Apakah rasa jengkel yang sudah berlalu kini menjadi rasa rindu?
Sudah hampir 2 minggu Hermione tak lagi melihat kabar keberadaan lelaki itu. Entah rindu karena dia sudah tak lagi berada disisinya atau lelah karena tak memiliki teman cerita selain pacarnya.
Jujur, perlakuan Ron yang super egois dan suka berdebat mampu membuatnya lelah secara mental maupun fisik. Kantong matanya kini semakin membesar kecoklatan sekaligus pikirannya yang kacau tak mampu membuatnya tidur dengan nyaman.
"Harry, bagaimana kabarmu sekarang? aku merindukanmu. Maafkan aku yang telah membuat luka di tubuhmu pada waktu itu"
Di ruang rekreasi Gryffindor begitu sepi dan rada sunyi, yang terdengar hanya kicauan burung di langit langit. Kini ada seorang gadis yang sedang merenung, ia sedang mencari solusi bagaimana memperbaiki hubungannya dengan Harry.
Kalau saja ia mampu sabar dan menahan amarahnya diwaktu itu, ini tak akan pernah terjadi sama sekali, dan pasti ia tak akan berada di sini sendirian. Seharusnya ia mampu menerima perasaan Harry dengan lapang dada, dan tidak dengan berkata kasar.
Buku yang Hermione baca berada di pangkuannya ditutup dan menaruh buku itu dimeja samping sofa. Hermione beranjak dari duduknya dan berjalan menuju jalan cahaya terang yang menyinari ruangan tersebut. Hermione melihat lapangan Quidditch yang jauh dari jendela, seluruh teman-temannya sedang menyaksikan final antara Gryffindor melawan Slytherin untuk memperebutkan poin rumah terbanyak akhir tahun
Hermione tak ikut menontonnya karena rasa malunya pada Harry dan takut untuk bertemu dengannya pasti akan sangat canggung setelah kejadian lampau.
Tangan kirinya menyentuh pergelangan tangan kanannya, disitu ada sebuah gelang dengan ruby emerald kecil ditengah nya, sederhana namun begitu mewah. Gelang itu adalah pemberian dari Harry tahun lalu saat ulang tahunnya. Meski hanya sebuah gelang tetapi tetap memiliki kenangan yang tak pernah ingin ia lupakan. Kalaupun ada mesin waktu Doraemon ia akan memilih untuk mengulang masa agar tak berakhir berantakan.
Hermione berharap persahabatan yang dijalin setelah sekian lama tak hancur dan luput begitu saja.
"Hermione" teriak seseorang
Ia terkejut, seketika pikirannya terhenti saat seseorang memanggil dirinya. Dia muncul dari potret Nyonya Gemuk, dan berjalan menuju ke arahnya. Itu Parvati Patil, teman sekamarnya
"ada apa?" tanyanya khawatir.
Parvati memandang Hermione dengan tatapan ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu.
****
"GRYFFINDOR! GRYFFINDOR! GRYFFINDOR!"
"HARRYYY..."
Sorakan semangat dan hiruk pikuk tak jelas mengelilingi lapangan Quidditch yang ramai pengunjung untuk menyemangati pemain Gryffindor melawan Slytherin, dari yang memakai jersey, menghiasi wajahnya dengan coretan, dan membawa bendera berkibar.
Permainan pun dimulai, hingga point yang dimiliki Gryffindor sudah mencapai 40 point sedangkan Slytherin unggul 20 point dari Gryffindor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could We Be Together?
Fanfiction"Bisakah Kita Bersama?" -Harry untuk Hermione *** Kisah tentang pahlawan dunia sihir yang berusaha mendapatkan hati perempuan cantik berambut coklat lebat dan cerdas seperti ibunya, Lily. Tetapi Harry hanya bisa mengukir senyuman disaat ia tahu, b...