4. Nadean

8 1 0
                                    


Hari minggu ini aku dan Gelya sedang berdiri tepat di sebuah pintu berwarna biru muda dengan tulisan jangan masuk yang menggantung di gagangnya. Sebenarnya aku asih agak sedikit kesal denagn kejadian disekolah kemarin, tapi apa boleh buat aku memang tidak bisa menolak permintaan Gelya 100% sehingga akupun menyetujuinya.

Bagi Gelya dirinya itu tidak berharga, sangat jauh berbeda dengan pandangan orang-orang kepadanya. Menurutnya dia memerlukan perhatian yang amat sangat besar kalau ingin merasa disayangi dan itulah alasan dia selalu berpacaran... dengan sangat posesif ke setiap kekasih yang dia miliki.

Padahal kedu orang tua Gelya adalah orang tua yang sangat baik, jauh berbeda dengan ayahku yang hanya peduli pada adik tiriku, ataupun ayah Luca yang menekan anaknya agar bisa menjadi seperti kedua orang tuanya, Gelya memliki kehiduan yang lebih santai dan suasana rumah yng sangat menyenangkan membuatku dan Luca juga betah berada di sana.

Dan menurut Gelya, aku berada di kondisi yang memerlukan perhatian lebih karena diriku yang selalu berdiam murung dan mneyndiri baik dirumah maupun disekolah.

Intinya meski Gelya terkesan memaksa, dia melakukan ini hanya untuk membuatku jauh lebih baik(meski aku berharap dia berhenti menjodohkanku untuk kesekian kalinya). Dan yah meski bete, kita tatap saja main bersama.

"Nanti dulu! aku lagi ganti baju!"

"Ya ampun... kamu cewek yah? ini udah satu jam lebih kita nunggu kamu masih belum beres?!"

"Suka-suka akulah, aku mau atampil modis, dikelilingi dua wanita cantik membuat daya tarikku makin tinggi."

"Kelamaan!"

"Tunggu sebentar lagi," teriaknya keras di balik pintu.

Au yang saat itu juga sudah kesal akhirnya membuka paksa pintu tersebut, yah... pintunya ga dikunci tapi suara bantingan pintu menggelegar sehingga Luca loncat karena kaget, aku bisa melihat dirinya yang masih menggunakan boxer dan bertelanjang dada, matanya melotot sambil berusaha menutupi tubuhnya.

"Aaaa aku lagi ganti!"

tanpa peduli aku langsung masuk, dia masih sibuk menutupi badannya yang sebenarnya tyidak akan tertutup krena tangannya tidak selebar itu..

"Gelya, kau pilihkan baju buat dia," perintahku

"PAdahal ak bisa milih sendiri.." ucapnya, aku melirik antara Luca serta baju berserakan yang berada di kursi dan kasurnya, orang ini benar-benar berdandan.

"Lain kali minta bantuan aku atau Gelya, kau lupa yah teman mu yang disana itu fashionable?" ucapku.

Aku mendekati kasur milik Luca dan merebahkan diri di sana, tempatnya empuk jadi aku memutuskan untuk tiduran sebentar. Luca hanya memakai atasan kemeja biru denagn vest yang diberikan Gelya, dia melihat padaku saat menggunakan pakaian tersebut.

"Keluar sana, aku mau ganti baju." ucapnya.

"Lalu? ganti baju aja sana aku g akan lihat." ucapku sambil menutup mata tak memperdulikan Luca yang kesulitan karena ingin mengganti celana.

"Hei! Gue cowo loh!"

"Ya terus kenapa,. cepet ganti!" Aku memerintahnya dengan suara sangat keras, dibarengi dengan Gelya yang keluar dan menutup pintu.

"Ganti cepetan, aku hitung sampai 10 kalau masih belum ganti.... awas aja."

Ah. Luca tidak tahu harus apa tapi dia dengan cepat mengganti celananya dengan kecepatan kilat sebelum Nadean waktunya habis dan NAdean membalik. Bagaimanapun dia itu adalah pria, dan NAdean adalah wanita, rasanya agak tidak pantas mengganti pakaian di dalam kamar seperti ini. Luca yang awalnya bermuka malu-malu kini saat dia sudah siap berangkat segera mengambil selimut dan menutupi tubuh Nadean sebagai pembalasan.

Berikutnya Luca segera terduduk karena sebuah tendangan baru saja menghantam perut miliknya. Gelya ang saat itu sudah masuk hanya menatap Luca sinis. "Gara-gara kamu tuh Dean jadi marah!"

"Aku a ngapa-ngapain!"

Dia melihat kearah Nadean yang sudah terduduk.

"Ayo pergi, rasanya aku ingin memukul sesuatu sekarang." Yap tatapannya sangat sinis, Nadean marah karena menunggu terlalu lama barusan.

Aku dengan bodo, berjalan duluan keluar rumah, menunggu mereka di gerbang depan. Sejak bangun tidur suasana hatinya sudah jelek, dan dia tidak mungkin membatalkan janji dengan kedua sahabatnya. Ditambah kelakuan Luca yang sering sekali membuat dirinya kesal sehingga dirinya jadi kelepasan dan menendang keras perut Luca, yah dia puas, lagipula aku sudah memiliki sabuk hitam di taekwondo, tendangan akan membuat dia menyesal.

"Aku sudah pesan taxi!" ujar Gekya dengan bersemangat. diantara kita bertiga hanya Luca yang bisa membawa mobil, tapi dia belum memiliki SIM, sehingga kita harus menggunakan taxi kalau ingin bepergian bersama.

Luca tersenyum menyebalkan adaku. "Sayang minta maaf."

alisku berkedut, sekali lagi dia mengucapkan kalimat menggelikan akan ku tendang lagi dia. Mungkin karena muka yang menyeramkan, Luca segera menutup mulut dan kini beralih menggoda Gelya, dan yah... seperti biasa mereka bertengkar kembali.

kadang aku sendiri bingung kenapa mereka berdua bisa berteman sampai sekarang, kerjaan mereka tiap hari hanya saling meledek dan diakhiri dengan bertengkar satu sama lain. Tapi setelah cukup lama kenal dengan keduanya, aku sadar akan beberapa hal.

Mereka berdua benar-benar cocok satu sama lain.

seperti contohnya adalah saat ini.

"Waah boneka aku dah lama bgt ga liat boneka segede gitu!"

"Kau masih suka boneka? meneydihkan," ejek Luca.

"Iya! Ada boneka gede banget disebelah toko mobil-mobilan!"

"Mobil?" kata Luca dengan nada semangat, "minggir sebentar Gelya, kayanya aku liat  koleksi mobil terbaru di toko seberang." 

"Bagaimana ini, kalau aku telat kesana bisa-bisa bonekanya nanti diambil orang," seru Gelya panik

"Turun saja aku ikut denganmu, my baby sedang menungguku di depan sana. Aku ingin memfoto dirinya saja karena sepertinya uangku tidak akan cukup."

Meski pembicaraannya berbeda tapi arah pembicaraannya seakan selaras. AKu yang ada di kursi depan melirik sebentar ke pengemudi taxi yang tak menghiraukan mereka berdua.

"Pak, tolong turunkan mereka sebentar, nanti saya akan turun di depan Mall."

Pengemudi itu mengangguk, dia lalu menepikan kendaraannya bersamaan dengan Gelya yang berterima kasih padaku.

"Nanti aku akan beli buat kamu juga, yang sama besarnya!"

"Yang kecil saja, kalau perlu tidak usah."

"Nanti kita nyusul yah, aku mau lihat mobilku dulu sebentar, setelah itu mereka berdua menghilang dari dalam mobil. Suasana Mobil yang sedari tadi berisik kini menjadi hening.

"mereka teman-temanmu?"

Aku berpaling ke depan saat mendengar perkataan sang sopir taxi, dengan berat hati aku segera bersandar sambil menghela nafas, setelah aku melihat ke arah kedua orang yang sudah hilang di dalam toko.

"Kuharap bukan." kataku tanpa menyesal sama sekali.

Aku & DirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang