BAB 19

20 24 0
                                    

Terkadang saat mulut diam, di situlah ada suatu keinginan besar dalam hatiku. Aku tidak ingin apa pun kecuali hanya berharap jika aku yang akan menjadi pelindungmu saat orang lain merundungmu.

~Jeno~

 

Pagi ini Ten dan James tidak ikut mengantar Jeno ke sekolah. Mereka sedang melakukan pemotretan untuk lagu mereka berdua. Biasanya, Jeno diantar oleh mereka dan Clarissa. Namun, melihat kegiatan dan jadwal dua pria itu, dengan terpaksa Clarissa yang mengantar Jeno ke sekolah sekaligus menjaganya. Itu adalah tugasnya selain menjadi pelatih koreografi boyband tersebut. Clarissa sudah rapi dengan jaket kulit hitam yang sangat cocok di tubuhnya. Celana yang berwarna serupa dan juga masker yang berwarna hitam pula. Dia sedang menunggu Jeno keluar.

“Ke mana, pria itu? Apa dia sengaja membuatku menunggu?” gumamnya dan bergerak gusar.

Tiba-tiba, seseorang menepuk punggungnya dan membuat Clarissa menoleh. Mata sayu itu menatap dirinya. James sedang menjinjing sebuah tas berukuran sedang dan menunjukkannya pada Clarissa. James memasang wajah imut bermaksud agar sang gadis mengetahui keinginannya. Clarissa terkekeh gemas dan dia menarik pelan pipi kekasihnya. Memastikan tidak ada yang melihatnya, Clarissa memeluk tubuh James. Clarissa tersenyum dan segera melepas pelukannya.

“Ada apa ini? Kenapa kau murung, Sayang?” tanya Clarissa.

“Aku kesal. Kau akan menghabiskan waktumu nanti dengan Jeno. Aku kesal karena kau akan lebih banyak waktu bersama dengan kelinci itu.” James memanyunkan bibirnya lucu dan membuat Clarissa mencubit pelan perut James. “Kenapa kau begitu? Kau senang, bisa menghabiskan waktumu dengan Jeno daripada aku?” James semakin murung.

“Bisa dikatakan begitu. Jeno adalah pria yang lucu.” Clarissa meledek dan bersedekap dada.

“Apa katamu? Baiklah, kau kencani saja Jeno. Lupakan aku,” kesalnya.

“Kau yakin, James?” Clarissa berdehem. “Begini, aku tidak masalah jika harus mengencani Jeno. Kau tahu bukan, jika dia tidak kalah tampan darimu? Imut dan yang paling aku sukai darinya adalah, walaupun dia yang termuda di antara kalian, tetapi dia jauh lebih dewasa,” lanjutnya meledek.

“Kau....”

“Issa, aku sudah siap. Kajja, kita berangkat.”

Jeno datang saat James ingin memarahi Clarissa. James menatap kesal ke arah Jeno dan dia menggerutu di belakang Jeno saat si maknae menarik tangan kekasihnya. James ingin mengejar Clarissa, tetapi Ten datang dan dia menepuk punggung James. Ten menatap penuh selidik ke arah James.  Kedua sahabat itu saling melihat satu sama lain.

“Ada apa denganmu, kawan?” tanya Ten.

Semenjak kejadian tempo hari itu, James memutuskan untuk tidak lagi membiarkan siapa pun tahu akan kencannya dengan Clarissa. Marvel, Nathan, dan Ten juga tahunya hubungan mereka itu selesai karena James yang mengatakan jika semua sudah berakhir dengan alasan dia ingin menjaga persatuan dan persahabatan yang sudah lama ia jalin dengan ikut bergabung dalam Seven Gold. Setelah mengatakan itu, mereka dengan mudah mempercayai jika apa yang James katakan itu benar.

“Oh, Ten. Tidak, aku baik-baik saja. Apakah, Bang PD-nim sudah memanggil kita untuk ke tempat pemotretan?” tanya James mengalihkan pembicaraan.

“Itu yang aku katakan. Sekarang, cepat kita ke sana.”

####

Matahari mulai terik, membuat siapa saja yang ada di tempat itu menepi mencari tempat yang sejuk. Teriknya sang surya membuat sinarnya menusuk ke kulit orang yang ada di bawahnya. Seorang gadis terduduk di sebuah bangku besi berwarna hitam sambil menutupi kepalanya dengan payung yang ia bawa untuk melindungi seseorang yang tengah dia tunggu. Rupanya, sinar matahari sangat panas hingga membuat dia terkena sinarnya walaupun sudah menggunakan payung. Dia mendesah panjang dan tangannya mengipasi wajah cantiknya yang penuh keringat.

I Need U [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang