H A R A P A N

198 25 13
                                    

Istirahat berlangsung tak terasa, dengan Mingi yang hanya duduk tanpa emosi di bangkunya. Ia marah, sedih, kesal, kecewa, semuanya. Hingga ia mengangkat kembali kepalanya, saat dilihatnya Yunho yang datang ke kelas dengan senyum di wajahnya, lalu duduk di bangkunya dengan nyaman.

"Yunho."

"Hm?"

"Lu kenapa mau nerima Lucas? Lu belum tahu dia yang benernya gimana, kenapa udah yakin mau jadi pacar dia?"

Yunho terkesiap. Mingi tahu dari mana? Rasnya ia tak mengatakan pasal dirinya dengan Lucas pada siapa pun. Terlebih, ia baru jadian dengan Lucas beberapa puluh menit lalu.

"Emangnya kenapa?" Yunho balik bertanya, dengan nada ketusnya. Agaknya ia masih kesal dengan kelakuan Mingi kemarin dan kemarinnya lagi, saat ia tak henti-hentinya menyuruh Yunho menjauhi Lucas.

"Dia bukan orang baik, Yun."

"Lu bisa gak sih, gak perlu kayak gitu, Gi? Lagian, udah gua bilang Lucas itu baik. Dan gua juga gak terlalu bener-bener punya sebanyak itu perasaan ke dia. Gua cuma penasaran, rasanya pacaran kayak gimana. Lagipula, hal kayak gitu bisa tumbuh sesuai berjalannya hubungan, bukan? Lucas udah tampak baik di mata gua. Udahlah, Gi. Gak usah ganggu pasal ini lagi. Gua lelah lihat tingkah lu yang kayak gitu!"

Sepanjang sisa pelajaran, Yunho menjaga jaraknya dari Mingi. Ia sudah benar-benar dibuat kesal dengan kelakuan Mingi, hingga rasanya tak nyaman pula duduk di sebelahnya. Ia meminta seseorang di pojok paling belakang bergantian tempat duduk dengannya untuk sementara waktu, hingga nanti, Yunho mulai mampu memaafkan perilaku Mingi.

Lain halnya dengan Yunho yang kesal, Mingi justru kecewa. Sangat, ia sangat kecewa dengan seluruh keputusan Yunho. Membiarkan Lucas mendekatinya, menerima Lucas sebagai pacarnya, hingga memutuskan untuk menjauhi dirinya.

Bahkan pulang sekolah pun, Mingi memutuskan pergi sendiri, tak menunggu Yunho maupun Yeosang. Ia ingin menjernihkan pikiran, dengan pergi ke sebuah toko buku, berdiam diri di sana selama hampir satu jam, dan keluar dengan sejinjing belanjaan di tangannya. Mungkin membaca komik, atau mengisi soal-soal matematika dari buku yang baru saja dibelinya akan membuat ia melupakan kekesalannya.

"Ck, goblok emang jadi orang."

Mingi baru selesai membereskan semua belanjaannya, saat didengarnya gelak tawa di dalam ruang yang terbuat dari celah toko dengan bangunan di sampingnya. Sedikit penasaran, Mingi menghampiri celah tersebut, mendapati sekumpulan orang-orang yang sepertinya tak lebih dari lima murid, dilihat dari pakaiannya yang masih merupakan seragam sekolah. Awalnya ia ingin abai, setelah sadar siapa yang berada di tengah-tengah murid asing lainnya.

Lucas.

"Udah gua bilang, bukan? Gua pasti bisa penuhin taruhan dari kalian! Sekarang mana duitnya? Ayo, mana? Gua udah berhasil jadiin Yunho pacar gua, sesuai taruhan dari kalian."

"Ah, anjing. Lu kok bisa sih? Padahal gua udah kasih taruhan seberat itu tuh biar duit gua aman. Sialan."

"Bisa dong. Apa sih yang gak bisa? Lagian emang keahlian gua, bukan, bikin anak orang jatuh cinta?"

"Eh tapi bener loh. Yunho keliatan susah dideketin sebab ada Mingi. Dia, meski cuma sahabatan, kayaknya protektif banget."

"Ck, urusan kecil itu mah! Gua gak perlu banyak usaha kalau Yunho sendiri yang udah percaya sama gua."

"Keren banget sih lu! Terus terus, entar si Yunho gimana? Maksudnya, masa iya lu mau pacaran terus sama dia? Eh apa lu mau?"

"Ya kagak lah, buat apaan anjir. Kan lu juga tau ini cuma taruhan. Dan, gua tinggal penuhi taruhan yang kedua. Kayaknya seru mainin orang kaya. Gampang lah, gua cuma tinggal nyoba tubuhnya aja sama mutusin dia sesudahnya, bukan? Lagian, belum pernah kan gua bikin anak orang kaya sampai hancur kayak gitu? Seru banget pasti—Akh!"

Goofy Goober 🍰 YunGi [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang