Bel sekolah berbunyi sebanyak tiga kali, pertanda bahwa seluruh peserta MOS harus segera berkumpul kembali ditengah lapangan setelah jam istirahat mereka usai.
Namun, bukannya segera kembali ke lapangan, para peserta MOS itu kini sedang tampak riuh ditengah kantin. Menyaksikan Deva, siswa kelas 10 yang tengah berdiri ditengah-tengah kantin sambil sedikit panik mengelap kemeja putih seorang siswa yang tampak basah dan kemerahan akibat tersiram oleh kuah baso miliknya.
Beberapa siswa dan siswi tampak riuh berbisik, tentang kemungkinan bahwa setelah ini Deva tidak akan bisa belajar dengan tenang disekolah ini setelah, menumpahkan kuah baso pada seragam sekolah Keandra. Ketua Guardian yang terkenal kejam dan tidak pernah bermain-main dengan orang yang berani mengusiknya.
"Maaf, Kak! Maaf! Gue benar-benar ngga senagaja. Gue kesandung, maaf kak!" Ujar Deva gemetar, ia merasa luar biasa ketakutan saat ini.
Tentu saja, meski ia masih murid baru, namun ia sudah mengetahui siapa orang yang berada dihadapannya kini. Seisi sekolah membicarakannya. Mana mungkin Deva tidak tau. Lagi, tamatlah riwayatnya.
Deva semakin menciut melihat Keandra yang sama sekali tidak bersuara, malah berdiri tegap menatap dirinya yang masih sibuk berusaha membersihkan noda dikemejanya dengan datar.
"Maaf, kak! Gue ngga sengaja..." Cicit Deva lagi, saat Keandra masih tidak bersuara setelah ia meminta maaf berulang kali.
"Minggir!" Deva terdiam mendengar suara dengan nada dingin yang keluar dari bibir pemuda dihadapannya. Ia bahkan malah mematung ditempatnya tanpa sadar.
Deva kemudian tersentak, saat sebuah tangan terulur dan menariknya mundur dari hadapan Keandra. Ia sedikit mendongakkan kepalanya menatap orang yang menariknya itu, lalu kembali menunduk saat melihat Langit tersenyum kecil kepadanya.
"Biarin Kean pergi." Bisik Langit pelan. Ia menepuk-nepuk pelan bahu Deva, mencoba menenangkan anak itu.
Deva mengangkat kepalanya, ia kemudian melihat Keandra yang melangkah pergi dengan tatapan nanar. Merasa hidupnya setelah ini tidak akan tenang. Masa SMA yang ia impikan akan indah, tidak akan ia dapatkan.
"Ngga apa, dia juga tau lo ngga sengaja. Dia ngga bakal ngusik, lo." Lanjut Langit sambil menepuk pelan pundak Deva.
Deva terdiam menatap Langit. Kakak kelasnya itu tampak sangat lembut dan bersahabat. Ia jadi teringat cerita teman-temannya, bahwa meski Guardian sangat mengerikan, mereka juga memiliki beberapa anggota yang ramah dan bersahabat seperti Langit, Juna, Arza dan Atlanta. Namun tetap saja, Deva merasa tidak tenang. Ia tahu, bahwa Keandra terkenal kejam dan tidak akan segan-segan menghabisi orang yang membuatnya merasa terusik.
"Kak, sorry." Lirih Deva pelan, ia menunduk sesaat kemudian menatap Langit dengan hati-hati. "Minta tolong sampaiin maaf gue sekali lagi ke kak Kean ya, kak? Gue beneran ngga sengaja. Gue bakal tanggung jawab, nyuci baju kak Kean kalau kak Kean mau." Pinta Deva dengan sungguh-sungguh.
Belum sempat Langit menjawab, suara Juna lebih dulu memotong dengan seringai tengil dibibirnya.
"Siap-siap aja lo habis ini jadi manusia panggang." Ucapan Juna itu, kembali membuat wajah Deva memucat.
Arka menyenggol lengan Juna dengan tatapan tajam, ia kemudian berjalan pergi begitu saja.
"Jangan dengerin curut ini, Kean baik kok." Tenang Arza, lalu terkekeh. "Tapi kalau laper ya kemungkinan emang lo bakal dipanggang."
Rakka menggeleng pelan, teman-temannya ini memang tidak ada yang waras. Ia dapat melihat bagaimana Deva yang tampak hampir menangis dihadapannya akibat ucapan Juna dan Arza.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUARDIAN
Teen Fiction- Guardian - Bagaimana jadinya jika sebuah Geng motor yang terkenal akan solidaritas serta pertahanan bela diri yang kuat dari seluruh anggotanya, ternyata memiliki satu orang anggota yang sama sekali tidak bisa berkelahi? Bahkan untuk melindungi di...