5. Lucaleon

7 0 0
                                    


Wauww benar benar gila.

Aku melihat tumpukan model mobil yang berjejer dengan cantik di depan kaca, tanpa ragu segera ku keluarkan ponsel dan memfoto satu demi satu.

Ini adalah karya seni, sangat hebat!

Aku membuka dompet kulit yang kubawa bersamaku, di dalamnya ada sebuah kartu atm dan saldo yang cukup untuk membeli mobil keluaran terbaru untuk koleksiku, meski itu berarti aku taka akan bisa jajan dan pulang jalan kaki selama dua bulan. Yah, aku adalah penggila mobil, semua jenis miniatur akan ku koleksi dan akan ku pajang di rumah, setidaknya itulah cita-ciku selain menjadi fotografer..

Dan Si cantik warna silver mengkilap ini terlalu menggodaku, aku sampai diam entah berapa lama melihat mobil tersebut.

Ponselku bergetar, sebuah pesan dari Nadean menyadarkanku, dia baru saja menyuruhku bergegas dan jangan-sentuh-atm padaku. Untunglah karena anak itu aku bisa menahan diri.

Aku akhirnya memutuskan untuk pergi, meninggalkan kesayanganku yang tak bisa kubeli dengan uang saku satu semester, aku harus pasrah.

Ngomong-ngomong dimana Nadean? dia pasti saat ini sedang sendirian di mall, jadi aku segera berlari dan masuk ke mall yang terletak tidak terlalu jauh dari tempatku barusan. Beberapa orang wanita memperhatikanku, dan aku hanya tersenyum pada mereka. Yah aku memang tampan, Seorang Lucaleon adalah pria tertampan di sekolah, tentu saja bukan aku yang mengatakannya, kalau kalian tak percaya tanyakan saja pada bayanganku dicermin setiap aku berada di kamar mandi.

Tanpa menelepon dan menanyakan keberadaan wanita tersebut, aku segera naik ke lift sampai ke lantai 3, arena tempat bermain dan juga sarana berbahaya bagi orang tua yang ingin segera pulang.

Disana dia berada, dikerubungi oleh beberapa orang. Dia denagn gagah sedang memukul benda warna merah yang akan menghasilkan angka ketika dipukul sesuai skor kekuatan yang diterima.

Sebuah rekor baru tertulis di sana, aku menepuk tangan, beberapa juga menepuk tangan tapi ada juga suara teriakan kesal yang entah dari mana asalnya berada. Akupun segera maju dan menepuk bahu gadis tersebut.

"Wah~ sayangku sangat kuat! aku bangga padamu." Aku tersenyum geli melihat ekspresi tenang Nadean yang merubah menjadi terganggu.

Ini dia ekspresi lain dari Nadean yang membuatku betah berlama-lama di dekatnya meski kadang aku berlebihan dan berakhir kena pukul.

"Kau habis buat masalah yah?"

"Tadi..." Nadena ragu-ragu akan mengatakan sesuatu, tentu saja aku segera menanyakan dan memaksanya menjawab.

"Preman dari jurusan Ipa menadantangiku dan menantangku."

"Preman siapa?"

"Dia menantangku, kau ingatkan seseorang yang pernah kupukul di awal sekolah? nah anak itu kebetulan datang bersama dengan pacarnya dan menantangku, jadi kami memutuskan untuk main itu dan aku menang."

PHUWAHA

Aku tertawa ngakak atas apa yang baru saja kudengar.

"Dia pasti malu sekali untuk menatap pacarnya sekarang." Aku melihat sekeliling dan menemukan dua orang yang menatap kami dengan pandangan tak suka, ah mereka pasti orangnya. Tapi siapa prianya? karena terlalu banyak anak nakal disekolah aku jadi tidak tahu yang mana laki-laki dari jurusanku yang dia bicarakan.

"Darling~" bodo amat soal orang lain, aku dengan gembira merangkul Nadean, tapi perutku segera disikut tepat di ulu hati membuatku sulit berdiri tegak.

"Sudah kubilang jangan berkata menggelikan begitu," ucapnya tak suka.

Aku ingin segera membalas kata-katanya, tapi pukulan Nadean lebih kuat dari biasanya dan membuatku secara tidak sadar sampai berlutut, dipukul oleh orang yang sering sparring sangat menyakitkan.

Aku & DirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang