Suasana yang Berubah

25 2 0
                                    

"Laki-laki itu sekarang berada di Seoul," Chohee berhenti, ia mengangkat kepalanya dan membalas pandangan laki-laki itu, "di hadapanku." Ia menyelesaikan kalimatnya dengan tersenyum ke arah laki-laki yang memiliki perasaannya selama enam belas tahun.

Begitu mengatakan itu, Chohee meminum sisa soju yang ada dalam botol hijau tua, isinya tinggal setengah, jadi ia berani meminumnya langsung. "Kamu bisa sampaikan besok. Sepertinya aku akan tidur sekarang," ucapnya, kemudian beranjak ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan kemudian ke ruang tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya.

"Baiklah." Semangat yang tadi terpancar di mata laki-laki itu lenyap.

Jimin terlelap cukup malam, sekitar jam dua subuh, ia baru bisa terlelap. Memikirkan hal-hal yang dikatakan oleh Chohee bukanlah hal yang bisa ia pikirkan dengan cepat. Jika dipikirkan lagi, selama ini ia juga selalu ada untuk gadis itu. Apa mungkin Jimin merasakan apa yang dirasakan Chohee tapi tidak menyadarinya? Entahlah, biarkan ia tertidur untuk sekarang.

Matahari menyambut Jimin yang terlelap di sofa semalam, ia bahkan tidak berganti baju karena ia tidak bisa ke ruang tidurnya untuk mengambil sepasang pakaian baru. Tidak jika gadis itu masih di dalam. Jimin yang terbangun pagi itu pun bergegas untuk memasak sarapan.

Saat memasak, pikirannya kembali memikirkan urusannya yang belum selesai semalam. Tangannya yang sudah terbiasa dengan gerakan memasak pun bergerak tanpa harus diperintah oleh pikirannya. Tentu saja hal itu terjadi karena pikirannya sibuk memikirkan hal lain; seorang gadis bernama Hwang Chohee.

Suara pintu yang terbuka membuyarkan konsentrasinya, "Selamat pagi, Jimin-ah," sapa gadis itu, mengusap-usap matanya. "Pagi juga, Chohee," ucap Jimin.

Tidak seperti saat-saat sebelumnya, kali ini suasana di antara kedua orang itu begitu canggung. "Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Chohee, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

"Nyenyak, bagaimana denganmu?" Bohong.

"Cukup pulas."

Keduanya kembali diam. Suara-suara yang ada di dapur hanya berasal dari Jimin yang sibuk memasak. Laki-laki itu memilih untuk tidak memikirkan apa pun selain dari sarapan yang harus ia siapkan sekarang.

"Apa kamu ... siap memberikan responmu?"

Namun, tentu saja gadis di belakangnya tidak berpikir demikian. "Mungkin?"

"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Kamu tau dimana bisa menemukanku." Gadis itu kemudian pergi dari dapur.

"Ah, tunggu." Chohee berhenti melangkah.

"Ya?"

"Um, tidak jadi."

"Baiklah."

Mereka kembali sibuk melakukan kegiatan mereka masing-masing. Bahkan saat menyantap sarapan pun, suasana hangat, yang biasanya selalu ada, hilang.

Are You Drunk? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang