“Tentang sebuah rasa yang hanya padaku terasa, dan kamu acuh tanpa kata” Zaina Azzahra
Lubis.
.
.
🍃🌸🌸🌸🍃
.
.
17 September 2018Kelas sebelas adalah waktu dimana Organisasi Siswa Intra Sekolah dilaksanakan. Rasa senang sekaligus cemas menyelimuti perasaanku kala itu.
Aku merasa senang karena OSIS adalah salah satu ajang dimana seluruh siswa ditunut aktif dengan tugas masing-masing. Tapi di sisi lain, rasa emas menghantuiu karena bisa dibilang aku akan menginjakkan kakiku pada kelas duabelas Madrasah Aliyah.
Kala itu aku tengah duduk di atas kursi sambil merapikan kertas warna warni yang akan disulap menjadi sbeuah majalah dinding. Mayla dan Nana teman satu asaramaku juga ikut membantu dalam pekerjaan.
Sebenarnya semua ini memang tugas Mayla dan Nana karena mereka adalah seksi Kesenian, tapi mereka meminta tolong padaku untuk membantunya.
“Zaina” aku menoleh pada asal suara seseorang yang sekarang tengah menggeser tempat duduk di sampingku dan bergabung dnegan kami bretiga.
“Aku mau bantuin dong” ucap Daniel sang wakil ketua Osis padaku tepat dihadapanku. Sosok yang selama ini benar-benar aku kagumi.
Bukan karena apa, aku dan Daniel sudah bersahabat sedari kami duduk di bangku Madrasah Tsanawiiyah. Dan Rasa yang aku miliki sekarang ini entah sejak kapan muncul, memeperkeruh persahabatan diantaranya.
“Bantuin gunting ini” Jawabku sambil menunjuk kertas origamni bertuliskan puisi di sebelah kanannya.
“Oke” jawab Daniel sambil melakukan pekerjaannya sesuai arahan.
Andai Daniel tahu, seberapa sering aku menahan rasa suka tiap kali kami berdekatan seperti ini. Tentang seberapa besar waktu yang sudah kuhabiskan hanya untuk menghayal kelak bagaimana aku dan dia di masa depan.
Sayangnya semua itu hanya dapat tercurah sebagai bentuk imajinasi, bukan fiktif di dunia nyata. Daniel, maafkan rasaku yang telah merusak semuanya.
“Nanti sore kalian berangkat kan?” tiba-tiba Daniel bertanya seperti itu pad kami yang tengah sibuk dengan kertas di tangan kami.
“Emang nanti sore kegiatanyya nagapain sih?” Mayla salah satu sahabatku yang memang terkenal lemot dan pelupa tiba-tiba menyela.
“Astagfirulloh May, nanti sore kan ada Ekstra Pramuka. Lo kebiasaan banget deh, lemotnya nggak ada obat” jawab Nana sambil menggeram kesal seklaigus gemas mengetahui kebiasaan Mayla dengan kelemotannya.
“Oh Pramuka, gue nggak bisa ikut dong. Kan ada piket masak” sambung Mayla sambil membuka tutup lem yang ada ditangannya.
“Nggak ada juga yang minta lo berangkat May” jawabku yang langsung ditanggapi Nana dengan tawanya yang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PORTULACA" On Going
Teen FictionMencintai dalam diam bagi Zayna adalah hal yang sangat memuakkan, selain membutuhkan tenaga yang ekstra dia juga harus memiliki hati yang kuat. Tidak ada yang bisa dilakukannya tiap kali rasa kagum itu muncul, bersamaan dengan kehadirannya bersama w...