18. Kenapa rasanya nyata?

51 18 8
                                    

met malam minggu,
malmingnya baca ini aja ya🤭

•••

2 bulan kemudian...

"Ini udah, Rin? Segini aja bawaannya?" Aluna tengah sibuk ikut mengemaskan barang-barang kepindahan Karina. Besok, Karina akan berangkat ke kota tempat kuliahnya. Nasib rumahnya? Sepertinya akan ia sewakan saja, namun tidak untuk dijual. Rumah ini rumah peninggalan orang tuanya. Suatu hari nanti Karina dan Zaidan akan kembali ke rumah ini.

"Iya segitu aja, emang gak banyak-banyak barang gue," sahut Karina yang sedang mengelap lemari.

"Lo udah nyari orang yang mau ngontrak?" tanya Chintya sambil menyapu lantai.

Karina menggeleng tanpa mengalihkan fokusnya. "Gampang deh nanti dikasih plang aja disewakan."

"Terus kalo orangnya mau survey gimana? Lo balik dulu gitu ke sini?" tanyanya lagi, aktivitas menyapunya terhenti sebentar.

"Ya enggak lah. Paling nanti budhe gue yang urus. Budhe gue sendiri juga yang ngusulin buat di kontrak." Chintya manggut-manggut dan melanjutkan aktivitasnya.

"Wow, kayaknya lo bisa dinobatkan cewek dengan barang pindahan terdikit deh, Rin! Liat noh, satu koper doang itu juga udah pakaian, alat mandi, alat tulis, tinggal bawa tas kecil doang isinya makanan!" sahut Aluna heboh melihat hasil packing mereka bertiga.

"Lebay amat lo. Arin mah orangnya hemat, makanya barangnya dikit. Emangnya lo, field trip tiga hari aja ampe bawa dua koper." Nyinyir Chintya yang dibalas cengiran dari Aluna.

Selepas beres-beres, mereka bertiga memutuskan makan siang bersama di warung bakso. Katanya makan siang bareng terakhir sebelum Karina pergi.

"Lo pada belum dapet info dari kampus?" Karina bertanya pada dua sahabatnya.

"Kayaknya bentar lagi deh soalnya yang masuk jalur mandiri udah pada pengumuman." Jawab Aluna. Dia ini masuk kuliah jalur SBMPTN, SNMPTN-nya gak lolos. Sama seperti Chintya, dia juga lolos jalur SBMPTN. Dan lucunya lagi, mereka satu kampus walaupun jurusannya yang berbeda. Aluna ambil keperawatan, Chintya ambil teknik mesin.

Karina manggut-manggut sambil ber-oh.

Drrt..

Getaran panggilan masuk menginterupsi percakapan mereka. Dilihatnya nama pemanggil dari ponsel Karina yang berbunyi. Seperti yang bisa ditebak, itu sudah pasti Darvian. Kemudian ia mengangkatnya.

"Di warung bakso Pak Mi'ih,"

"..."

"Ya udah ke sini aja langsung,"

"..."

"Heem." Panggilan berakhir.

"Mau ke sini dia?" Karina mengangguk.

"Sama Jeonathan juga." Tambah Karina sebelum lanjut menyuap mie ayamnya. Mendengar nama Jeonathan disebut, Aluna langsung mendadak salah tingkah. Hal itu diketahui oleh Chintya yang duduk disebelahnya.

"Idih idih idih, ada yang salting mau ketemu gebetan," cibirnya yang langsung dapat pelototan dari Aluna.

Karina yang hendak menyuap mie, mengurungkannya terlebih dahulu dan ikut memperhatikan Aluna.

"Na? Lo serius suka sama dia?" Karina bertanya. Pasalnya gadis itu ternyata sudah lirik-lirik Jeonathan sejak pertama kali bertemu, alias dari kelas satu SMA. Tapi Aluna baru berani bercerita ke temannya akhir-akhir kelas dua SMA. Meskipun memiliki sifat playgirl, Aluna tidak memiliki keberanian confess terlebih dahulu. Hanya sebatas mencari perhatian saja.

NOT A FRIEND TO YOU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang