap pada posisi masing-masing dan mulai berfoto selfie. Senyum mereka merekah lebar, apalagi Lily yang sempat terharu dan meneteskan air matanya. Setelah selesai berfoto bersama, Pak Jek menghidupkan lilin dan Lily mulai berdoa segala harapan baik dalam hatinya sampai mengembuskan tiupannya. Kemudian Lily memotong cake ulang tahun dan tumpengnya itu. Ia merasa senang saat memotong tumpeng karena sedikit meredakan rasa rindunya dengan cita rasa Indonesia.
Roda waktu bergulir perlahan tapi pasti, berputar kembali pada tanggal yang menghabiskan setiap revolusi matahari. Pendar lilin sebagai simbol belaka bahwa hari bahagia telah tiba meski pernah berlalu dengan pikiran kusut dan dibuat bercanda oleh semesta. Ribuan hari manusia telah merumuskan arti kehidupannya dengan waktu yang terus melaju seiring usia. Untuk Lily, gadis berparas awan, yang telah membuat hati Min Yoongi dan Hwang Jun tertawan, semoga selalu larut dalam symphony kebahagiaan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour in The Cold
FanfictionKalau tidak memutuskan berjalan lebih jauh, mungkin Kalila Azura yang biasa disapa dengan nama 'Lily' tidak bisa ambil peran dalam tulisan fiksi untuk kehidupan nyatanya. Lily mampu membuat beberapa orang kagum dengan prinsip independen dan profesio...