Rio Brengsek

35 32 15
                                    

Malam telah larut. Aku terhimpit diantara dua waktu. Antara bertemu denganmu atau tidak sama sekali.
Aku mencoba memasang wajah bahagia. Mengingat kenangan manis yang pernah kita rangkai bersama. Tapi, aku rasa itu sia-sia dan membuang waktu saja.
Aku rindu melihat senyum di sudut bibirmu.
Melihat tawamu saat menceritakan hal konyol bersamaku. Ah, andai saja waktu bisa di ulang. Aku tidak akan menyia-nyiakan itu.

-T.A.P


Di kamar yang terlihat minimalist. Angel duduk di meja belajar sambil membaca buku kesukaannya. Ia tidak bisa memungkiri kalau pikirannya masih tidak bisa lepas dari nama Natha. Percuma ia menyibukkan diri, berusaha mengontrol perasaan dan pikirannya tentang Natha. Itu percuma. Tidak ada hasilnya.

Sudah 3 hari Angel tidak masuk kuliah karna sakit. Tapi di hari ke 3 ini sepertinya dia sudah terlihat mendingan. Meskipun tidak dengan hatinya. Sejak saat Natha mengantar Angel pulang dalam keadaan deman dan di saat itu pula Angel mengutarakan isi hatinya, Natha sudah tidak pernah mengunjunginya lagi. Mungkin hanya mengecek keadaan Angel lewat chat. Kalau telvon atau video call mungkin sehari satu kali. Itu pun kalau Natha sempat.

Entah apa yang di lakukan pria itu sampai mengunjungi Angel saja tidak ada waktu. Padahal Angel sangat membutuhkan kehadirannya.

Di sela-sela membacanya handphone miliknya tak sengaja bergetar. Menandakan satu panggilan masuk.

Ddrrttt ddrrtt

"Hallo Gel."

"Iyaa Ji,?"

"Gawat Gel. Natha berantem."

"Berantem? Sama siapa?!"

"Sialnya gue gak tau. Yang jelas cowok itu tinggi, putih. Gue juga gak pernah liat sebelumnya."

"Apa mungkin Rio?" Btn Angel.

"Shareloock sekarang!!"

Angel langsung mengambil kunci mobil yang ada di nakas. Dengan cepat Angel berlari ke garasi rumahnya. Menancapkan gas dengan kecepatan tinggi.

Air matanya menetes mengingat apa yang telah terjadi dalam hidupnya saat ini. Sungguh Angel merasakan kebahagiaan itu cukup sebentar. Kenapa Tuhan membuatnya bersedih sangat cepat? Secepat membalikkan telapak tangan pikirnya.

Angel tersadar bahwa sudah banyak air matanya yang turun. Ia menghapus air matanya itu dengan kasar. Menekankan dalam hatinya kalau dia harus kuat.

Sementara di satu sisi Natha dan Rio terus berkelahi. Tak ada seorang pun yang berani menengahi mereka berdua.
Sedangkan darah sudah banyak mengalir  pada tubuh mereka. Tak berpikir kalau mereka akan mati jika terus berkelahi seperti ini.

"Ini balasan buat lo karna udah berani ngerebut Angel dari gue!" ucap Rio sambil melayangkan pukulan tepat di sudut bibir Natha sampai mengeluarkan darah.

"Angel itu pacar gue! Brengsek!!" umpat Natha lalu membalas pukulan dari Rio yang tak kalah kerasnya.

Perkelahian tidak bisa di hentikan. Aji yang ingin menengahi sampai terkena pukulan dari mereka berdua.

"Anjing!!" umpat Aji sambil menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya. Lalu menjauh dari mereka berdua. Sambil mencari keberadaan Angel sudah sampai atau belum.

Pada akhirnya Rio jatuh tersungkur saat Natha menendang dadanya dengan keras.

"Cuma itu kemampuan lo?!! Cih!" umpat Natha meremehkan Rio yang tengah kesakitan memegangi dadanya.

Disisi lain Angel dengan cepat memarkirkan mobilnya asal. Angel mencari keberadaan Natha di tempat yang sudah di kirim Aji.

Tak butuh waktu lama Angel melihat Natha yang tengah berkelahi. Dan benar saja dugaan Angel. Laki-laki yang berkelahi dengan Natha itu adalah Rio.

