part 3

10.8K 850 1
                                    

Siang ini, setelah jam istirahat selesai. Mark memutuskan untuk pergi menemui ketua osis di sekolah mereka yaitu Nakamura Jaemin, terkait acara pentas seninya yang di larang tampil di acara festival sekolah.

Sungguh Mark tidak mengerti dengan isi pikiran pria jepang itu, kenapa dengan seenaknya ia melarang Mark mengadakan acara drama untuk kegiatan sekolah mereka itu?

"Aku sudah membicarakan hal ini pada ibu yayasan, dan memang beliau lah yang meminta kami pihak osis untuk melarang kalian membuat pentas drama tahun ini"
Ucap Jaemin di dalam ruangan osis pribadi miliknya.

Mark yang duduk di depannya menatap tidak percaya kearah adik kelasnya itu.

"Enak aja, gue nggak terima. Pokoknya gue bakal tetap tampil di acara festival itu"
Tolak Mark.

"Kami akan mengunci ruangan teater jika kalian tetap memaksa"
Jawab Jaemin dengan sangat tenang.

What the hell?

Seriusan ini?

"Memangnya alasanya apa, sampai kami di larang buat tampil? Bukannya ini kegiatan untuk semua murid, ya? Kenapa kami merasa di asingkan di sekolah ini?"
Tanya Mark dengan wajah kesalnya.

"Tahun ini, pihak sekolah ingin mengadakan pameran lukisan, ibu yayasan meminta kami menutup ekskul yang berhubungan dengan kesenian agar pusat pengunjung festival hanya tertuju ke pameran lukisan saja"
Ucap Jaemin menjelaskan alasan mengapa mereka melarang klub milik Mark itu tampil tahun ini.

Mark masih tidak terima. Tentu saja! Meskipun pameran lukisan juga sudah mulai di sorot banyak orang diluar sana. Tapi bukankah klub teater mereka juga memiliki banyak prestasi?

Jaemin masih menatap diam kearah Mark yang juga hanya diam saja.

Tanpa mengatakan apapun, Mark memutuskan untuk pergi dari sana dengan begitu saja.








































"Osis brengsek!"
Teriak Mark sambil memukul meja kantin. Ia memutuskan untuk bolos mata pelajaran selanjutnya dan duduk sendirian di kantin untuk menenangkan dirinya.

"Ngeselin banget sih!"
Mark bicara sendirian sambil mengusap mata sembabnya. Ia mulai menangis ternyata. Tentu saja Mark sangat sedih, karena ini pentas pertama untuk para junior kelas satunya. Dan kejadian ini terulang lagi karena ibu dari Jeno itu.

"Kamu ngapain disini?"
Tubuh Mark tiba-tiba saja tertegun saat mendengar suara itu. Ia segera menoleh kearah belakang tubuhnya, dan berhasil menemukan Jeno yang tengah berdiri diam di belakangnya.

Tanpa bepikir panjang, Mark langsung bangkit dari duduknya dan memukul cukup kuat dada bidang Jeno.

"Brengsek! Cowok brengsek!"
Kesalnya sambil terus memukul dada Jeno dengan kedua tangannya yang mengepal. Jeno terlihat kebingungan, ia mulai meraih tangan Mark yang masih melayangkan pukulan dengan tangan kecilnya lalu menahan tangannya.

"Ada apa?"
Tanya Jeno dengan suara lembutnya. Mark menatap kedua mata Jeno dengan mata sembabnya membuat Jeno tertegun.

"Kenapa sih nyokap lo selalu ngelarang kami buat ngelakuin hal yang kami suka? Apa nyokap lo sebegitu bencinya sama klub teater?"
Tanya Mark dengan tangisannya yang mulai keluar dari bibirnya. Di tambah air matanya yang mulai jatuh membasahi pipinya yang sudah memerah padam.

Jeno yang mendengar dan melihat keadaan Mark saat ini merasa tidak tega. Ia menarik pelan tangan Mark yang masih ia genggam sedari tadi, membuat Mark segera terdorong dan menabrak dada bidang Jeno. Pelukan lembut dan elusan lembut Jeno berikan pada punggung dan rambut Mark.

"Aku akan membicarakan hal ini pada mommy, kamu nggak perlu khawatir dan jangan menangis"
Ucap Jeno berbisik di telinga Mark. Mark sudah merasa bodo amat dengan Jeno yang merupakan musuh bebuyutannya, ia merasa sangat nyaman dengan elusan lembut yang Jeno berikan. Belum lagi wangi tubuh Jeno yang sangat menenangkan untuknya.

Lama mereka berpelukan seperti itu, hingga akhirnya Mark terlelap dalam tidurnya. Jeno yang merasa jika tubuh Mark tertumpu padanya pun langsung memeriksa keadaan Mark, dan betapa terkejutnya Jeno saat melihat Mark yang tertidur di pelukannya.

Wajah tenang itu membuat senyuman lembut terukir di wajah tampan sang calon pemimpin cosa nostra itu.

"Jen!"
Teriakan Hyunjin dari arah belakang tubuh Jeno membuat pria itu langsung meminta Hyunjin untuk diam. Pria korea itu langsung menghentikan langkahnya lalu bertanya dengan ekspresi wajahnya.

Jeno menunjuk kearah Mark yang tengah tertidur di pelukannya. Tersadar akan hal itu, Hyunjin langsung mengangguk pelan.

"Kalau udah selesai ngurus dia, balik ke lapangan ya"
Ucap Hyunjin dengan berbisik. Jeno mengangguk pelan, lalu Hyunjin segera pergi dari sana.

Jeno kembali menatap kearah Mark, dan dengan mudahnya Jeno langsung menggendong tubuh Mark bak pengantin baru. Jeno memutuskan untuk membawa Mark ke uks, agar anak itu bisa tidur dengan nyaman disana.



































VannoWilliamsSuldarta

Love Slave (NoMark) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang