SATU

17.3K 1.2K 123
                                    

Adam

3 tahun lalu.

Adam melangkahkan kaki dengan penuh percaya diri sejak keluar dari rumahnya menuju sebuah hotel. Tinggal hitungan hari hingga dia melepaskan status lajang dan menjadi suami dari perempuan yang paling dia cintai sepanjang hidupnya. Ibunya selalu jadi nomor satu, pasti. Namun Alma juga memiliki posisi tidak kalah penting dalam hidupnya. Alma adalah perwujudan menantu idaman bagi para orang tua. Bekerja di sebuah bank, pintar memasak, mudah akrab dengan ibunya yang bisa dibilang selektif, dan mencintainya. Maka ketika Adam melamarnya dan Alma mengatakan ya, dunia Adam serasa sempurna. Tidak ada alasan untuk tidak tampil percaya diri.

Teman-teman kuliah dan kerjanya bekerja sama untuk mengadakan bachelor party di sebuah Presidential Suite di salah satu hotel bintang lima paling prestisius di Jakarta. Adam sudah bilang tidak perlu tapi mereka memaksa. Katanya sebagai salah satu hadiah bagi Adam yang selama ini hidupnya terlalu 'benar'. "Sesekali bandel, lah, Dam," kata Jehan, seorang teman kerjanya.

Adam masih sering tersenyum melihat kelakuan teman-temannya. Sebagai anak satu-satunya yang tersisa dari orang tuanya (dulu Adam punya seorang adik laki-laki yang meninggal karena kecelakaan sewaktu berangkat ke sekolah), Adam ingin memberikan yang terbaik bagi orang tuanya, terutama ibunya. Apalagi ayahnya juga sudah meninggal tidak lama setelah Adam lulus kuliah. Adam hanya punya ibunya. Ibunya yang bekerja sebagai seorang guru. Jadi dunia Adam hanya berfokus pada bekerja untuk memenuhi apa yang ibunya mau. Ketika dia akhirnya bertemu Alma, jatuh cinta, berpacaran, dan akan menikah, maka Adam merasa hidupnya sudah cukup.

Entah apa yang akan disediakan Jehan dan lainnya di presidential suite nanti. Pasti bukan sekedar minuman dan cemilan. Adam sudah menduga akan ada beberapa perempuan di sana (Gerald selalu punya jaringan terhadap para escort yang Adam tidak pernah ingin tahu dari mana datangnya). Maka salah satu tugasnya nanti, selain tetap waras dan sadar adalah menjaga batangnya tetap seperti kondisi sekarang dan tidak terbangun lalu masuk ke lubang siapapun.

Semua temannya sudah sampai, begitu kata Eka di group chat mereka. Adam membalas dengan 'on my way, bro'. Lalu kembali memasukan ponsel ke saku dan berdiri diam di dalam lift. Seluruh lift yang dilapisi cermin membuat Adam kembali menatap pantulan dirinya.

Berusia 27 tahun, berkarier sebagai salah seorang team leader di bank yang mengurusi pinjaman bagi pengusaha kelas menengah, tinggi 170 senti dengan bentuk tubuh tidak kurus-kurus amat, potongan rambut crew cut yang tepat dengan bentuk wajahnya sehingga sering membuat beberapa karyawati di bank betah berlama-lama memandang wajahnya. Apalagi sekarang Adam sedang tersenyum, menambah aura positif yang terpancar dari wajahnya.

Bunyi berdenting terbuka dan Adam pun sampai di lantai yang dituju. Belum sempat dia melangkah menuju pintu yang dimaksud, ponselnya kembali bergetar. Adam kembali merogoh ke dalam saku. Telepon dari Alma. Calon istrinya.

"Halo, Sayang," sahut Adam dengan nada ceria dan penuh sukacita.

"Hai," suara Alma terdengar serak dan tidak membalas panggilan sayang Adam dengan sama manisnya. Sekujur tubuh Adam langsung waspada.

"Are you okay?"

Hening.

"Alma?"

Terdengar bunyi isakan. "No."

Adam langsung balik kanan, bersiap menghampiri Alma di manapun dia berada. "Kamu di mana? Aku ke tempatmu ya."

"NO! JANGAN!" Alma berteriak begitu keras dan itu membuat Adam kembali berhenti. Kebingungan semakin melandanya. "Aku nggak bisa ketemu kamu, Dam."

Perasaan tidak enak mulai tumbuh di dada Adam. Tanpa sadar dia pun memegang dadanya dan menepuknya perlahan.

"Kenapa? Ada apa?" suara Adam melembut, bermaksud menenangkan Alma dan dirinya sendiri.

Love Is Blind (Date) - END (KARYA KARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang