7 - Ternyata Aku Diam-Diam...

2.6K 461 31
                                    

Sejak Aidil dan Salsa sudah 'berteman', sekarang aku suka mengajak Salsa juga kalau kita ngumpul. Semakin ramai, semakin seru. Salsa juga orangnya ramai, nggak jaim. Apalagi sejak Risa absen terus, aku kadang merasa seperti kehilangan teman perempuan. Nana nggak seluwes Salsa, mungkin karena Fauzan juga jarang mengajak Nana kalau kami kumpul.

Fauzan dan Nana ini kalau mereka lagi datang bersama, aku melihat mereka seperti dua orang yang menikah karena harus bertanggung jawab aja. Nggak ada chemistry yang lebih dari teman. Entahlah, mungkin mereka belum terlalu "nyambung", jadi Fauzan jarang bawa dia ke perkumpulan.

Malah aku melihat sesuatu yang berbeda di antara Salsa dan Aidil. Mereka seperti udah akrab banget. Misalnya, waktu Salsa lagi bercerita soal date experience-nya yang paling aneh.

"Ini bodoh sih," buka Salsa. Bagai sudah menerka apa yang mau Salsa ceritakan, Aidil langsung senyam-senyum seperti menahan tawa. Menutup wajahnya dengan telapak tangan kanannya.

"Gue tuh pernah janjian sama cowok. Lupa kenal dimana, kayaknya temannya teman gue. Pas awal-awal gue kerja deh pokoknya. Terus dia bilang kan, dia mau jemput gue di kantor. Ya udah kan... terus pas udah sampai, dia kasih tau kan, dia di parkiran sebelah mana, terus pakai mobil apa. Dia bilang, mobil dia Nissan Evalia. Ya gue nggak mikir apa-apa dong... walau agak aneh ya, anak muda bawa mobil keluarga yang... tau nggak sih, mobil keluarga banget?" Salsa menatap aku seolah aku mengerti.

Aku ngerti sih, tapi eh... Aidil langsung menjawab sambil menahan tawa, "Iya, kayak mobil keluarga yang punya anak kecil, bawa suster gitu lah yaa..."

Salsa cekikikan. "Tapi ya gue positive thinking lah ya, mungkin mobil keluarganya dia pinjem," dia melanjutkan. "Ternyataaa..." mata Salsa membesar seolah menyiapkan kejutan. "Mobilnya disulap jadi campervan dong! Asliiii joknya cuma dua di depan, di belakang tuh kasur aja gitu sama laci-laci kayak drawer gitu!"

Tawa Aidil langsung lepas. Kayaknya dia udah menunggu-nunggu banget bagian ini macam plot twist di film-film!

"Gue pikir twist-nya dia ternyata duda anak banyak gitu," komentar Arvi di sela tawanya.

Aidil langsung menjentikkan jarinya, "Nah! Pasti kepikirannya udah punya anak kan?!"

"Sumpaaah... ternyata dia tuh anak campervan gitu. Lagi niat keliling Jawa-Bali!"

Aku bertanya, "Terus reaksi lo saat itu gimana?"

"Ya, wow gitu lah awalnya. Unik yaa, menarik..." cerita Salsa dengan nada rumpi yang bikin aku tertawa dengan nada bicaranya itu. "Sampai ketika dia ngajakin campervan ke Malang. Agak... serem sih..."

"Itu mah elo negative thinking," komentar Aldi. "Siapa tau emang seru-seruan."

"Dia udah judgemental banget liat kasur," komentar Aidil lagi.

"Duh, kalo mau pacaran sehat tuh jangan deket-deket kasur berduaan deh! Mana tau kan ada setan lewaaat!"

Salsa emang kadang lucu kalau ngomong. Pantas aja dia bisa gampang fit in di pertemanan kami. Aku cuma penasaran, Aidil kayaknya udah pernah diceritain Salsa soal ini sebelumnya. Mungkin waktu mereka jalan ke M Bloc Space tempo hari kali ya? Hmm... berarti udah banyak cerita aja nih anak dua sampai akrab!

Kenapa ya, aku kepo banget sama mereka berdua? Kalau dibilang ada sesuatu di antara mereka, agak susah sih menyimpulkannya. Soalnya awalnya Aidil kan kayak malas gitu ya sama Salsa, sekarang dia jadi akrab. Tapi akrabnya tuh ya seperti Aidil yang aku kenal biasanya, kalau sama cewek-cewek ya dia welcome aja. Salsa juga orangnya ramai sih, jadi aku nggak bisa menerka dia masih ada rasa suka sama Aidil apa nggak. Karena dua orang ekstrovert yang friendly tuh susah ditebak! Mungkin rasa penasaranku ini karena aku lihat respon awal Aidil aja dan aku berharap dia "flop", malah jadi tertarik dengan Salsa.

"Tuh, Al, jangan main deket-deket kasur kalo pacaran!" komentar Aidil ke Aldi. "Lo pacaran malah ngajak ke Bali."

"Ya makanya gue ajak lo biar yang ketiganya elo, bukan setan. Nggak mungkin ajak Arvi atau Karin kan, apalagi Fauzan."

"Ngapain gue jadi nyamuk."

"Ya ajak siapa kek, temen lo yang lain. Kalo bisa cewek lah, biar Sheza ada temennya."

"Ya kenapa nggak Sheza ajak temen ceweknya aja?"

"Nanti gue dong yang cowok sendiri? Masa gue sama cewek-cewek sih."

"Ribet banget nih anak hidupnya."

Arvi berkomentar, "Ngapain sih pacaran ke Bali ajak-ajak temen?"

"Sheza nggak mau pergi ke Bali berduaan aja. Nggak enak sama ortunya," jelas Aldi dengan wajah malas.

"Umur berapa sih dia? Lo nggak pacaran sama minor kan?" Semua tertawa gara-gara tuduhan Arvi.

"Kaga, gila lo! Kelahiran 95 sih dia. Cuma anak rumahan banget, deket sama ortunya. Jadi kalo bohong suka nggak enak gitu dia. Katanya takut ada apa-apa di jalan kalo bohong sama ortu."

"Ya nggak usah bohong, kasih info seadanya aja, hihihi!" Salsa turut berkomentar.

"Nah, elo aja, Ca! Temenin Aidil dah."

"Ngapain? Gue nemenin Aidil jadi nyamuk?"

Aidil ketawa aja mendengar respon Salsa.

"Ya nggak laaah kita chillin' bareng."

"Lo bayarin pesawatnya tapi ya?"

"Emang bonus tahunan lo udah abis? Masaaa siiih bonus lo yang tumpeh-tumpeh itu udah abis?! Kan katanya lo tahun kemarin dapat nilai 1, paling bagus!" Ledek Aldi.

Sisa perdebatan itu Aldi merayu-rayu Salsa dan Aidil biar mau ikut dia ke Bali. Jelas nggak merayu-rayu Arvi dan aku karena aku belum berani naik pesawat selama hamil kalau nggak terpaksa. Aku yang diam-diam ngeship Aidil dan Salsa ini, cuma berharap semoga mereka betulan ikut jadi nyamuk ke Bali! Hehehe.

*****

Too Good To Be With You (On Karina's Mind)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang