Pertemuan Langit dengan Misa di perpustakaan adalah yang terakhir sebelum perempuan itu lebih sibuk belajar untuk persiapan Ujian Nasional. Sekadar bertemu di depan kelas atau di kantin pun sudah jarang. Langit memaklumi itu karena Misa tak mau membuang kesempatan belajar, ia sangat ingin mencapai nilai sempurna.
Beberapa hari berselang, kelas sepuluh dan sebelas pulang lebih awal karena akan diadakan geladi bersih Ujian Nasional untuk kelas dua belas.
Langit pergi ke parkiran dan menghampiri Vespa tercintanya. Ini masih jam setengah sepuluh, maka Langit berniat jalan-jalan sebentar sebelum balik ke rumah. Tujuan Langit mampir ke tempat biasa, yakni Pantai Savarna.
Seperti yang sudah-sudah, Langit membeli jajanan setibanya di sana. Ia membawa jajanan itu ke dermaga dan menikmatinya sambil memandangi keindahan laut. Permukaan laut berkilauan oleh cahaya yang terpancar dari matahari.
Langit ke sini bukan tanpa alasan. Bukan sekadar mengisi waktu karena jenuh bila harus pulang ke rumah sekarang. Ia sebetulnya sedang mengalami sesuatu yang disebut "galau". Cowok itu memikirkan Misa.
Seraya menggigit kentang goreng, Langit menatap lurus hamparan biru di depannya. "Misa suka gue juga apa enggak, ya?"
Langit takut. Ia takut terlalu berharap pada cewek yang ia taksir itu. Mereka sudah dekat sejak berbulan-bulan lalu, sampai mengubah sebutan untuk masing-masing yang awalnya "lo-gue" jadi "aku-kamu" sesuai keinginan Misa.
Mendengar kabar tentang Misa yang tak pernah menerima cinta orang lain bikin nyali Langit ciut seciut-ciutnya. Di sisi pertama, ia ingin mengutarakan perasaannya. Di lain sisi, dia takut Misa menolak dan berakhir menjauhinya, lalu mereka tak akrab lagi.
Ia lalu menengadah ke langit dan berucap, "Tuhan, kalau Misa jodoh Langit, dekatkanlah. Kalau enggak, gapapa jauhin aja tapi jangan jauh-jauh banget."
Debur ombak mengiring Langit yang menuturkan harapannya. Ia menyedot minuman segar dan mendesah panjang. Langit termenung lagi sambil menilik lekat-lekat air laut.
Ia melihat jelas ada dua ekor lumba-lumba hampir menyembul ke permukaan. Mereka menyelam lagi sampai wujudnya tak terlihat. Pemandangan tersebut bikin Langit mengkhayal tentang satu makhluk laut.
"Ya Tuhan, kalau bukan Misa, putri duyung juga boleh. Tapi jangan dugong." Langit menyeplos santai.
Kali ini bukan cuma deburan ombak yang menyambut ucapan Langit, tapi juga gemuruh di langit.
Lelaki itu lanjut makan sampai semua jajanannya habis. Langit memeriksa jam di ponsel, menunjukkan pukul sebelas lewat lima belas menit. Terik matahari menyengat kulitnya yang tak terlindung hoodie.
Namun, tak lama dari itu, matahari redup karena terhalang awan kelabu. Sesegera mungkin Langit menyelamatkan diri sebelum diserbu hujan. Ia pulang karena tidak tau ingin berkelana ke mana lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakaraja
Short StoryCerita ringan tentang Langit dan kawan-kawan di masa remaja. Baca kisah ini sama dengan masuk ke dunia mereka di beberapa tahun lalu sebelum bangsa dugong menyerang. 𝗦𝗛𝗔𝗞𝗔𝗥𝗔𝗝𝗔 𝑟𝑎𝑑𝑒𝑥𝑛 𝟸𝟶𝟸𝟷 ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ 𝗛𝗜𝗚𝗛𝗘𝗦𝗧 𝗥𝗔𝗡...