"Natha awass!!!" teriak Angel berusaha dengan cepat berlari ke arah Natha saat tahu Rio mengeluarkan suatu benda yang ingin di arahkan ke Natha.

Dduuaarrr

Suara tembakan sangat terdengar jelas. Tubuh Angel lemas seketika merasakan tulang-tulangnya kini sudah tidak berfungsi lagi. Pandangannya kabur, satu persatu di dekatnya mulai tidak tampak dengan jelas. Tubuhnya jatuh perlahan di pelukan Natha.

"Angel!!" teriak Natha.

Tangan Rio bergetar saat sasarannya meleset dan malah mengenai orang yang dia cinta. Tidak. Itu bukan maunya. Dia tidak ingin tembakan itu mengenai Angel. Tapi cowok brengsek itu, Natha.

Rio masih dengan wajah tak percaya, matanya berkaca-kaca. Penuh dengan penyesalan yang tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata.

"Nggak! Ini pasti mimpi! Itu bukan Angel!" ujarnya dengan suara gemetar.

Rio melemparkan pistol itu ke sembarag arah. Dia lari entah kemana.

Sedangkan Aji yang mendengar suara tembakan itu langsung menuju ke tempat Natha dan Angel.

"Nat Angel kenapa?!!" ucapnya shock saat mengetahui Angel yang tengah terbaring lemas.

"Cepat kejar cowok brengsek itu!"

AJI pun mengejar Rio yang tengah lari terbirit-birit menghindar darinya.

"Ka_mu gak pa_pa k_an?" tanya Angel yang masih sempat menanyakan keadaan Natha. Yang sudah jelas-jelas dirinya lebih membutuhkan pertolongan.

"Kamu kenapa lakuin ini??!" lirih Natha sambil memegang bahu Angel yang tertembak dengan tangan gemetar.

Natha mengigat betapa jahatnya dia saat bersifat dingin dengan Angel. Bahkan menyakiti hati Angel dengan kata-katanya kemarin. Natha merasa manusia paling bodoh di dunia saat ini.

Natha mengedipkan kedua matanya, menjatuhkan air suci dari pelupuk matanya. Yang sekarang tengah menetes perlahan sampai jatuh di pipi lembut Angel.

"Maafin aku," ucapnya dengan terisak.

"Kamu tahu? Sebentar lagi kita akan menikah." Lanjutnya.

"A_ku se_neng de_nger_nya," Sahut Angel dengan tersenyum.

"K_ata Usta_dah Alyaa..ti_dak ada hu_bungan yang lebih ba_ik se_selain per_ni_kahan." lanjutnya dengan suara yang masih terbata-bata karna menahan sakit yang dia rasakan.

"Aaakkk Natha sakiiittt__"

"Kita ke rumah sakit sekarang! Kamu bertahan!" ucap Natha yang sudah banjir dengan air mata.

Natha menggendong tubuh Angel yang sudah penuh dengan darah yang mengalir deras akibat tembakan tadi menuju mobilnya.

"Kamu bertahan kita akan segera sampai," ucap Natha sambil menciumi tangan Angel sedari tadi.

Natha terus menancapkan mobilnya dengan kecepetan tinggi. Tak mau ada terjadi apa-apa dengan orang yang dia sayang.

"Dok..Sus..tolong," teriak Natha menggema di lorong rumah sakit. Membuat perawat menghampirinya dengan berlari. Dan di susul dengan dokter di belakangnya.

"Dokter Alvin! Tolong Angel tertembak." ucap Natha ketika mengetahui Dotor Alvin yang mendatanginya. Ya, Natha mengenalnya. Karna dia adalah om nya.

Angel meraih tangan Natha lalu menggenggamnya erat. Seolah tidak mau jauh darinya.

"Aku disini.." ucap Natha yang seolah mengerti apa yang Angel lakukan.

Angel akhirnya langsung di bawa ke ruang oprasi. Natha masih setia menunggu Angel di sampingnya, tanpa beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Dengan bersikeras Natha memohon kepada dokter Alvin agar mengizinkannya masuk ke dalam ruang oprasi menemani Angel. Akhirnya dokter Alvin mengizinkannya.

"Kamu harus kuat..." suara Natha masih terdengar di telinga Angel meski ramang-ramang karna efek obat bius yang di berikan oleh dokter.

The end of a Love [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang