Chapter 1

535 43 5
                                    

"Terluka karena harapan tak direstui oleh kenyataan"

Tahun ke enam akan segera dimulai setelah tahun lalu Voldemort telah muncul dihadapan semua orang dengan membawa berita menggemparkan di Daily Prophet.

Di sebuah kompartemen Harry bersama sahabatnya Hermione Granger dan diseberangnya terdapat Luna Lovegood dan Neville longbottom.

Kini Harry berada dipaling ujung sedang mencari kesibukan dengan melihat pemandangan luar dari jendela sedangkan Hermione yang disampingnya sedang membaca buku berjudul a History Hogwarts edisi lama.

Pundak mereka saling bersentuhan saat Ron Weasley masuk dengan membawa setumpuk makanan ditangannya dan duduk di samping Hermione yang membuat hati Harry berdetak yang tak menentu dengan bibir yang sedikit tersenyum disaat pundak mereka menjadi saling berdempetan.

Harry membenarkan kacamatanya yang miring dan mengenggam lututnya agar detak jantungnya kembali normal.

Beberapa bulan yang lalu Ginny Weasley, adik dari sahabatnya itu memintanya untuk menjadi pacarnya.

Namun Harry menolak mencari alasan ia ingin lajang terlebih dahulu dan belum mengizinkan seorang gadis masuk kedalam kehidupannya.

Sedangkan Cho?

Ia tak pernah jatuh cinta padanya.

Tetapi dibalik alasan itu sebenarnya ia sedang menunggu waktu yang tepat untuk melamar Hermione menjadi pacarnya, hanya saja hari yang di tunggu-tunggu itu tak kunjung datang.

Pikirannya pun terhenti saat ia mendengar suara kecupan.

Ron mencium pipi Hermione.

Dug!

Mata Harry melebar tak percaya apa yang telah dilihatnya, jantungnya berdebar tak menginginkan ini terjadi, dan sekujur tubuhnya merinding seperti kedinginan dan dibalik sepatu, jari-jari kakinya sedang ditekuk untuk menyembunyikan kegelisahannya.

Ia hanya ingin menerima kenyataan bahwa Hermione mencium dirinya, bukan Ron, bukan siapa-siapa. Walaupun itu hanya dipipi, entah bagaimana besoknya.

"eh, emm.. Harry... Sebenarnya aku dan Ron," gugup Hermione saat Harry menatap matanya.

"kalian bersama!" seru Neville, mengukir senyuman yang lebar dengan memperlihatkan giginya, ia sudah menduga Hermione akan mengucapkan itu, tetapi tidak ada yang tahu bahwa didalam hatinya ia sedang menangis, hatinya telah patah. Dari kecil ia terpaksa ditinggalkan kedua orang tuanya dan ditakdirkan untuk melawan Voldemort. Namun, ia tak sanggup melihat gadis yang sangat ia cintai bersama orang lain seperti ditahun ke-empat dulu takut karena persahabatan mereka akan hancur apalagi Hermione sekarang hanya menganggap Harry sebagai saudara nya saja.

"i-iyaa.."

"woww... congrats Hermione" sambung Neville, sedangkan Luna hanya tersenyum geli. 

Di saat Hermione bercakap-cakapan dengan Luna, Harry dan Ron saling tatap-menatap satu sama lain, tanpa diketahui Hermione bahwa kedua sahabatnya itu pernah terlibat pertengkaran yang hebat satu tahun yang lalu.

Mereka berempat mengobrol sambil tersenyum tertawa bahagia tanpa memasukkan nama "Harry" didalam topiknya. Sedangkan Harry sendiri-pun merasa bahwa semua orang sudah tak peduli padanya.

Lelaki berkacamata bulat itu dengan malu-malu mengeluarkan batuk kecil untuk meminta perhatian mereka sembari membenarkan kacamatanya yang tak miring, Harry berkata bahwa ia akan keluar menuju kamar mandi sebentar.

"sepertinya nargle memasuki kompartemen ini" ujar Luna angkat bicara, memecahkan keheningan didalamnya setelah Harry Potter keluar dari kompartemen itu "Aku akan mengusir nya dari sini" Hermione hanya geleng-geleng melihat kelakuan Luna yang aneh.

Luna memang beralasan untuk mengusir nargle, tetapi dari dulu dia sudah sangat sadar bahwa tatapan yang Harry berikan kepada Hermione bukan sebagai sahabat melainkan itu lebih dari sahabat.

Harry pandai memainkan raut wajahnya, namun ia tak bisa membohongi perasaannya. Mulut  bisa berkata segalanya namun hati tak bisa membohongi apapun.

Harry berjalan dan berlari hingga ke gerbong kereta paling belakang. Ia ingin meluapkan emosinya dan berteriak sekencang mungkin. Namun, ia tak bisa karena hatinya telah hancur hingga melebur. Ia kehilangan kesabaran kepalanya sedikit terasa sakit dan matanya kini mulai berair. Kakinya semakin melemah, langkah demi langkah semakin berat. Di gerbong paling belakang sangat sepi, banyak debu dan jaring laba-laba dimana-mana. Sulit rasanya harus mengikhlaskan sesuatu yang dari dulu selalu ia harapkan menjadi kenyataan.

"Harry!"

Could We Be Together?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang