lima

1.6K 225 18
                                    

Works been hectic, sorry.

Here's chapter 5, this one is kinda short, but still, hope you like it.

-Mine

__

"Win." Pria yang memiliki marga Roesdiono itu menepuk pelan pundak putrinya yang sudah duduk berdampingan dengan istrinya.

"Ayah."Balasnya singkat,

Pria itu menyunggingkan senyumnya untuk Karina saat berhadapan, "Karina, kamu apa kabar?"

Model itu membalas senyumnya hangat, "Baik, Yah. Agak full jadwal akhir-akhir ini, maaf baru bisa ketemu lagi ya, Yah."

Wina tidak bisa menahan api bahagia yang menyulut mendengar bagaimana istrinya akan memanggil Ayahnya dengan sebutan yang sama.

"Tapi Wina jemput kamu terus, kan?"

"Iya Yah, dia jemput aku kok."

Detik selanjutnya Ibunda Wina, Diyana masuk kedalam ruangan privat restoran yang dipesan oleh kedua keluarga. Hentakan heels itu membuat ketiganya menoleh,

"Karina anak Ibu..." Ucapnya seraya melebarkan kedua lengan, menandakan menantunya untuk menyambut itu. Karina terkekeh dan tak membuang waktunya untuk bangkit dari duduk dan berhamburan kepelukan wanita itu. "Bu.."

Wina lagi-lagi hanya bisa tersenyum, dia ikut merasakan api hangat yang menyulut didalam ruang hatinya menyaksikan itu.

"Perasaan anak Ibu itu aku, deh." Sambarnya membuat kedua figur itu melepaskan sesi mereka dan menoleh,

"Loh, masa? Salah dong?" Jawab sang Ibu ikut tertawa dan melihat anaknya jahil. Karina hanya bisa tertawa mendengar percakapan itu. Dia selalu mendapatkan dirinya yang ikut terlarut dalam kehangatan keluarga istrinya. Ayah Randy merupakan sosok yang berwibawa namun tegas juga murah senyum dalam waktu yang bersamaan. Agak dingin, sangat jauh berbeda dengan Ibu yang memiliki karakter yang eksperesif. Sang Ibunda sangat mahir untuk mencairkan suasana diantara mereka dengan candaannya yang tak pernah habis. Karina belum pernah menjadi begitu dekat dengan orang tua kekasih sebelum-sebelumnya, termasuk Vernon. Dia harus mengakui bahwa Wina memiliki orang tua yang hangat, dan dia sangat bersyukur untuk itu.

"Mama Papa belum datang, Kar?" Tanya Ibu yang kini duduk disamping suaminya. Menantunya menggeleng,

"Belum, Bu. macet katanya, paling sebentar lagi Bu."

__

"Jangan dipikiran ya Rin, pembicaraan tadi." Wina meletakannya satu tangannya dipunggung tangan istrinya yang kini menatap kearah luar jendela mobil mereka. Perjalanan pulang sangat hening, Wina bisa melihat pengawasan yang khawatir di kedua netra istrinya.


"Ma, Pa." Wina membungkuk kearah kedua mertuanya sebelum akhirnya wanita paruh baya berambut coklat itu memeluknya,

"Ampun, kangen deh sama mantu Mama."

"Lah, anaknya nggak dikangenin?"

"Nggak, sih."

__

"Kayaknya kalau nambah anggota keluarga bakal makin rame, ya?"Mama Rena berucap seraya memasukkan daging steak itu kemulutnya,

"Maksudnya, Ma?"

"Kamu masa nggak ngerti sih, Kar?"Jawab mamanya singkat,

Wina bisa merasakan keringan dinginnya. Pertanyaan mertuanya barusan berhasil membuatnya menjadi canggung dan gugup. Dia mengerti bahwa ibu dari istrinya itu memang eskpresif. Namun, dia tidak menyiapkan diri dan mentalnya untuk saat-saat ini.

FlawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang