"Kalian yakin Sasuke akan datang hari ini?" Entah sudah berapa kali Ino menanyakan hal yang sama kepada keempat laki-laki di depannya.Mereka hanya menatap Ino dengan malas, tak ingin memberi jawaban untuk kesekian kali. Beruntungnya, Ino memiliki Sakura yang sangat sabar menghadapinya.
"Benar, Ino. Sasuke akan kemari. Lagian kita janjiannya kan jam lima. Ini masih jam empat. Bersabarlah sedikit!" titah Sakura dengan suara pelan.
"Ya mana tahu mereka menipu kita, kan?"
"Enak saja. Tampan-tampan begini dibilang penipu," sergah Gaara kesal.
"Kenapa Sasuke tidak menginap di tempatmu saja, Naruto? Jika begitu kalian kan bisa sekalian kemari tadi."
Perkataan Ino membuat Naruto yang sedang memperhatikan kopinya mengalihkan pandangan ke arah Ino.
"Dia sudah memiliki apartemennya sendiri. Lagi pula perusahaan arsitektur tempat dia bekerja dekat dengan komplek apartemennya."
"Dia langsung membeli? Bukan menyewa?" tanya Sakura antusias.
Naruto hanya mengangguk. "Secara teknis bukan dia yang membeli. Orangtuanya."
"Waw, Uchiha Sasuke memang berada di level yang berbeda," puji Ino.
"Makanya jangan terlalu berharap padanya. Dia mungkin sudah dijodohkan dengan pewaris lainnya," kata Kiba dengan sungguh pada dua teman perempuannya itu.
"Siapa yang berharap?" tanya keduanya dengan kompak. Keempat laki-laki itu hanya menggelengkan kepala mereka pelan, mengejek Sakura dengan Ino hanya dengan pandangan.
"Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan kasir Naruto?" goda Ino dengan jail pada Gaara.
"Namanya Hinata. Ya, kami baik. Dia masih menolakku," jelas Gaara sambil menghela napas. Pandangannya ia alihkan kepada perempuan yang sedang melayani pelanggan terakhir di kafe milik Naruto ini.
Sebentar lagi kafe akan tutup dan Gaara sudah bersiap menawarkan diri untuk mengantar perempuan itu lagi. Siapa tahu kali ini tidak akan ditolak.
"Sudahlah Gaara, masih banyak perempuan lain di dunia," hibur Ino dengan wajah sedih, yang tentunya pura-pura. Ia bahagia sekali melihat Gaara menderita karena wanita. Soalnya dulu Gaara sangat senang membuat wanita menderita. Anggap saja Hinata sebagai jawaban dari doa-doa para perempuan yang dulu disakiti Gaara.
"Tapi yang pernah menolakku hanya dia. Aku tidak ingin catatan berkencanku rusak."
"Kau dan harga dirimu benar-benar menyebalkan!" hardik Ino.
"Ini berarti kau tidak benar-benar menyukainya. Kau hanya merasa tertantang karena dia menolakmu. Harga dirimu terluka, kan?" tanya Sakura dengan wajah kesal. Ia juga tidak suka laki-laki yang seperti Gaara. Menurutnya mereka tidak benar-benar menghargai perempuan. Hanya menjadikan perempuan sebagai objek.
"Aku bersyukur dia menolakmu. Aku menganguminya untuk itu," kata Ino sambil melihat ke arah Hinata. "Perempuan itu terlalu baik untukmu."
Merasa diserang oleh kedua temannya itu, Gaara tidak suka. Ia menatap keduanya kesal kemudian berujar pelan, "Jangan berbicara seolah-olah kalian sangat mengerti diriku."
"Kami mengerti, Gaara," kata Ino penuh penekanan.
"Kalian tidak," balas Gaara.
"Sudah-sudah. Kenapa jadi beradu argumen? Sesekali bertemu, mari hanya bicara hal-hal yang menyenangkan," kata Shikamaru menengahi mereka.
Sakura dan Ino akhirnya mengalah. Malas melanjutkan perdebatan dengan Gaara. Laki-laki itu tidak akan mengalah hanya karena mereka berdua perempuan.
Naruto yang melihat suasana meja mereka sudah kondusif akhirnya beranjak dan mendekati Hinata.
![](https://img.wattpad.com/cover/299612201-288-k175433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Memories Stay Forever
Fiksi PenggemarTentang Uchiha Sasuke dan Hyuuga Hinata yang selalu saling mencinta.