2. Kelakuan

9.8K 2K 985
                                    

"Razia rambuuut!"

Mendengar seruan itu, Ragas dan Bintang merasa mendadak jadi buronan. Mereka sudah kepalang masuk gerbang sekolah dan tidak bisa menghindari tatapan tiga satpam yang ternyata menjadikan mereka target razia.

Langit yang rambutnya memang selalu rapi itu nyelonong santai masuk halaman sekolah bersama Vespa matic tercinta. Dia bahkan bersiul ketika melewati dua kakaknya yang pucat pasi. Usai memarkirkan motor serta melepas helm, Langit menghampiri Ragas dan Bintang di pintu masuk parkiran.

"Rambut jamet lo bentar lagi tinggal kenangan, Gas." Langit menatap rambut Ragas yang sedikit diberi warna cokelat terang.

"Anying, enggak mau, ini aset berharga aing!" ucap Ragas, cemas.

Bintang menyentuh rambut tebalnya yang sudah menutupi telinga. Dia lihat di depan gedung sekolah sudah ada teman-temannya yang telah menjadi korban cukur Kepala Sekolah. Seketika itu Bintang meringis disertai bulu kuduknya berdiri serempak.

"Hayolo ...," celetuk Langit bersamaan meninggalkan dua saudaranya itu.

Jarak gedung sekolah dengan lahan parkiran lumayan jauh, karena mesti melewati empat lapangan besar sekaligus. Itu merupakan lapangan untuk berolahraga, tak sebesar lapangan pada stadion sepak bola.

Ketika Langit berjalan sendirian, ia agak terkejut saat disapa segerombolan cowok yang merupakan kawanan Ragas. Mereka punya circle, namanya Tongkrongan Dewa. Biasanya sehabis pulang sekolah mereka kumpul di sebuah markas.

Langit tidak pernah mau masuk menjadi anggota Tongkrongan Dewa padahal sudah berkali-kali dia dirayu sedemikian rupa.

"Pagi, Langit!" Nemesis menyapa ramah.

Langit mengangguk satu kali.

"Gue sampe sekarang masih enggak percaya lo adiknya Ragas, Ngit." Skipper menyahut tiba-tiba. "Kadang gue mikir Ragas itu anak pungut."

Mereka menertawakan ucapan Skipper, bahkan Langit ikut terkekeh meski sangat-sangat pelan. Seperti apa yang dikatakan Skipper, nyatanya karakter Langit dan Ragas memang tidak begitu mirip. Pembawaan Langit cenderung lebih tenang bila dibandingkan dengan Ragas yang hiperaktif.

Untuk menghentikan tawa mereka, Langit hanya mengatakan, "Ada razia rambut."

Maka, mereka berpencar mencari tempat persembunyian untuk menyelamatkan diri dari cukuran yang membuat rambut mereka jadi kacau.

Setelah mereka pergi, Langit membuang napas panjang mengartikan ia lega. Di saat itulah matanya menangkap sosok gadis cantik yang berjalan setara dengan langkahnya, tapi mereka terpisah jarak sekitar sepuluh meter.

Misa mengukir senyum hangat, tentu saja Langit balas.

Salah tingkah, Langit menggaruk leher belakang dan menahan senyumnya yang hendak terukir lebih lebar. Hal yang membuat hari-hari Langit lebih menyenangkan ialah bertemu dengan Misa. Cewek itu membawa kebahagiaan untuk Langit pribadi.

"Kak Langit!"

Suara bernada sedikit cempreng membuat perhatian Langit teralih. Ia lihat ada tiga cewek mendatanginya. Mereka semua mengenakan seragam khas anak SMP.

"Aku boleh minta follow back di Instagram, enggak? Aku udah follow Kakak dari lama, loh!" pinta satu cewek yang rambutnya diikat setengah. "Username aku jiminaagf. Double A, ya, Kak!"

Langit mengangguk. "Iya, nanti di-follow."

"Ini temen aku suka sama Kak Langit! Dia malu-malu," ceplos satu anak lain yang memaksa temannya menunjukkan diri di hadapan Langit.

Shakaraja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang