Masih dihari yang sama sekitar pukul 17.00 WIB, aku duduk diteras rumah. Tidak lama bunda menyusul.
"kak, Aydel dibawa kerumah sakit tadi." Kata bundaku. Aku sontak terkaget.
"astghfirullah, bunda tau dari mana?" tanyaku.
"tadi siang ga lama kakak pulang dari rumah dia, mamanya lewat. Trus bunda tanya mau kemana. Jawab mamanya mau bawa Aydel kerumah sakit." Jawab bundaku.
"rumah sakit mana?" tanyaku lagi.
"RS. Bersama katanya tadi." Jawab bundaku.
"semoga baik-baik aja ya bun." Ucapku.
"pasti kak."
Sekarang yang mendung bukan hanya lagit tapi juga hatiku. Dari kemarin aku terlalu khawatir dengan Aydel, apalagi setelah melihat kondisinya yang benar-benar lemah.
~
Aydel tidak masuk lagi kesekolah hari ini. Dan guru semakin mempertanyakan keadaannya. Bukan hanya aku tampaknya mereka juga khawatir. Aku menjelaskan bagaimana kondisinya Aydel saat ini dan guru memakluminya dan berdoa yang terbaik. Selama kelas berlangsung ada perasaan yang tidak aku mengerti. Gelisah, takut, dan cemas. Hari ini aku sangat tidak fokus belajar. Sudah beberapa kali aku ditegur akibat melamun terus.
Sepulang sekolah, aku menuju rumah dan masuk melalui pintu samping. Tidak kuduga bundaku sudah menunggu kepulanganku dan berdiri di depan pintu. Dan yang lebih aneh lagi, tiba-tiba bundaku mengelus kepalaku dengan raut wajah sedih.
"kak yang sabar ya doain." Ucap bundaku sambil mengelus kepalaku.
"sabar apa? Doain apa?" tanyaku heran.
"kemarin kan Aydel masuk rumah sakit, terus sekarang dia ga sadarkan diri kak, dia butuh beberapa kantong darah. Mamanya datang kesini tadi, ngasih tau ini." Meskipun mama Aydel jarang kesini, tapi bundaku dan mamanya akrab karena kami.
Aku menatap wajah bundaku penuh harap. Berharap bahwa ini hanya bercandaan seperti yang dilakukan Aydel biasanya.
"bunda serius?" tanyaku dengan suara gemetar.
Bundaku langsung memelukku erat. Tangisku pecah. Aku sudah tidak kuat menahan tangis ini. Aku tidak sanggup mendengar bahwa sahabatku kritis. Aku tidak bisa menjenguknya kerumah sakit sebab Aydel dibawa kerumah sakit yang menjadi rujukan rumah sakit sebelumnya. Jaraknya cukup jauh. Aku membenci kenyataan ini. Bahwa ada yang lebih menyayangi dia dibanding aku. Tapi aku juga hanya manusia bukan dewa. Semoga kau bahagia ya, Del.
Satu hari mood ku hancur berantakan. Hanya Aydel, Aydel, dan Aydel yang ada dipikiranku. Bagaimana kondisi dia saat ini, apakah sudah sadar atau belum, dan kekhawatiran yang lainnya.
~
Besoknya Aydel masih tidak masuk ke kelas. Aku berusaha untuk menjadi baik-baik saja. Berharap hari ini ada berita baik dari bundaku nanti. Aku juga sudah mulai bercanda dengan teman lainnya seperti biasa. Hingga jam istirahat tiba.
" ting ting ting waktu istiratah telah tiba ting ting ting" bel berbunyi dengan keras dan anak-anak seketika berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju kantin, kelas sebelah menemui teman atau crushnya. Sedang aku, hanya duduk di koridor kelas diselingi canda tawa dengan teman kelasku.
"MERRRRRRRRRRR" Teriak Caca dari seberang kelas. Caca adalah temanku dari kelas lain. kelasnya berseberangan dari kelasku. Aku bingung mengapa dia teriak begini. Hingga teman sekelasku memalingkan pandangannya kepada perempuan Batak ini.
"apa?" tanyaku.
"AYDELLLLLL. KATA BU RATNAA AYDEL UDAH GA ADA." Ucapnya sekali lagi.
Aku terdiam. Tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Kini pandangan tertuju padaku. Tidak lama bu Ratna datang dan mengatakan hal yang sama padaku.
"Mer, sabar ya nak." Kata bu Ratna hangat dengan mengelus pipiku.
Aku masuk ke kelas dan duduk dikursiku. Aku masih terpaku. Ini tidak mungkin pikirku. Aku menundukkan kepala dan menutup mata lalu membukanya kembali berharap ini adalah mimpi.
Tangisku sudah tidak dapat dibendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. Tidak peduli seberapa jeleknya aku saat itu. Perasaanku hancur, duniaku seketika menghilang. Teman-teman coba menghibur dan menenangkanku, tapi gagal. Aku terus meratapi kepergian Aydel. Bahkan ketika jam pelajaran berlangsung, aku tertunduk lesu.
Saat jam istirahat kedua, aku mulai tenang. Aku bisa tersenyum. Lalu salah satu guru PKS masuk kekelas dan memberi tahukan bahwa kami satu kelas untuk tidak langsung pulang melainkan melayat terlebih dahulu kerumah Aydel. Karena aku tetangganya Aydel maka aku juga sebagai petunjuk jalan. Rasanya sudah lebih tenang. Aku juga tidak pulang kerumah tapi langsung kerumah Aydel.
Sesampainya dirumah Aydel, sudah terpasang tenda hijau dan ramai orang berkumpul. Terlihat juga ayah Aydel duduk di depan rumahnya. Beliau menyambut kami masuk, tersirat kesedihan yang mendalam diwajahnya. Ketika aku melangkahkan kaki masuk kerumahnya. Dadaku sesak, detak jantungku sudah tidak terkontrol, kakiku lemas, aku langsung terjatuh bersimpuh di depan jenazah Aydel. Mama Aydel yang berada di samping jenazah anaknya semakin histeris melihat kehadiranku.
Tidak adalagi yang bisa ku lakukan selain menangis. Aku terus memanggil namanya berharap dia bisa mendengar dan merespon panggilanku. Tapi nihil. Kini tubuhnya terbujur kaku tertutupkan kain panjang diatas tempat tidur. Seperti tahu aku akan datang, bundaku duduk tepat disampingku langsung memelukku erat.
"Aydel bunnn, Aydelll bun." Ucapku berulang kali. Bundaku menenangkanku dengan memelukku erat.
Kini bukan hanya hariku, tapi duniaku juga seakan runtuh seketika. Bahkan ini tidak pernah terbayang olehku. Dia bukan hanya malaikat kecil orang tuanya, tapi juga malaikat kecilku. Jenazahnya dibawa ke kamar mandi untuk dimandikan. Setelah itu, dibawa kembali ke ruang tengah untuk dikafani. Sebelum kain kafan menutup tubuhnya secara sempurna, pihak keluarga diberikan kesempatan terakhir untuk melihat dan menciumnya. Termasuk aku. Tapi ragaku tidak sanggup untuk mendekat. Aku terlalu takut kala itu.
Dia terlihat sangat cantik. Tidak ada yang berubah sama sekali. Kini raganya sudah bersama yang paling mencintainya. Dikisahku Aydel pergi tepat di Selasa, 12 Agustus 2015. Miss u so much Del.
Dear Aydel,
Thanks for coming in my life. Kau ngajarin banyak hal samaku, Del. Maaf jika aku terlalu pengecut untuk memberikkan ciuman atau setidaknya peluk hangat yang terakhir untukmu. Sekarang kau udah sama yang lebih menyayangimu. Aku berharap kau bahagia disana ya. aku ga tau Del, gimana setelah ini tanpamu. Apa aku bakal baik-baik aja atau gak. Maaf waktu itu aku ga percaya samamu. Lagian kau sih suka bercanda yang bahaya. Sekarang dipanggil bener kan kau sama Allah. Kalau disana jangan bercanda begini lagi ya... nanti kau langsung di slepet sama Allah gimana. Wkwkw.
Aku kangen main kerumahmu, sok dewasa pake acara segala mengalah demi Daniel, kangen beli molen sama kacang rebus di sabtuan, kangen selfie pakek B612, kangen semuanya. Baik-baik ya Del, tunggu aku disana. Minta ke Allah tempat terbaik untukku nanti ya. See u soon, I love u so muchhh.
Selamat 19 tahun tahun 5 bulan 10 hari Aydel.
Tertanda,
Mer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merkurius & Bentala
Teen FictionSebagian besar cerita ini diadaptasi dari kisah nyata. Banyak hal yang tidak bisa kuungkapkan, maka lebih baik kutuang dalam bentuk cerita. Kisah ini bermula dari tahun 2013. Aku tidak berharap banyak. Aku hanya sekedar menulis tanpa maksud apa-apa...