Hari itu berjalan seperti biasa, yang berbeda hanyalah mereka berdua yang tidak bertukar kabar sama sekali. Di pagi hari, Chohee pergi kerja karena panggilan atasannya, begitu juga dengan Jimin, sebagai seorang jurnalis, tidak ada hari libur untuknya. Siang harinya, mereka makan siang di tempat makan pilihan masing-masing. Malamnya, mereka sama-sama pulang dengan tubuh yang lelah.
Namun, berbeda dengan Chohee, yang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan hanya merasa penasaran dengan jawaban Jimin, laki-laki yang jawabannya ditunggu itu memikirkan perasaannya seharian.
Saat sedang memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada teman masa kecilnya itu, sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.
Ting!
Jimin, bolehkah aku meminta tolong padamu?
Pesan permintaan tolong itu dari teman dekatnya dari kantor. Sebagai rekan kerja, tentu saja Jimin akan membantu temannya.
Kamu ingat waktu itu kita dan teman kecilmu itu pernah makan siang bersama?
Jimin ingat, temannya itu adalah satu-satunya rekan kerja yang pernah makan bersama dengan Chohee.
Bolehkah kamu mengenalkannya padaku? Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tepat pada saat itu, Jimin sadar akan perasaannya. Sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar, laki-laki itu sudah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjaga seorang anak perempuan bernama Chohee yang duduk di sebelahnya dari laki-laki manapun. Ia tidak akan membiarkan laki-laki selain dirinya memiliki gadis itu.
Dengan cepat Jimin melesat ke arah parkiran dan menjalankan mobilnya menuju ke apartemen Chohee. Jimin bahkan tak membalas pesan yang dikirim oleh temannya.
Begitu sampai, ia langsung berlari ke ruang apartemen gadis itu dan memencet bel.
Ting Tong!
Gadis itu sedang menaiki tangga ke ruang tidurnya saat ia mendengar suara bel itu. Siapa yang datang malam-malam begini? Batin Chohee.
Begitu membuka pintu apartemennya, gadis itu dikagetkan dengan seorang laki-laki yang sedang kelelahan, menarik dan membuang napas dengan cepat. Seolah-olah laki-laki itu dikejar oleh sesuatu, "Jimin?"
"Chohee-ya, bolehkah aku masuk?"
"Tentu saja, masuklah dulu," ucap gadis itu, membiarkan laki-laki yang sedang kelelahan itu masuk, "aku akan menyiapkan minum—" ucapannya terpotong oleh Jimin yang menggenggam kedua bahunya.
"Jimin? Ada apa?" tanya Chohee, penuh dengan kebingungan.
"Kamu ingat saat kita sedang memakan bekal yang dibawakan orang tua kita saat duduk di bangku sekolah dasar?" gadis itu hanya mengangguk, "dengan bodohnya aku baru menyadari bahwa sejak saat itu, hanya ada kamu di pikiranku."
Jantung gadis itu terasa seperti berhenti berdetak. "Kamu yakin kamu tidak salah?"
"Sangat yakin."
Perasaan adalah hal yang rumit nan sederhana. Kamu bisa menghabiskan begitu banyak waktu dengan seseorang dan beranggapan bahwa dia adalah seorang teman tanpa menyadari perasaanmu yang sebenarnya. Kesadaran akan perasaan itu akan terjadi saat orang lain ingin atau sudah memiliki orang yang berharga bagimu.
Begitu juga dengan Park Jimin dan Hwang Chohee, kisah seorang gadis ambisius yang periang dan laki-laki dingin yang hanya bersikap hangat pada seorang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Drunk? ✔
Short StorySebuah kisah singkat nan rumit tentang bagaimana Hwang Chohee menjalankan rencana ketidaksengajaannya.