Jam pelajaran ke-2 di kosongkan. Semua guru sedang rapat dengan para anggota OSIS untuk membahas tentang kematian Hyojung. Orang tua Hyojung juga sudah di hubungi untuk datang ke sekolah.
Jisung beberapa kali melirik jam tangannya. Ia tidak sabar untuk pulang ke rumahnya. Berada di kelas dengan melihat wajah ketakutan dari orang-orang dikelasnya karena kematian salah satu dari orang yang dianggap berkuasa di kelas membuat Jisung sangat lelah. Sangat lelah agar tidak tertawa sehingga membuat orang-orang menatapnya aneh.
"Hei anak baru, kau ingin ke kantin?" seorang lelaki dengan seragam tidak rapi dan penampilan acak-acakan bertanya padanya.
Jisung diam. Ia terlalu malas untuk mengucapkan sepatah kata pada sampah masyarakat ini.
"Masih baru di sekolah ini sudah belagu ya? Kau meremehkan ku ya?!" lelaki itu meletakkan kedua kakinya diatas meja Jisung dan menghembuskan asap rokoknya di depan wajah Jisung.
"Pergilah" ucap Jisung datar tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.
Lelaki itu berdecak lalu tertawa sarkas. Teman-temannya juga ikut memancing nya agar memberi pelajaran pada Jisung. Atensi murid-murid dikelas mengarah sepenuhnya pada lelaki itu dan Jisung. Tidak ada yang berniat menghentikan karena hal seperti ini sudah seperti tontonan yang biasa di sekolah.
Lelaki itu menendang meja Jisung sampai terjatuh namun Jisung masih terlihat tidak peduli dan sibuk dengan buku novelnya. Merasa Geram, lelaki itupun menjambak rambut Jisung dan membuatnya mendongak untuk menatapnya.
"Kau benar-benar harus di ajarkan sopan santun?!"
Bukannya kesakitan, Jisung malah tersenyum lebar. Melihat itu lelaki itu semakin kuat menjambak Jisung sampai beberapa helai rambutnya ikut tercabut.
"Kau benar-benar ingin bermain dengan ku ya? Baiklah, mari bermain" Jisung tersenyum.
Lelaki itu terkejut saat melihat manik gelap Jisung kini berubah warna menjadi merah. Selain itu ia merasa tubuhnya sangat sulit digerakkan.
"Aku akan memberimu waktu untuk kabur. Kabur lah sejauh mungkin karena jika aku sudah menemukanmu, kau akan mati"
"Breng--"
Ucapan lelaki itu terpotong saat melihat ruangan kelas yang berwarna dan penuh sorak kini berubah menjadi kelas yang kumuh dan berlumut. Lelaki itu menjauhkan diri dari Jisung dan berbalik namun ia dikejutkan dengan darah yang merembes dari langit-langit dan turun membasahi dinding kelas itu.
"Gila! Siapa sebenarnya kau?!" Lelaki itu berbalik dan menatap tajam Jisung yang sedang duduk di bangku yang telah rusak itu.
"Aku......." Jisung menunjuk kearah dirinya sendiri lalu tertawa. "Menurutmu aku siapa?"
"Brengsek!!! Keluarkan aku dari tempat ini atau--"
"Atau apa? Kau ingin menghajar ku? Dengar Hae Joon disini aku yang berkuasa dan pembully seperti mu harus diberikan pelajaran yang setimpal"
"Apa maksudmu?!" Hae Joon mengepalkan tangannya kuat.
Jisung tersenyum smirk. "Ayo bermain petak umpet, Hae Joon. Bersembunyi lah atau mereka akan menemukan mu"
"Keparat! Aku benar-benar akan membunuhmu!!!"
Hae Joon melangkah cepat mendekati Jisung namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat di belakang Jisung kini berdiri murid-murid yang di siksa nya dahulu sampai mati.
"Sialan!!!" Hae Joon mengumpat lalu berlari keluar kelas namun bagaikan sebuah labirin ia tidak bisa keluar dari tempat mengerikan itu.
'Mati kau, Hae Joon'
'Mati kau, Hae Joon'
'Kenapa kau jahat pada kami, Hae Joon?'
'Kau harus ikut kami ke neraka, Hae Joon'
"PERGI KALIAN SEMUA SIALAN!!! MENJAUH DARIKU!!! ARGHHHHH"
"Hae Joon sadarlah, kau kenapa?"
"MENJAUH DARIKU!!! KALIAN SUDAH MATI!!! ARGHHH MENJAUH DARIKU!!!"
"Hae Joon kami ini teman mu, sadarlah"
"ARGHHH MENJAUH!!!"
"Ada apa ini?" Yeonjun yang baru saja datang bersama anggota OSIS yang lain yaitu Jaemin, Mark, Jeno, Renjun, Chenle, Haechan, Jaehyuk, Younghoon, Sunghoon, Changbin, Sungchan, dan Soobin serta beberapa guru masuk ke dalam kelas 12-1. Mereka kebingungan saat mendengar laporan tentang Hae Joon yang berteriak-teriak tidak jelas.
"Hae Joon tadi ingin mengajak Jisung ke kantin bersama tapi karena Jisung tidak menjawab jadi Hae Joon menjambak rambut Jisung tapi setelah itu tiba-tiba saja dia berteriak ketakutan seperti ini" jelas seorang murid perempuan dengan name tag -Jinri-.
Semua anggota OSIS dan para guru menoleh pada Jisung yang duduk di bangkunya yang menatap balik mereka dengan tatapan datar.
"Dia anak paman Chanyeol 'kan? Yang akan di jodohkan dengan kita itu?" Chenle berbisik di telinga Jeno.
"Bukan kita, dia akan memilih salah satu di antara kita untuk menikah dengannya" Jeno balik berbisik di telinga Chenle.
"Dia manis tapi juga menyeramkan" bisik Younghoon yang ikut mendengar pembahasan Jeno dan Chenle yang diangguki Jeno dan Chenle.
"ARGHHHH!!!"
"Bawa Hae Joon ke UKS dan Jisung biarkan dia pulang dulu, ini pasti membuatnya takut terlebih hari ini hari pertamanya di sekolah umum" ucap bu guru Wendy dan melangkah keluar kelas lebih dulu bersama guru lain sedang para murid lelaki yang lain menyeret Hae Joon ke UKS.
Sunghoon melangkah mendekati Jisung dan mengusap lembut pucuk kepalanya. "Kau tenang saja, semua akan baik-baik saja"
"Daripada mengkhawatirkan ku lebih baik khawatirkan dirimu sendiri" ucap Jisung datar tanpa menatap Sunghoon.
Jisung beranjak dari duduknya dan berlalu melewati Sunghoon. Ia menundukkan kepala saat melewati banyak orang yang tengah memperhatikannya. Jisung memejamkan mata sembari terus melangkah saat merasakan aura seseorang yang berbeda dari kerumunan itu. Ia baru membuka mata saat ia telah berada cukup jauh dari kelasnya.
"Ah~~ dia rupanya, akhirnya ketemu" gumamnya sembari tersenyum tipis dan melangkah pergi untuk pulang.
TBC...........................................................
Seperti judulnya bloody game yang artinya 'permainan berdarah' sama halnya dengan Eres Mío book ini akan berisi adegan kekerasan.
See you next chap.........
Salam hangat dari Semenya Jisung
- Ria
![](https://img.wattpad.com/cover/286986236-288-k420763.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Game For Love 🔞 (On Going)
FanfictionJisung tidak ingin di jodohkan dengan anak dari teman-teman ayahnya. Namun karena ayahnya memaksa akhirnya ia pun terpaksa menyetujuinya namun dengan satu syarat yaitu mereka harus melewati permainan khusus dari Jisung. Dan yang menang itulah yang...