tujuh

2K 193 36
                                    


"Sayang." Karina memanggil lembut istrinya yang ia yakin masih terlelap.

Wanita itu sedikit mengernyitkan dahinya ketika ia mendengar seseorang memanggilnya dengan sayang,

Wina bisa merasakan sakit kepala yang hebat sekarang, perutnya terasa sangat tidak nyaman dan juga mual dalam sadar. Dia membuka kelopak matanya perlahan, merasakan terpaan sinar hangat matahari yang jatuh tepat diwajahnya.

"Wina, sayang."

Wanita itu kini telah membuka kedua matanya, dia menoleh perlahan untuk menemukan sosok istrinya yang terduduk disamping tempat tidur queen size ini, menatapnya lembut. Dan bahkan setelah apa yang ia ketahui semalam, Wina masih bisa menemukan wajah Karina yang tak pernah gagal membuatnya seperti tersihir.

"Hey, you're up." Tambah istrinya sekali lagi dan detik itu juga Wina bisa merasakan sakit kepala yang hebat. Dia meringis sakit, "Hngh." Detik kemudian memegangi kepalanya yang secara tiba-tiba terasa sangat sakit,

"Jangan bangun, kamu kayanya masih hungover." Karina dengan tanggap mendorong tubuh istrinya yang hendak bangun,

Wina hanya bisa pasrah dan kembali membaringkan tubuhnya. Memejamkan matanya sesaat sebelum berpaling lagi,

"Kok aku disini ya, Rin?"

"You're drunk."

Wanita itu yang kini masih memegangi kepalanya yang terasa nyeri kembali terpejam, berusaha mengingat apa yang mungkin terjadi semalam.

"But, you're okay now." Jawab Karin lalu mengecup singkat dahi istrinya yang masih berbaring. Dia menahan posisinya untuk kembali memandangi wajah menawan itu.

"Win."

Wina menaikkan satu alisnya,

"I'm so sorry."

Dan ia menghembuskan napasnya agak kasar. Dia bisa langsung mengerti alasan dibalik permintaan maaf yang baru saja dilontarkan istrinya dan seketika, rasa amarahnya kembali hadir.

Namun, ia tau bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk membahas hal ini lebih lanjut.

"It's okay. Nggak usah dibahas, ya." Jawabnya cepat sembari menghentikan lomba menatap mereka dan berbalik ke samping, memberikan punggungnya untuk sang istri.

Dia hanya tidak bisa menatap kedua mata itu sekarang.

Karina terdiam sejenak, dan dia mengerti.

"I'll make some breakfast for you." Ujarnya sembari bangkit dari duduk dan melangkah keluar kamar, meninggalkan istrinya yang hanya bisa terdiam.

Wina tidak bisa memungkiri bahwa ada sesuatu yang membuat kali ini berbeda.

Dia menyadari bahwa dia mungkin tidak akan pernah bisa memenangi kompetisi untuk mendapatkan Karina seutuhnya. Dia tidak pernah memiliki keinginan untuk menyerah bahkan saat tau bahwa kesempatan untuknya sangat kecil.

Untuk mendapati istrinya bersama orang itu mungkin bisa menorehkan luka, namun, dibohongi adalah salah satu hal yang ia benci, tak terkecuali jika Karina yang melakukannya. Itu bisa menyakitinya berkali-kali lipat.

__

Karina tau bahwa kali ini dia benar-benar mengacaukan semuanya. Hal ini terpampang jelas pada wajah dingin Wina yang sama sekali engga berpaling kearahnya. Menyelesaikan sarapan dalam keadaan hening bukan kebiasaan mereka. Biasanya, Karina akan selalu mendengar curahan hati Wina di kantor, apa yang sedang menggangu pikirannya atau sesederhana kebingungan istrinya untuk memilih tipe baju yang akan dikenakannya saat makan malam kantor.

FlawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang