04

1.5K 156 16
                                    

"Arghhh! Bagaimana bisa kejadian seperti ini terjadi disekolah kita?! Ini sungguh membuatku frustasi. Jika sampai berita ini tersebar reputasi sekolah ini akan hancur dan kita yang akan disalahkan" Yeonjun mengacak rambutnya kasar dan berjalan mondar-mandir.

Teman-temannya yang lain hanya diam mendengarkan Yeonjun berucap. Mereka sama bingung nya dengan Yeonjun tetapi tidak menunjukkan nya secara terang-terangan seperti Yeonjun. Mereka mengerti mengapa Yeonjun seperti itu mengingat Yeonjun adalah ketua OSIS yang membuatnya tertekan karena harapan sekolah ada padanya dan ia yang akan disalahkan jika sampai berita seperti ini tersebar.

"Lupakan dulu masalah ini sebentar, kalian semua sudah bertemu kan dengan seseorang yang ingin dijodohkan dengan salah satu dari kita itu?" Younghoon mengalihkan topik dan semuanya mengangguk dengan wajah serius.

"Aku merasa Jisung itu sangat aneh. Jisung itu membuat ku merinding" ucap Chenle yang diangguki cepat oleh Jeno.

"Dia mempunyai aura yang berbeda dari sekitarnya. Maksud ku lihatlah matanya saat menatap kita seperti meremehkan dan mengejek kita karena kejadian ini" ucap Jeno.

"Saat aku berkenalan dengannya, dia juga sangat acuh padaku. Seperti memberi batasan tembok yang kuat yang tidak boleh dilewati" Yeonjun mendudukkan dirinya di samping Jaemin dan ikut larut dalam topik mengenai Jisung yang dibahas Younghoon, Chenle, dan Jeno.

Yang lain hanya menyimak. Sebagian dari mereka memang memperhatikan Jisung tetapi sebagian yang lain hanya melihat sekilas, salah satunya Jaemin dan Mark. Mereka lebih fokus pada Hae Joon yang ketakutan.

"Intinya apa pendapat kalian mengenai Jisung?" Mark bertanya.

"Misterius" jawab Jeno dan Chenle bersamaan.

"Dingin" tambah Yeonjun.

"Menakutkan" Younghoon berucap.

"Kau juga menyentuh nya tadi Sunghoon, bagaimana pendapat mu tentang nya?" Jaehyuk bertanya.

"Seperti yang diucapkan mereka, anak itu aneh" jawab Sunghoon seadanya.

"Apa kalian tidak heran saat anak itu datang ke sekolah kita tiba-tiba kejadian aneh seperti ini terjadi disekolah kita?" celetuk Jaemin yang kemudian menjadi perhatian teman-temannya.

"Apa jangan-jangan dia ada hubungannya dengan semua ini?" sambung Jaemin lagi.

"Tidak mungkin. Itu pasti hanya kebetulan. Memangnya apa yang bisa dilakukan anak baru itu sehingga membuat kejadian yang menghebohkan seperti ini? Tidak ada." sangkal Haechan.

"Iya Jaem, bagaimana bisa kau menuduh hal seburuk itu tentang Jisung? Walaupun dia itu aneh tetapi bukan berarti kau bisa menuduh dia seperti itu" ucap Yeonjun membela Jisung.

"Aku hanya menebak" ucap Jaemin singkat.

Ting!

Ponsel mereka berdenting bersamaan. Masing-masing dari mereka mengecek ponselnya masing-masing dan rupanya itu adalah notif email yang baru saja masuk ke ponsel mereka.

"Guys...." Mark menggantungkan kalimatnya saat atensi teman-temannya tertuju padanya. Email yang masuk ke ponsel mereka barusan ternyata adalah petunjuk dari bloody game for love.

"Perasaan ku tidak enak tentang game ini, apa maksudnya?" ucap Renjun dan melempar ponselnya ke samping nya.

"Dari yang ku pahami ini seperti permainan untuk bertahan hidup. Siapa yang bertahan sampai akhir dialah pemenangnya" Soobin berucap serius.

"Disini ada petunjuknya. Jam 12, kabut, tentukan. Apa maksudnya? Kita disuruh menentukan apa?" Haechan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku rasa si pembuat permainan akan hadir disekolah kita besok" ucap Chenle.

"Di sekolah kita? Apa jangan-jangan dia menyamar menjadi salah satu murid disana?"

"Sekolah itu punya ratusan murid sangat tidak mungkin mencarinya diantara ratusan murid itu" Sungchan berucap.

"Dari petunjuknya sudah jelas jam 12, kabut, dan tentukan. Itu berarti jam 12 itu akan ada kabut dan kita harus menemukan si pembuat permainan ini untuk menghentikan nya" ucap Jeno.

"Permainan ini membuat ku pusing, memangnya apa untungnya kita mengikuti kata-katanya?" Jaehyuk berucap kesal.

"Perasaan ku mengatakan permainan ini akan membawa kita pada sesuatu yang tidak kita duga sebelumnya. Seperti sebuah kejutan besar. " ucap Jaemin yang membuat teman-temannya terdiam.





Jisung turun dari mobilnya. Seperti biasa ia diantar ke sekolah oleh supir pribadi nya. Berbeda dengan kemarin, hari ini Jisung merasa sangat bahagia. Jisung tidak sabar untuk memulai permainan berdarah untuk para laki-laki yang menjadi calonnya itu. Menurut Jisung, pasangannya haruslah orang yang istimewa sama seperti dirinya.

"Wah, hari ini sangat cerah ya? Bagaimana kalau bermain - main lagi dengan para pembully ini?" Jisung bergumam saat dilihatnya di dalam kelasnya ada seorang murid perempuan cantik tengah membully murid perempuan culun yang lemah darinya.

"Menjijikkan" ucap Jisung saat dirinya melewati murid perempuan yang tengah membully itu.

Merasa tersinggung murid perempuan itu berbalik dan menghampiri Jisung yang duduk di bangku nya dan menatap datar padanya.

"Bilang apa kau barusan?" murid perempuan itu menatap tajam Jisung.

"Menjijikkan. Kau menjijikkan" Jisung menekan kata-kata nya dan tersenyum remeh saat dilihatnya perempuan itu berusaha menahan amarahnya.

Jisung melihat name tag murid perempuan itu dan menyeringai. Yeon Jin, nama yang indah tapi sayangnya perbuatannya tidak mencerminkan nama itu. Perempuan itu rela menjual jiwa kedua orang tuanya pada iblis hanya untuk mendapatkan kecantikan dan ketenaran. Menjijikkan.

"Kau seorang laki-laki tetapi mulut mu bahkan lebih busuk daripada seorang jalang!"

"Setidaknya aku tidak bersekutu dengan iblis untuk hal yang bersifat sementara"

"Kau--"

"Yeon Jin, seorang anak tunggal. Kelebihan tidak ada, kekurangan haus akan pujian. Rela menjual jiwa kedua orang tuanya pada iblis hanya untuk menjadi cantik. Apakah hal seperti itu bisa disebut seorang manusia?" Jisung tersenyum. Sampai Yeon Jin mengangkat tangannya untuk menampar Jisung, Jisung tetap tersenyum.

Namun belum sampai tangan Yeon Jin mengenai pipi Jisung, seseorang lebih dulu menahan tangan nya. Jisung membuang muka saat melihat kedatangan para laki-laki yang menjadi calonnya itu. Seseorang yang menahan tangan Yeon Jin barusan adalah Mark. Yeon Jin meringis saat merasakan sakit ditangannya karena Mark mencengkram nya sangat kuat.

"Kenapa kalian membelanya? Dia yang lebih dulu memulai!" Yeon Jin marah.

"Memangnya aku memulai apa?" Jisung memiringkan kepalanya dan menatap Yeon Jin polos.

"Kau!!"

"Yeon Jin tahan emosi mu. Jisung masih baru disini, jadi jangan melewati batasan dan jangan membuat masalah atau kau harus berurusan dengan kami!" Yeonjun selaku ketua kelas disitu berucap tegas.

Mark melepaskan tangan Yeon Jin dan membiarkan Yeon Jin pergi. Melihat mangsanya lepas, Jisung berdecak pelan. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri perempuan yang baru saja dibully tadi.

"Sudah ku bilang dia anak yang aneh" ucap Chenle pelan namun masih bisa didengar oleh teman-temannya.

Salah satu dari mereka memperhatikan Jisung lama sebelum kemudian berbalik pergi dan meninggalkan kelas itu saat indra penciuman nya mencium bau yang mengganggu nya.

'Bau darah'














TBC...............................................

Sudah lama ya 🙂

See U

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria



Bloody Game For Love 🔞 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang