3. Why is he so kind to me?

102 27 16
                                    

•••

"Sampe deh." Ucap Darvian begitu motornya berhenti tepat di depan rumahnya.

Karina yang sedari perjalanan melamun, tersadar kala merasakan motor Darvian berhenti.

"Eh? Oh.. Udah sampai ya," Darvian mengernyitkan dahinya bingung menatap wajah kaku Karina.

"Lo kenapa deh? Kayak mau ketemu camer aja, gugup amat." Usil Darvian yang sudah turun dari motor dan membantu menurunkan Zaidan dari jok depan.

"Ck, takut nanti salah ngomong ke orang tua lo."

"Yaelah, Rin. Mama gue mah orang santuy. Lo mau ngobrol make gue-lo juga gak masalah, ayo ah masuk."

Hah... santai aja, seenggaknya lo tau hal basic dalam bertamu. Batin Karina memberikan semangat pada dirinya sendiri.

"Wah! Rumah Kak Darvian bagus ya!" seru Zaidan begitu senang melihat rumah Darvian.

Bukan rumah mewah seperti pejabat juga kok. Dibilang bagus ya karena lingkungan rumah Zaidan tidak ada model rumah seperti Darvian. Sekalinya melihat rumah tingkat 2 Zaidan selalu mengucapkan, "Rumahnya bagus!"

"Hehe, bisa aja nih Adan." Darvian mengacak rambut Zaidan gemas.

Mata Karina menatap halaman depan rumah Darvian yang luas. Ada 1 kolam ikan yang berukuran lumayan besar dan beraneka macam bunga di sekelilingnya. Karena keasyikan menatap halaman rumah Darvian, ia tidak sadar bahwa tubuhnya sudah berdiri di teras rumah Darvian.

"Rin, sini masuk duduk dulu," suruh Darvian yang sudah berada di ruang tamu setelah mendudukkan Zaidan di sofa. "Gue panggil mama dulu ya."

Karina mengangguk tapi dia masih berdiri di pintu rumah, "Adan, sini. Gak sopan kamu duduk duluan."

Zaidan yang mengerti ucapan kakaknya berjalan menghampiri Karina, ikut berdiri di sebelahnya.

Di sisi lain, Darvian berlari kecil menuju dapur yang jaraknya cukup jauh dari ruang tamu sambil berteriak memanggil mamanya.

"MAMAA! MAMAAA!"

Begitu sampai di dapur, ia melihat punggung mamanya yang tengah memasak sambil mendengarkan lagu menggunakan earpod dan menggerakkan tubuhnya mengikuti irama lagu.

"Da-na-na-na-na-na-na,"

"Ish ish ish. Pantes diteriakin gak nyaut." Darvian menggelengkan kepalanya dengan kedua tangan disilangkan di depan dada.

Tiba-tiba sisi otak jahilnya muncul. Darvian pun tergiur menerima tawaran otak jahilnya itu. Langkah kakinya berjalan perlahan, mengendap-ngendap takut terdengar. Padahal Darvian teriak saja mamanya tidak mendengar.

Begitu jaraknya sudah dekat, jari telunjuknya mencolek bahu sebelah kanan mamanya.

"Siapa itu?!" Mama Darvian terkejut, memutar tubuhnya dan melepas kedua earpod yang menyumbat lubang telinganya.

Darvian menurunkan badannya cepat sebelum tubuh mamanya menghadap belakang sepenuhnya. Dan dengan gerakan secepat kilat, tubuhnya sudah berada di depan mamanya dalam keadaan setengah berjongkok. Mamanya masih belum nyadar juga.

"Hiii.. bikin merinding aja." Mama Darvian hendak melanjutkan aktivitas memasaknya dan berbalik badan.

"BOO!"

"AAAAA SETANNN!!!!" Mama Darvian berteriak keras sampai-sampai Karina yang masih setia menunggu Darvian kembali sambil berdiri pun ikut terkejut dan berlari menghampiri sumber suara. Zaidan pun jadi ikut-ikutan berlari.

"Mana? Mana setannya?" tanya begitu sampai di dapur.

"Huwaaa, Adan takut ada setan!" Zaidan berlindung di balik tubuh Karina.

NOT A FRIEND TO YOU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang