Bunda baru kembali sehabis mengurus butik, langsung menguras tenaga lagi untuk memberi ceramah pada Ragas dan Bintang.
Langit duduk santai di sofa seberang sembari menyedot susu kotak rasa stroberi. Dia menahan senyum melihat dua kakaknya dimarahi akibat kelakuan nakal mereka di sekolah.
Bintang akan mendapat omelan juga di rumahnya nanti. Jadi, dia dipastikan kenyang menerima omelan ganda.
"Ayah harus tau kamu kelakuannya begini, Gas." Bunda berkata.
Ragas yang awalnya menunduk, dalam sekejap dia langsung menengadah. "Jangan, Bun. Nanti Ayah enggak konsentrasi kerja."
"Kamu, sih. Sering banget kamu lakuin sesuatu yang bikin guru marah," tutur Bunda yang saat kesal masih bisa bicaranya lembut, tanpa harus keras-keras ke anak.
Hari ini Ragas dan Bintang kena 3 kasus.
1. Rambut panjang untuk ukuran lelaki, tidak sesuai peraturan sekolah.
2. Tidak mengerjakan tugas Matematika yang padahal diberi tenggat waktu seminggu.
3. Membuat pertandingan Futsal di luar izin pihak sekolah.
"Maaf, Bunda. Agas usahain enggak ulang lagi." Ragas berkata sambil menunduk dalam.
Bintang ikutan, "Iya, Tante. Maafin Bintang udah bikin Tante kesel."
Langit memasang tampang seolah ia tidak percaya akan omongan kakak-kakaknya tersebut.
Kira-kira ekspresi Langit seperti ini:
Bunda tak memberi tanggapan akan perkataan mereka. Ia beralih merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya yang berdering. Tanpa pikir lama, Bunda segera menerima panggilan dari orang itu.
"Iya, Yuri." Bunda membuka percakapan.
"Mampus," gumam Bintang spontan. Yuri adalah ibunya.
Obrolan Bunda dengan Yuri tidak lama. Usai percakapan berakhir, Bunda meminta Bintang pulang sesuai pesan Yuri. Maka, Bintang memenuhi perintah itu dan pamitan ke semua orang di rumah ini.
Derum motor Bintang terdengar keluar dari pekarangan rumah, dan makin lama suaranya menjauh lalu hilang. Kepergian Bintang membuat Ragas jauh lebih resah karena akan menghadapi Bunda sendirian. Langit tak mungkin membantu, yang ada dia menjadi kompor.
"Bentar lagi lulus. Kelakuan enggak berubah," celetuk Langit.
Ragas memberi pelototan pada adiknya yang sengaja memanas-manasi keadaan. Dari tatapan itu seakan ia bicara, "Diem, Ngit! Nanti ceramah Bunda makin panjang."
"Tuh, denger adik kamu, Agas." Bunda memapar.
Alhasil Ragas buang napas panjang. Ia mengangguk samar tanpa protes apapun. Langit memang selalu lebih unggul darinya. Langit nyaris tidak pernah mendapat kasus di sekolah. Langit rajin, pintar, langganan juara, patuh pada peraturan, sopan, dan menjadi kesayangan banyak guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakaraja
Cerita PendekCerita ringan tentang Langit dan kawan-kawan di masa remaja. Baca kisah ini sama dengan masuk ke dunia mereka di beberapa tahun lalu sebelum bangsa dugong menyerang. 𝗦𝗛𝗔𝗞𝗔𝗥𝗔𝗝𝗔 𝑟𝑎𝑑𝑒𝑥𝑛 𝟸𝟶𝟸𝟷 ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ 𝗛𝗜𝗚𝗛𝗘𝗦𝗧 𝗥𝗔𝗡...