4 - Badminton Pembuka Pintu

2.7K 598 99
                                    

Arvi mengajak teman-temannya untuk bermain badminton. Kami memang sering bermain badminton bersama-sama. Sayangnya, karena Aidil sedang tidak baik dengan Fauzan, mungkin hanya Arvi, Aldi, Aidil, aku saja yang main, plus aku yang tidak bisa terlalu kecapekan. Saat itulah Aldi mulai bertanya di grup chat,

Aldi
Gue bawa temen boleh? Karin kan ga bisa main full

Karina
Iyess please ajak Salsa aja dong biar gue ada temen ceweknya

Aldi
Haha gue coba yaaa ke dia. Takutnya dia trauma nonton drama kemarin 😂

Arvi
Semoga dia pecinta drakor, jadi nggak trauma diajak main lagi 🤣

Oh, Salsa sempat menonton "drama" yang itu juga kemarin. Aku nggak niat jodohin siapapun. Tapi Salsa kan udah dua kali bergabung. Sejak Risa putus dengan Fauzan, dia nggak pernah menemani aku lagi kalau lagi ngumpul bareng. Cewek-cewek Aldi nggak ada yang bertahan lama. Dengan Salsa ini, aku cukup nyaman. Kayaknya anaknya asyik.

Hamdalah, Salsa nggak trauma dengan drama kami! Dia nggak datang bareng Aldi, tapi menyusul ke lapangan indoor yang kami sewa. Hari itu dia datang dengan kaus polo putih dan celana pendek warna putih juga. Rambutnya yang tebal sedikit bergelombang dikuncir kuda. Kuncirannya itu agak jatuh sehingga memberi volume yang bagus untuk rambutnya.

Aku sedang duduk di pinggir lapangan. Lebih banyak duduknya daripada mainnya. Nggak boleh terlalu banyak gerakan berlari. Jadi kalau lawan aku, mainnya nggak bisa serius-serius amat. Sebenarnya sih kita bukan main serius kayak atlet-atlet, tapi bermain denganku saat ini seperti harus menurunkan tenaga lima puluh persen. Sekarang Arvi yang sedang bermain dengan Aidil.

"Sori ya, baru bisa nyusul. Si Aldi nih mendadak ngasih taunya!" Cerita Salsa padaku.

"Eh, nggak mendadak banget ya! Lo kali tuh yang lama milih baju sama dandan buat ketemu Aidil!" Aldi membela diri.

Oh, apa jangan-jangan Salsa ini emang pengen deketin Aidil ya? Aku jadi ingat waktu Aldi mengenalkan dia ke Aidil, Aldi udah mau nyebut nama panggilan dia yang Caca-Caca itu, tapi dia langsung meralat jadi Salsa. Mungkin nama aslinya sih, tapi bukan panggilan lazim.

"Eh nggak usah kenceng-kenceng juga kali, Nyet, ngomongnya!"

Oke, fix! Salsa ini naksir Aidil! Pantes ajaaa Arvi bilang malam itu dia ngajak Aidil ngobrol terus. Aku nggak mau mengecewakannya, tapi nampaknya aku akan merasa kasihan sama dia. Aidil ini picky banget. Risa, selain tipenya, di mata dia itu sempurna. Dulu mantannya yang desainer itu, cantik banget! Putih, lucu, menggemaskan gitu. Gayanya classy, jelas. Perilakunya elegan, nggak nyablak sana-sini. Salsa ini... apa yaa... luwes banget. Nggak nyablak sih anaknya, tapi bisa berceletuk tiba-tiba.

"Ooh, lo tuh lagi gebet Aidil?" tanyaku selagi Aidil sibuk main sama Arvi.

Dia ketawa malu. "Nggak gebet juga sih, kalau bisa kenal lebih dekat yaaa kenapa nggak?"

Oke, aku suka optimismenya. Nggak ambisius tapi tetap optimis.

"Gue udah bilang, Rin, si kampret satu itu seleranya tinggi. Najis emang orang ganteng kalo udah pilih-pilih!" Gantian Aldi yang beri aku penjelasan. Aku ketawa aja. Pas banget sama yang baru aku pikirkan tadi.

"Oh, gue nggak cakep gitu ya berarti?"

"Lo kurang cakep untuk standarnya Aidil," ujar Aldi dengan begitu gamblang. Kayak nggak mikirin perasaan Salsa sama sekali. Mungkin mereka di kantor dekat banget kali ya? Beberapa kali Aldi meledeknya dan Salsa kayak biasa aja.

"Lo udah ketemu Aidil sebelum kita nonton itu?" tanyaku ke Salsa karena penasaran.

Malah Aldi yang jawab, "Dia pernah ngeliat doang, pas Aidil lagi main deket kantor gue. Langsung minta kenalin."

Too Good To Be With You (On Karina's Mind)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang