Chapter 9

359 65 1
                                    

Pagi sudah tiba. Yeji meregangkan badannya yang masih tertutup oleh selimut, matanya mengerjap pelan, membiasakan dengan cahaya yang masuk kedalam matanya.

Yeji mengulurkan tangan ke arah nakas di samping ranjang nya, meraba raba mencari benda pipih berbentuk persegi panjang. Setelah mendapatkan nya ia kemudian mendudukkan badannya, menyalakan HP milik nya.

"Apaan sih, ganggu bener," tanya nya ketika melihat banyak notif panggilan masuk dari Ibu nya, ini masih terlalu pagi dan ia sudah mendapatkan panggilan masuk sebanyak ini, tertera dilayar hp nya sekitar 15 panggilan tak terjawab.

Yeji berusaha untuk mengabaikan nya, ia menaruh hp nya kembali di atas nakas dan bergegas persiapan ke sekolah, ketika ia sedang merapihkan kasur, tiba-tiba saja hp dia berbunyi, menandakan telepon masuk, diraih nya benda pipih berbentuk persegi panjang tersebut dan terlihat nama kontak ibu nya disana, ia dengan malas mengangkat panggilan tersebut.

"Halo."

"Kamu kemana aja? kenapa dari tadi gak diangkat?." terdengar nada sedikit marah dari suara diseberang sana.

"Tidur, ini juga masih jam 6 pagi."

"Kamu ada nerima pesan dari papa kamu?"

"Gak, belum aku cek lagi, ini aku mau siap siap ke sekolah."

"Kamujangan balas pesan apapun dari papa kamu, kamu gak butuh laki laki kayak dia, kamu masih punya mamah." ujar Ibu nya Yeji panjang lebar.

"Iya paham, gak usah diulang." Yeji menjawab dengan nada malas nya, jujur ia malas dengan pembicaraan ini karena ia sudah tau ujung dari pembicaraan ini.

"Bulan depan mama bakal cerai sama dia, kamu harus sama mama terus pokoknya."

"Iya mah, ngerti, gak usah di ulang aku bilang."

"Yaudah kalau gitu, sana kamu siap siap, jangan lupa sarapan juga."

Telepon diputuskan sepihak oleh ibunya Yeji, Yeji mendesah pelan. Tangan nya kembali bergerak untuk merapihkan kasur nya setelah menaruh hp nya kembali di atas nakas, ia segera bergegas menuju kamar mandi untuk siap siap pergi ke sekolah.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
Yeji keluar dari kosan milik nya, ia berjalan dengan santai untuk menaiki angkot, hari ini ia tidak akan di antar oleh Hyunjin, dia bilang ingin menjemput pacar nya, telinga nya tersumpal oleh headset yang memutar lagu hiphop kesukaannya.

"Yeji?"

Panggil Seorang lelaki dewasa, ia menahan badan Yeji dengan cara memegang bahu nya, Yeji menoleh dan sedikit terkejut, semesta suka sekali melucu, baru saja tadi pagi dibahas, sekarang ayahnya berada dihadapannya. Yeji memasang wajah datar nya, sedangkan ayah tetap menatap nya dengan wajah sendu dan sedikit senyuman teduh.

"Mau ayah antar nak?"

Yeji rindu, rindu sekali dengan sosok lelaki dihadapannya ini, ingin sekali ia peluk dengan erat, tapi ego tidak mengijinkan, bayangan buruk tentang semua yang dilakukan oleh ayah nya kembali muncul seketika, menyerang pikiran dan perasaannya.

"Hampir setahun yah? sekarang seenaknya muncul dihadapan aku dan sok berprilaku seperti sosok ayah, maaf, gak butuh."

"Maaf.. Ayah cuman rindu putri ayah.. ayah antar ke sekolah ya?" tanya Ayah kembali.

Yeji menggeleng menolak permintaan ayah nya.

"Gak perlu, urus saja selingkuhan ayah." ucap Yeji lalu segera berbalik pergi, ia mati matian menahan bulir air mata yang memaksa ingin keluar, meninggalkan ayah dengan wajah sendu nya.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
.
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ
Yeji sudah sampai di sekolah, sekarang ia sedang berjalan di koridor menuju kelas nya, Yeji tidak bisa menahan ekspresi sedih nya karena kejadian tadi, dalam hati ia sibuk mentertawakan semesta yang dengan seenak hati memainkan hati dan pikiran nya, satu bulir air mata menetes dengan cepat ia usap menggunakan punggung tangan nya.

"Heh, kenapa lu?."

Hyunjin menegur Yeji yang jalan begitu saja melewati nya tadi, Yeji tidak memedulikan perkataan Hyunjin dan meneruskan langkah menuju kelas nya.

"Yeji lu kenapa gw tanya" kata Hyunjin, ia mengikuti langkah Yeji dan menahan tangan nya. Yeji berhenti melangkah dan menatap Hyunjin dengan mata merah nya yang menahan air mata.

"Gw ketemu sama dia,

Yeji mengatur nafas nya

setahun jin, setahun dia ninggalin gw sama nyokap, dan sekarang balik seakan gak ada kejadian apa apa." ucap Yeji.

Ia masih sibuk menata hati nya yang berantakan, Hyunjin mengusap bahu Yeji, usapan yang diberikan Hyunjin membuat Yeji tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis dalam diam, ia menumpahkan semua rasa sakit nya di hadapan Hyunjin.

Keadaan seolah mendukung kesedihan Yeji, koridor cukup sepi, hanya ada Yeji yang sedang menangis dan Hyunjin yang sibuk mengusap bahu Yeji, dipeluk nya Yeji sebentar untuk menenangkan nya.

"Gak papa, nangis aja kalau mau, jangan di tahan."

Yeji hanya bisa mendengar tanpa menjawab, ia juga tidak membalas pelukan Hyunjin, tubuh dan perasaannya sudah cukup lelah, yang ia mau hanya menumpahkan semua perasaan ini hingga hati nya terasa ringan.

.

Hyunjin berdiri di depan toilet wanita, ia menunggu Yeji yang sedang membasuh wajah nya di dalam.

"Udah, ayo."

Hyunjin menoleh menatap wajah Yeji, masih sedikit sembab, tapi tidak separah tadi. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas masing masing.

"Lu kalau mau tinggal di rumah gw dulu gak papa, mamah gak bakal keberatan juga." Hyunjin menawarkan, dan dibalas gelengan kepala oleh Yeji. Ia tidak ingin menyusahkan siapa pun.

"Sayang udah bayar kosan, lagian gw gak papa."

"Gak usah sok kuat, nangis mah nangis aja kayak tadi."

Yeji memukul tangan Hyunjin cukup kuat,

"Jangan bilang siapa siapa." ucap Yeji kemudian.

"Yeji,

kalau lu butuh gw, bilang aja, oke?"

Yeji menatap wajah Hyunjin, setidaknya ia bisa sedikit berterimakasih kepada semesta karena masih memberikan seseorang seperti Hyunjin di hidup nya, Yeji mengangguk dan tersenyum kecil.

"Makasih."

TBC

revisi, senin 25 april 2022

ㅤㅤㅤ

Rasa || Lee Jeno & Hwang YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang