Ten menggeleng pelan ketika melihat Taeyong fokus dengan pekerjaanya, alis lelaki tampan itu menukik dengan guratan halus di dahi, tidak lupa bibirnya sesekali menggumam membaca isi dari kertas yang dibacanya.
"Taeyong" panggil Ten pelan. Taeyong menoleh melihat kedatangan istri manisnya, lelaki tampan itu tersenyum tipis menyambut kehadiran Ten.
"Selesaikan itu dan beristirahatlah, ini sudah kelewat malam" ujar Ten sambil mengusap pelan bahu Taeyong .
Taeyong mengangguk kemudian memberikan senyum tipis pada Ten.
"Sebentar lagi selesai, kau tidurlah lebih dulu sayang, oh apa anak anak sudah tidur?" Tanya Taeyong.
"Logan dan David sudah tidur dari tadi" ujar Ten.
Bukanya menuruti perkataan suaminya untuk tidur lebih awal, Ten malah duduk di sofa yang ada di ruang kerja Taeyong itu.
"Taey"
"Hm?"
"Apa...apa tidak sebaiknya kau mengurangi pekerjaanmu? Maksudku, aku tau kau masih bisa bahkan lebih dari mampu untuk mengemban pekerjaanmu yang banyak itu, hanya saja kau juga harus mulai menyadari bahwa umurmu semakin bertambah, kau sudah bukan anak muda lagi yang bisa seenaknya mengabaikan kesehatanmu, kau perlu banyak istirahat, aku takut kau tiba tiba drop" ujar Ten pelan, sebisa mungkin memilah kata katanya agar tidak membuat Taeyong tersinggung.
Bukanya merasa tersinggung, Taeyong malah mengangguk dan tersenyum tipis menatap Ten.
"Itu yang sempat kupikirkan sebelumnya dan kukira benar apa katamu" ujar Taeyong memasang riak berpikirnya.
"Aku berpikir untuk--
-Cklek-
Keduanya menoleh ke arah pintu, melihat Jeno yang datang dengan wajah ditekuk. Remaja tampan yang baru datang tanpa rasa bersalah itu langsung menatap Ten ketika mengangkat pandanganya.
"Apa yang kau lakukan bocah, dasar tidak sopan!" Maki Taeyong, kesal karena adiknya memotong pembicaraanya dan masuk ke dalam ruanganya tanpa mengetuk pintu.
"Ten hyung" gumam lirih Jeno cukup membuat Ten tersenyum tipis, pasti ada sesuatu yang terjadi pada Jeno sehingga remaja tampan itu memasang riak merengek ke arahnya.
Ten tersenyum lalu merentangkan tanganya untuk Jeno agar Jeno menghampirinya.
"Kemari"
Dengan gontai, langkah kaki Jeno mendekati Ten, sesampainya di sofa Jeno menjatuhkan tubuhnya dengan kasar disamping Ten dan langsung memeluk lelaki mungil yang adalah kakak iparnya itu.
"Sekarang ada apa hm?" Tanya Ten sambil menepuk nepuk pelan pundak Jeno.
Taeyong yang melihatnya menghela nafas kesal, adiknya itu memang benar benar menyebalkan, entah sejak kapan Jeno jadi sedekat itu dengan Ten, bahkan remaja tampan itu sekarang tak segan segan bersikap manja di depan kakak iparnya.
"Mark tidak mau menikah denganku, hyunggg" rengek Jeno pada Ten.
Ten dan Taeyong saling menoleh dan menatap dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Tadi aku melamarnya, aku minta dia menikah denganku, dia bilang dia belum siap dan belum ingin menikah, itu artinya dia menolaku dan tidak mau menikah denganku kan hyung? Hyungg bagaimana ini, aku mencintainya menapa dia tidak mau---
"Tutup mulutmu bodoh" Taeyong menyela.
Taeyong bangkit dari duduknya, menghampiri adik bodohnya itu dengan ekspresi malas.
"Dia hanya belum siap, bukanya menolak menikah denganmu, dia hanya belum siap, bukankah kalian masih muda" ujar Taeyong.
Ten kemudian mengangguk membenarkan perkataan Taeyong, lelaki mungil itu lalu menoleh pada adik iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Mafia 《TaeTen》
Teen Fiction"Aku juga berhak untuk mencintai dan dicintai hanya saja mungkin...takdir tidak membiarkan aku merasakan itu untuk selamanya, dia hanya membiarkan aku mencicipi rasa dari dicintai dan mencintai, hanya sekejap..." "Aku yakin kau tidak akan pergi, aku...