Perpustakaan "hari itu"

67 4 0
                                    

"Sampai sekarang pun, aku masih belum tahu dari mana rasa sakit ini berasal"
Zaina Azzahra Lubis
.
.
🌿🌿🌸🌿🌿
.
.

12 Desember 2018
"Sidang LPJ OSIS"

Hari ini tepat dimana kepengurusan OSIS angkatan 2018 akan berakhir. Semua anggota sudah berada di dalam aula sekolah sejak jam 07:30 untuk membacakan laporan pertanggung jawaban mereka selama hampir satu tahun menjadi anggota OSIS.

Meski kepengurusan kami dinyatakan sudah berakhir, pak Dodi menyatakan bahwa kami harus masih tetap membantu kegiatan yang akan dilakukan pengurus selanjutnya. Berhubung di awal tahun akan diadakannya pelantikan Pramuka dan jadwal kelas 12 belum terlalu padat.

Tepat jam 11:00 sidang LPJ berakhir. Aku dan Nana berjalan keluar aula bersandingan sambil menghela nafas lega.

"Pekerjaan kita belum usai Ayna" ucap Nana tiba-tiba padaku.
"Iya lagi, capek banget ya Na" jawabku dengan senyum miring.
"Berarti pelantikan Pramuka besok, masih kita yang ngurusin gitu maksudnya?" tanya Nana padaku.
"Ya iya gimana lagi" jawabku pasrah.

Dari kejauhan Mayla tiba-tiba mendatangiku dengan Silvi mengekor dibelakangnya. Aku dan Nana yang hendak melangkahkan kaki ke dalam kelas terdiam sejenak.

"Bu Anis minta tolong sama kita buat bantu bersihin Perpustakaan, kalian ikut nggak?" tanya Mayla pada kami.

"Ya kalo bu Anis yang minta tolong, kita bisa nolak? Kan nggak" jawab Nana diselingi tawa recehnya.
"Lo Zai? Ikut" tanya Silvi padaku.
"Ya udah ayok" jawabku singkat.

11:30
Perpustakaan

Di dalam perpustakaan sudah ada banyak siswa yang ikut membantu menata kembali buku-buku di rak. Tak terkecuali Daniel dan Harris yang tak terpisahkan. Aku, Mayla dan Nana langsung menuju rak nomor 803 bagian novel.

Kami dengan cermat mengumpulkan buku-buku dengan kode yg sudah tertera dan menatanya dengan rapi di rak. Ada juga yang memeberikan sampul pada buku-buku yang baru saja datang.

"Kiw kiw, bentar lagi keknya ada yg ngeluarin pajak jadian nih" tiba-tiba suara Yoyo salah satu teman sekelasku yang suka nyeletuk asal memecah kesunyian di dalam perpustakaan.

"Daniel mah diem-diem gass" ucap Ikhsan menyaut ucapan Yoyo.

Aku terdiam sejenak, tanpa dijelaskan aku pun sadar siapa yang tengah jadi bahan perbincangan mereka kala itu. Daniel dan Silvi yang tengah duduk berdampingan sambil sesekali merapikan buku dihadapannya tersenyum malu.

Nana menyenggol lenganku dan membuatku tersadar dari lamunan. Aku tersenyum padanya menandakan bahwa aku baik-baik saja. Nana terus menatapku khawatir.

Baru saja aku hendak berbisik pada Nana, Harris datang menyodorkan setumpuk novel entah dari mana ke hadapanku.

"Apaan si Is" ucapku kesal.
"Daripada lo ngelamun manyun terus kek soang, mending rapiin ini" jawab Harris sambil meletakkan setumpuk buku di depanku dan Nana

"Siapa juga yang ngelamun, orang gue lagi bicara sama Nana" jawabku menyangkal ucapannya.
"Udahlah Na, noh dilihat dari ujung kantor kepala sekolah juga kelihatan kalo dari tadi lo ngelamun" ucapan Harris barusan membuatku tersenyum tipis.

"Heh, bisa nggak jadi orang tuh jangan sok tahu" jawabku sambil memukulkan satu buku ke pundak Harris.

"Orang aku bicara fakta" jawab Harris lagi.
"Awas rusakkk!" ucap Nana di sela-sela debatku dengan Harris.

"Lagian, ngajakin ribut mulu" gumamku yang pasti terdengar di telinga Harris.

Tanpa sadar Harris menyodorkan satu novel ke mukaku, novel yang berjudul "Pura-pura bahagia juga butuh makan". Aku pun mengernyitkan dahiku tanda tak faham maksudnya.

"Pura-pura bahagia juga butuh makan Na, makanya lo makan" seperti biasa celetukannya selalu terasa aneh ditelingaku. Tetap saja celetukan itu berhasil membuatku tersenyum atau tertawa saking anehnya.

"Lo bicara sama gue Azka? Gue tadi udah makan kok, perhatian banget pakek nanya" ucapan Nana seketika membuat senyum diwajah Harris lenyap. Tergantikan ekspresi jengkel di wajahnya.

"Gue bicara sama Zayna bukan Fiana" jawab Harris datar.

"Lagian lo manggilnya Na, ya gue kira manggil gue" jawab Nana tak mau kalah.

"Idihh najiss" bantah Harris lagi.

"Lo kira gue anjing? Pakek najis segala" jawab Nana tak terima dengan melemparkan buku yang tepat mengenai wajah Harris.

"Iss udahlah, malah berantem" ucapku masih dengan sisa tawaku melihat Harris mengucek matanya yang terkena ujung buku yang dilempar Nana.

"Na udah itu anak orang" ucapku menenangkan Nana. Nana yang masih kesal membalikkan badannya menuju rak lain.

"Is, sakit ya?" tanyaku pada Harris yang masih menutup mata kirinya.

"Pakek nanya" jawab Harris dengan mata merah dan ekspresi menahan sakitnya.

"Sini aku kipasin" tanpa sadar aku menyentuh tangannya yang hendak menutup matanya lagi. Aku mengipasi mata Harris masih dengan senyum terukir diwajahku. Sejenak aku melupakan sakit hatiku hari itu karena tingkah Nana dan Harris berhasil menghiburku.

 Sejenak aku melupakan sakit hatiku hari itu karena tingkah Nana dan Harris berhasil menghiburku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
🌿🌿🌸🌿🌿
.
.

"Senyum kamu indah Zayna, apalagi jika senyum itu tertuju padaku"
M. Azka Harris

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"PORTULACA" On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang