14. Lah! Kok aku?

62 16 2
                                    

•••

Aluna dibuat bingung. Biasanya waktu istirahat siang ini, Darvian ikut nimbrung makan bareng di meja makan bersama mereka bertiga. Tapi anehnya hari ini, ia melihat Darvian berlalu begitu saja melewati meja makan mereka dan ikut duduk dengan teman lainnya.

Kalau ditelisiki juga, hari ini Karina tampak begitu murung. Tadi di kelas juga, Karina hanya baru ngomong saat diajak bicara duluan. Jika tidak, ia hanya diam seperti patung. Aluna jadi penasaran, haruskah ia mengubah mode dirinya menjadi mode Detektif Aluna?

Sikut Aluna menyundul lengan Chintya disampingnya.

"Apaan?" Chintya jengkel karena makanannya jadi meleset. Aluna meletakkan jari telunjuknya di depan mulut untuk jangan berisik. Untungnya Karina masih fokus mengaduk mie ayam.

"Ngerasa Arin aneh gak?" bisik Aluna. Chintya pun jadi ikut memperhatikan Karina.

"Aneh gimana? Ngaduk-ngaduk mie ayam mah wajar lah, lu kali yang aneh." Kata Chintya cuek.

Tapi sayangnya Chintya yang memang tidak peka, ia mengucapkan dengan nada biasa saja alias tidak pakai nada bisik-bisik seperti yang Aluna lakukan. Alhasil kepala Karina terangkat dan menatap kedua sahabatnya. Aluna kembali ke posisi semula dan tersenyum menatap Karina.

"Kenapa, Na?" tanya Karina langsung yang buat Aluna salah tingkah, "Ck, ngomong aja kali. Biasanya juga langsung nyablak."

Aluna terkekeh kecil. Ia juga baru menyadari kenapa dirinya jadi yang terlihat aneh ya? Padahal biasanya juga ia tanpa ragu-ragu selalu bertanya jika penasaran.

"Lo ada masalah sama Vian?" Aluna bertanya, "Kok tumben gak nimbrung bareng? Tadi juga gak lihat ke arah sini."

Baik Karina, Aluna, dan Chintya sama-sama menatap Darvian yang duduk di meja seberang. Untungnya Darvian lagi asik bercandaan dengan teman-temannya. Jadi tidak menyadari 3 pasang mata menatapnya.

Karina mengalihkan pandangannya menatap mie ayam dan mengaduknya lagi, "Dia nembak gue lagi,"

"Terus, lu tolak lagi?" kali ini Chintya yang bersuara. Melihat Karina yang hanya diam saja, Chintya menyimpulkan bahwa pertanyaannya benar. "Alasan nolaknya apa lagi sekarang?"

"Tetep sama. Dan gue juga gak punya alasan buat nerima. Toh selama sahabatan baik-baik aja, kenapa gak tetep sahabatan aja?" papar Karina.

"Bagi lo baik-baik aja. Tapi Vian? Emang lo gak pernah mikirin perasaan dia?" tutur Aluna, sebagai cewek yang ahli meneliti masalah hati cowok. Mungkin bisa dibilang dia playgirl, tapi nyatanya ya, tidak salah juga sih. Selama masuk SMA, dia sudah 8 kali ganti pacar. Sudah bisa dibilang playgirl bukan?

Karina mengedikkan bahunya, "Lagian kenapa sih dia kepengen banget pacaran sama gue? Padahal cantik kagak miskin iya."

"Itu artinya dia tulus begooo, haduhhhh," Chintya gemas. "Jaman sekarang mah nyari cowok tulus susahh. Noh buktinya di hadapan lo sendiri. Udah berapa kali tuh temen lo gonta ganti laki, kagak ada satu yang bertahan lama."

"Bener tuh, Rin. Emang mantan-mantan gue mah ngeliat gue dari fisik doang njing. Baru aja gue numbuh satu jerawat udah diputusin. Cih, kayak tuh orang mukanya semulus pantat bayi aja." Sahut Aluna dengan ekspresi kesal mengingat perlakuan mantan-mantannya dulu.

Mendengar nasihat sahabatnya, Karina sedikit merenung. Apa benar Darvian tulus menyukainya? Tapi kenapa? Kenapa Darvian bisa suka dengan gadis yatim piatu, korban bullyan, dan miskin ini?

Entah kenapa, kepala Karina berputar sendiri menatap Darvian di meja seberang. Terkejutnya lagi, Darvian juga tengah menatapnya. Jadilah kedua pasang mata remaja itu saling bertabrakan. Kedua pasang mata yang mengisyaratkan banyak makna. Tapi tidak lama kemudian, Darvian mengalihkan pandangan dan mengajak bicara teman disampingnya. Menghiraukan tatapan Karina.

NOT A FRIEND TO YOU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang