Setelah cerita Salsa itu, aku nggak langsung tanya-tanya Aidil sih. Ya, takut aku malah memperkeruh suasana juga.
Tapi kebetulan aja waktu aku ketemu Aidil dan dia lagi tap-tap story Salsa lagi videoin tanaman-tanaman yang menghiasi rumah temannya yang bernama Athaya, aku celetukin aja, "Yak, abis next, tap mundur lagi... tahan lagi baca captionnya."
Dia langsung ketawa malu ditembak kayak gitu. Padahal dia lagi nggak serius-serius banget nontonin story-nya dan Salsa cuma nge-post dua story hari itu.
"Kalo kangen tuh bilang. Ajak ketemu. Jangan stalking aja kerjaannya," sindirku bercanda.
Dia tertawa kecil. Nggak menampik, tapi dari tawanya aku tahu dia mengakui kalau statement-ku itu benar.
"Kenapa sih lo sama Salsa? Kalian tuh gimana? Suka jalan bareng kan dulu, terus tau-tau nggak." Aku pura-pura kayak nggak ingat detailnya aja.
"Nggak gimana-gimana. Ya temenan biasa aja."
"Yaaakiiin?"
"Iya. We're good. Cuma gue nggak enak aja pas nyokap gue iseng ganggu gitu. Ya, gue baru sadar kayaknya keseringan aja main sama dia." Maksud dia, ya itu alasan kenapa dia dan Salsa jadi mulai mengurangi frekuensi bertemu. Kalau menurutku, Salsa juga jadi menjaga jarak.
"Emang kalo keseringan sama dia kenapa?"
"Ya, nyokap gue aja udah mikirnya aneh-aneh. Gue juga baru sadar aja, kayaknya gue juga terlalu keseringan ketemu dia berdua aja. Lo tau nggak sih, nyokap gue tuh sampe kepo sosmed si Caca, DM-DM. Ya gue kan nggak enak sama Caca."
Ehm, mulai sebut nama akrabnya. Nah ini aku jadi penasaran dengan hal lainnya. "Kenapa nyokap lo iseng sih?"
Aidil memutar mata tanda malas. "Biasa lah ribet pengen buru-buru punya mantu. Udah lama banget kan gue putus dari Nada, belum deket sama siapa-siapa lagi. Mana pas gue lagi suka nge-gym itu, nyokap suka dikomporin sama temen, sodara-sodara gue, katanya hati-hati takutnya gue nggak suka perempuan. Ya Tuhaaan!"
"Demi apa sih? Lo pernah digosipin gitu?"
"Demiiiii! Makanya ribut mulu nyokap gue tuh, worry gue nggak sesuai ekspektasi dia."
"Ya ampun... lo nggak nge-gym lagi karena itu?"
"Ya, bukan sih. Karena gue bosen aja jadi sayang biaya langganannya."
Ahahahaha alasan yang sungguh overrated. Kayaknya semua orang akhirnya malas nge-gym dengan alasan yang sama.
"Terus, terus, lo bilang ke Salsa apa?"
"Ya gue bilang aja jangan salah paham—"
Aku langsung menghembuskan napas dengan kasar. Saking jelasnya sampai dia bereaksi, "Apa tuh maksudnya?"
"Ya kali lo ngomong gitu ke cewek."
"She said we're good, kok."
Aku langsung memutar kedua bola mata. "Ya pasti dia bilang oke. Padahaaal... pride-nya abis lo jatuhin!"
"Dia kayaknya nggak gitu deh orangnya. Maksudnya, dia biasanya straight to the point kan?"
Wah, bener-bener nih orang. Nggak peka apa emang denial aja sih kalo Salsa jadi bikin jarak sama dia?
"Lo bilang jangan salah paham kan? Ya itu kayak seolah-olah lo tau dia baperan dan lo langsung cut off gitu."
"Lho, gue nggak bilang dia baperan. Gue make sure doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Good To Be With You (On Karina's Mind)
RomanceBerteman sejak kuliah, membuat aku memahami teman-temanku. Fauzan yang tidak pernah puas dengan satu perempuan, Aldi yang tidak pernah siap berkomitmen, Aidil yang selalu mencari yang sempurna sesuai tipenya, Risa yang lurus-lurus saja sampai bikin...