"Apa ada sesuatu yang bisa membuat diriku berharap, berharap adanya dari sebuah kehangatan ataupun ketenangan?.""Ketenangan dari keluarga? lingkungan? dari semua manusia?."
"Hidup berjalan layaknya badjingan, isinya hanya fana, abu-abu dan gelap."
"Seseorang datang kepadaku.
Ia memberiku sebuah sinar mentari.""Sosok itu bercahaya.
Memberiku sebuah kehangatan.
Memberiku sebuah ketenangan.
Menolongku dari sebuah kegelapan.""Sosok itu bernama Charissa Larasati."
- Rafa belmir -
"Aku hanya bisa berharap, bahwa hadir mu akan terus menetap bersamaku."
- Charissa larasati -
✧ ✧ ✧ ✧ ✧
4 tahun yang lalu tepatnya saat diriku menginjak di kelas 8 smp. Setiap pulang sekolah aku selalu mendatangi sebuah taman dekat dengan sekolahku yang di sebut dengan "Taman musik".
Disitulah awal aku berjumpa dengannya.
Aku selalu melihat aksinya yang keren ketika dia memasukkan bola kedalam ring.Dia terlihat begitu sempurna...
Dengan memiliki bola mata yang berwarna coklat muda, bulu mata yang terlihat sangat lentik, dan halis yang tebal. Membuat dirinya terlihat sangat tampan.
Sehingga selalu ku tuangkan kedalam sketsa-sketsa gambarku.Tahun berganti tahun...
Aku mulai menginjakkan diri di kelas 10 SMA. Diriku yang masih selalu mendatangi taman itu hanya untuk sekedar melukis ataupun membuat sketsa kini berubah tujuan. Sekarang tujuanku ada 2, aku selalu ingin melihat sosok pria yang sudah menjadi tokoh seni dalam kehidupanku. Tanpa ku sadari ternyata sejak saat itu aku sudah mulai menyukainya.
"Lo suka gambar?." Itu kalimat pertama yang dia ucapkan kepadaku saat itu.
"Eh?." Balasku kepadanya. Karena pada saat itu aku hanya bisa terdiam seribu bahasa, ketika dia mengajakku berbicara.
"Kenapa? perasaan lo udah sering banget deh kesini. Gue liat lo bikin sketsa-sketsa gambar orang yang lagi main basket." Ucapnya lalu duduk di sebelahku pada saat itu.
"Ini gue?." Dia menunjuk salah satu gambar sketsa yang tertera di atas papan dada ku."Iya." Aku hanya bisa membalas dengan menundukkan wajahku.
"SERIUS?." Ucapnya tak percaya.
"BAGUS BANGET ANJR WALAUPUN CUMAN SKETSA."
"LO GAADA MAU DIJUAL GITU TU LUKISAN YANG LAIN?." Dia sekilas melirik kearah lukisanku yang lain.
"Duh bisa aja lo gambar. Mana guenya ganteng lagi disitu hahahah." Lalu dia mengambil gambar itu dari papan dada ku dengan wajahnya yang sedang tertawa dan tersenyum.
Aku yang melihatnya benar-benar senang, karena dia memuji gambaranku.
"Gue gamau jual." Balasku pada saat itu.
"Kenapa? Jual aja sketsa muka gue kalo gitu. Biar bisa mamerin muka gue yang ganteng kaya Thomholland, alias Thomholland Bandung." Dengan pede nya dia memberikan ekspresi konyolnya kepadaku.
"Ogah lo pede amat sih hahahah." Aku hanya bisa terkekeh disana.
"Btw lo anak SMA Bina karya 1?." Dia melihat ke arah logo baju seragamku pada saat itu.
"Iya." Balasku dengan singkat.
"Sebelahan dong, gue anak Bina karya 2 atau Binkar lah." Ucapnya sambil tersenyum.
"Oh iya bego banget sih gue. Daritadi ngobrol sama lo gue belum kenalan."
"Kenalin nama gue Rafa." Dia menjulurkan tangannya kepadaku, dan itu berhasil membuatku tersenyum.
"Oke, nama gue Charissa panggil aja Caca." Akupun membalas dengan menjulurkan tangan kepadanya lalu tersenyum.
***
Disitulah awal perkenalanku dengannya.
Dia yang ku sukai sejak lamanya..
Dia yang telah menjadi tokoh utama dalam seniku..
Akhirnya berteman denganku.
***
Plak !
"RAFA KENAPA KAMU GAPERNAH NURUT SAMA OMONGAN PAPAH!."
"KENAPA KAMU TERUS KELAYAPAN SAMPE MALEM!."
"KENAPA KAMU GABISA BANGGAIN PAPAH KAYA ADIK KAMU!."
"KENAPA KAMU GAPUNYA PRESTASI SAMA SEKALI!."
"LIAT DEVAN!, DIA UDAH BISA MENANGIN JUARA NASIONAL TURNAMEN BASKETNYA. KAMU KAPAN!."
"Cukup!."
"Rafa cuman pengen tenang pah..."
"RAFA GAMAU DI TEKEN KAYA GINI!."
"KENAPA PAPAH SELALU NGELAMPIASIN EMOSI PAPAH KE RAFA!."
"PAPAH PENGEN RAFA NYUSUL MAMAH?."
"PAPAH NGELAMPIASIN KEPERGIAN MAMAH KE RAFA!."
"APA GA CUKUP PAPAH BUAT RAFA SAKIT?. RAFA SELALU DI LEMPAR BARANG DAN DI PUKUL PAPAH...
APA GA CUKUP PAHH?."Plak !
Plak !
"Kamu emang harus dikasarin Rafa!."
"Papah cuman minta kamu harus lebih unggul daripada adik kamu!."
"Mamah kamu udah gaada. Udah mati!."
Plak !
Satu tamparan rafa meleset di sebelah pipi chevi.
"KURANG AJAR LO !."
"LO YANG UDAH NINGGALIN MAMA DEMI CEWE LAIN!."
"LO YANG UDAH BUAT MAMA MENINGGAL."
"GAK PANTES DI SEBUT AYAH!." Teriak rafa.
Bugh !
Satu pukulan balik meleset mengenai lambung Rafa.
"Akh—" Lirihnya.
Lalu Chevi menyuntikan suatu cairan kedalam tubuh Rafa. Sehingga membuatnya pingsan.
"Kamu lebih baik mati Rafa dan nyusul mama kamu."
Mahh tolong rafa.. disini sakit.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent heart [ON GOING]
عاطفيةSosok itu selalu datang kedalam pikiranku. Dia seorang pria yang selalu muncul ketika aku sedang menuangkan dirinya kedalam sebuah lukisan dan sketsa. Bisakah aku menggapainya?. Atau hanya bisa kujadikan tokoh seni favorit dalam karyaku saja?.