05

1.2K 109 23
                                    

"Ada apa gerangan sehingga tuan muda yang manis ini cemberut begitu?" Heechul bertanya saat dilihatnya ekspresi Jisung yang sedari tadi membuatnya heran.

"Para sialan itu menghancurkan kesenangan ku, paman. Andai saja waktu itu mereka tidak mencegah sudah ku pastikan gadis ular itu bersimbah darah saat itu juga" ucap Jisung kesal.

"Sudahlah jangan dipikirkan. Tuan muda masih punya banyak waktu untuk bermain-main dengan mereka" Heechul menghibur Jisung.

Jisung mendengus kesal lalu kemudian memejamkan matanya. Ia menarik napasnya dalam dan menghembuskan nya perlahan dan itu ia lakukan berulang-ulang sampai ia merasa tenang.

"Sudah lebih baik?" tanya Heechul sembari mengusap-usap pundak Jisung dan melempar senyum kecil.

"Hm ya" jawab Jisung singkat.

Heechul membawa Jisung untuk duduk di sofa lalu kemudian mengobati pergelangan tangan Jisung yang terluka karena ulah Jisung sendiri. Ini merupakan kebiasaan Jisung, jika dia marah maka dia tidak segan-segan melukai dirinya sendiri dan itulah yang selalu dikhawatirkan Heechul.

Sedari kecil Jisung hanya Heechul yang setia mendampinginya. Orang tua Jisung terkadang tidak bisa berlama-lama di rumah karena pekerjaan mereka yang banyak. Bahkan saat Jisung kecil, kedua orangtuanya sering meninggalkannya dan pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis. Oleh karena itu segala keanehan Jisung hanya Heechul yang mengetahuinya.

"Jangan terlalu terbawa emosi. Berusahalah untuk mengendalikannya, paman tidak ingin jika tuan muda melukai diri sendiri seperti ini" nasihat Heechul sembari membalut luka Jisung.

Jisung menghela napas panjang sebelum kemudian mengangguk pelan. Ia memejamkan matanya dan tidak lama kemudian ia tertidur. Melihat itu, Heechul tersenyum tipis sebelum kemudian mengangkat tubuh Jisung dan membaringkannya di tempat tidurnya.

"Tidur yang nyenyak, malaikat kecil" Heechul berbisik pelan lalu kemudian menyelimuti Jisung. Dipandanginya lama wajah tenang tuan mudanya itu saat tertidur, lalu tersenyum tipis dan kemudian langkahkan kaki pergi dari situ.









"Aku sungguh merasa aneh dengan anak dari paman Chanyeol itu" ucap Sunghoon yang sedari tadi diam merenung.

"Tidak bisakah kau tinggal menyebutkan namanya? Park Jisung namanya" ucap Haechan sebelum kemudian meneguk minuman sodanya.

"Aneh bagaimana?" Jeno yang duduk di seberang Sunghoon menatap heran.

"Sebenarnya Jaemin sudah mengatakan ini kemarin saat kita rapat. Dari pertama dia masuk ke sekolah kita, ada saja keanehan-keanehan yang terkadang di luar nalar yang terjadi. Dan aku juga sekarang merasa ucapan Jaemin ada benarnya, seperti aneh saja melihat sesuatu yang kebetulan seperti ini" ucap Sunghoon yang membuat Jaemin tersenyum tipis.

"Selama sekelas dengan Jisung, apa kau pernah memperhatikan hal yang aneh darinya?" Soobin bertanya pada Yeonjun.

"Tidak ada yang aneh, terkecuali sikapnya yang dingin yang menunjukkan dia tidak suka berteman" jawab Yeonjun sembari mengingat-ingat.

"Selain berbicara tentang Jisung, lalu bagaimana penyelesaian masalah untuk permainan yang selalu meneror kita ini? Aku masih menunggu permainan apa yang mereka ingin kita mainkan? Dan kapan itu dimulai? Aku merasa akan gila setiap saat email misterius itu masuk ke ponsel ku" ucap Jaehyuk yang sudah frustasi dengan teror dari email misterius itu.

"Permainan tentang itu ada bertepatan dengan Jisung masuk ke sekolah kita, aku juga tidak mengerti permainan itu dan apa tujuannya. Tapi orang itu mengatakan kalau kita harus bermain walaupun tidak tahu apa tujuannya " ucap Changbin ikut bersuara.

"Mungkin saja tebakan ku salah tapi aku merasa akan ada korban disini. Ada nyawa yang akan menjadi tumbal" ucap Mark yang membuat atensi teman-temannya itu tertuju padanya.

"Aku tidak bermaksud menakuti tapi melihat kejadian aneh di sekolah kita, ku pikir itu akan ada hubungannya dengan permainan ini" ucap Mark lagi.

"Bukankah seperti nama permainan nya? Bloody game.." Jaemin tersenyum kecil sebelum kemudian alihkan pandang ke luar jendela dan memejamkan matanya sebelum kemudian berucap, "aku juga bisa merasakan bau darah yang menyebar di lingkungan sekolah kita"

Deg!!










Jisung tersenyum lebar melihat map yang berisi informasi di dapatkan Heechul atas permintaan Jisung. Informasi itu berisi data-data setiap murid yang ada di sekolah nya beserta kepala sekolah dan guru-guru yang ada disana.

Semua informasi itu Jisung baca dengan teliti sembari menikmati sebotol wine yang di campur dengan beberapa tetes darah segar di dalamnya. Sesekali Jisung akan tertawa saat menemukan informasi menarik yaitu setiap perbuatan tidak pantas yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekolahnya itu.

"Aku sudah menduga sekolah itu akan menjadi tempat bermain yang sangat seru" ucap Jisung senang layaknya anak kecil yang mendapatkan mainan baru yang disukainya.

"Lalu apa yang akan tuan muda lakukan setelah mendapatkan informasi ini?"

"Terlalu banyak sampah di sekolah itu yang harus dihukum, paman. Tapi aku juga harus membuat permainan yang menarik untuk mereka yang dijodohkan dengan ku itu. Aku tidak ingin satupun dari mereka selamat ataupun memenangkan permainan ini. Aku tidak butuh cinta ataupun sebuah pesta pernikahan. Aku hanya menginginkan kematian dan sebuah upacara pemakaman untuk mereka" Jisung tersenyum tipis.

Heechul memejamkan matanya sebentar sebelum kemudian membuka matanya kembali dan alihkan pandang ke luar jendela kamar Jisung. Bersama dengan Jisung membuat Heechul harus mengesampingkan rasa kemanusiaannya dan diam tanpa menghalangi keinginan Jisung.

Jisung yang sadar saat Heechul tidak merespon ucapannya berbalik menghadap Heechul dan menatapnya polos layaknya anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan kemudian memasang wajah sedih.

"Apa paman takut pada ku? Apa paman menganggap ku monster sekarang?" tanya Jisung yang membuat Heechul menoleh ke arahnya.

"Tidak, tuan muda. Anda tetaplah malaikat kecil di mata saya" ucap Heechul yang membuat Jisung tersenyum lebar. Jisung kembali berbalik badan membelakangi Heechul dan melihat satu persatu foto-foto dari mereka yang dijodohkan dengannya itu.

"Besok aku akan memulai permainannya dan salah satu dari 13 orang ini akan mati. Sedangkan yang lainnya akan menyusul satu persatu" Jisung tersenyum sembari memberi tanda silang pada satu foto yang ada di dinding kamarnya itu.

"Kalian tenang saja, permainan ini tidak akan lama. Jadi bersenang-senanglah" ucap Jisung pelan sebelum kemudian tertawa senang.







TBC..........................................

See You

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloody Game For Love 🔞 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang