Bab II

76 0 0
                                    

"Dalam Rumah Tangga selalu Terapkan Prinsip : Ojo Rumongso Iso dan Kudu Iso Rumongso ( Jangan Merasa Paling Bisa dan Harus bisa Peka dengan pasangan"

*****

"Jadi, gimana mas? Masih kekeh dengan pendirianmu? " Murni mencoba membuka kembali rencana yang ditolak mentah-mentah sama Surya.
"Heem" tukas Surya pendek.

Murni hanya bisa mendengus kesal sambil meneruskan kegiatannya menjejer ember karena dapur yang belum selesai renovasi bocor akibat hujan deras sejak tadi siang.

"Bocor lagi, ya? "menyadari kekesalan istrinya, Surya ikut membantu mengelap lantai yang mulai menggenang.

" Nggak, Mas.. anggap saja kita lagi percobaan membuka proyek kolam renang indoor" jawab Murni ketus.

Surya terkekeh mendengar jawaban istrinya yang sering uring-uringan akhir-akhir ini. Sebenarnya Surya sadar betul penyebab perubahan sikap Murni. Ya.. Kuncinya, ada pada satu kata, "restu". Di matanya, Murni adalah sosok istri idaman. Bagaimana tidak, sosoknya yang cerdas, manis dan selalu mendukungnya saat awal-awal mereka berumah tangga sampai sekarang. Tidak pernah terjadi adu mulut yang hebat selama empat belas tahun pernikahan mereka.

Ada kekhawatiran terselip dalam hati Surya, bagaimana nanti jika ia merestui usaha Murni, trus usahanya sukses dan Murni berubah menjadi sosok yang mandiri dan tak membutuhkannya lagi. Surya masih ingat betul, saat Ia datang melamar istrinya dan terngiang perkataan almarhum Bapak Mertuanya.
"Sur, Bapak nitip Murni ya. Sejak kecil  Bapak dan Ibunya Murni tidak pernah membentak Murni, tidak pernah marah pada Murni, karena memang tidak ada alasan bagi kami berdua untuk itu. Murni itu bocah yang penurut dan pinter. Ojo mok gawe susah yo, Sur".
Surya mengangguk mantap menerima pesan dari Mertuanya.

"Mas.. Mas Surya!! Kok malah ditendang embernya itu, lho!" Suara Murni mengagetkan Surya.
"Ya Allah... Piye to ki tadi?"
"Ngalamunin apa to, Mas?, bengong saja dari tadi, katanya mau bantuin, malah berantakin! " Murni mulai ngomel.

" Ngalamunin Kamu to, dik, siapa lagi? " Buru-buru Surya membersihkan air yang tumpah dan bergegas menyingkir dari hadapan istrinya sebelum perang dunia meletus kembali.

***
Rumah yang mereka tempati sebenarnya bukan rumah yang rusak. Hanya saja, saat ini sedang musim hujan dan dapur sedang dalam renovasi yang terpaksa harus berhenti karena pandemi. Ditambah lagi sejak Surya diPHK, Murni harus pandai-pandai mengatur keuangan keluarganya.

Rumah ini dibeli sejak Murni hamil Tiara. Walaupun tidak terlalu mewah, tapi sudah cukup nyaman untuk ditempati. Katanya, cinta itu juga butuh wadah, cinta itu butuh rumah. Ya.. Rumah dalam arti sebenarnya dan dalam arti rumah tempat berpulang di kala tidak ada sandaran.

Murni memandangi dapur impiannya yang tertunda. Ia sudah membayangkan akan memiliki dapur yang estetik layaknya dapur-dapur di acara demo memasak di tivi saat Ia masih anak-anak dulu. Sejak kecil  Ia suka sekali berkreasi di dapur membantu Ibunya membuat kue dan tidak pernah absen menemani Ibunya melihat acara masak memasak. Jaman dulu belum ada instagran, jadi tahunya dapur cantik, ya dari tivi atau kadang majalah Kartini. Bakat memasak Murni sepertinya menurun dari Ibunya.

"Mas.. Boleh nggak, Murni minta sesuatu?" Ujar Murni sambil rebahan di pangkuan Surya kala masih pengantin baru.
"Mintalah apa pun dik, asal Mas bisa mewujudkannya, akan Mas usahakan" Jawab Surya sambil membelai lembut wajah Murni. Layaknya pengantin baru lainnya, apapun yang diminta oleh pasangannya, pasti suami juga bakalan jawab seperti jawaban Surya.
"Kalau nanti kita punya rumah sendiri, dan Aku punya tabungan lebih, boleh ya...menyulap dapur kita menjadi dapur yang estetik, Mas. Kayak dapur yang ada di acara demo memasak di tivi-tivi itu, lho, Mas. " Permintaan yang polos dari seorang Murni.
"Oalah.. Tak kira minta apa, Dik. Mas sudah deg-degan lho, tadi. "
"Boleh banget lah... Mas akan mewujudkan keinginanmu, Dik. Mas janji."

Dan memang benar janji Surya ditepati, tapi sayangnya harus terhenti. Dan Murni ingin mewujudkan impiannya dengan caranya sendiri, tapi terhalang restu suaminya.
"Aku tidak boleh menyerah, sekarang tidak hanya tentang dapur impian. Tapi lebih karena kebutuhan. Ada masa depan Rara yang dipertaruhkan. Mau sampai kapan kondisi ini mau dipertahankan?Aku harus maju apapun risikonya." tekad Murni dalam hati.
"Akan kutagih janji Mas Surya saat memintaku di depan Bapak. Aku harus bangkit! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ayo dong, Mas !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang