Prikkkkkkk

22 3 0
                                    

Aku tidak menyangka kalimat itu keluar dari Ben. Rasanya ingin menangis. Bukan karena menyinggung perasaanku, tetapi karena kalimat itu sama dengan kalimat yang dilontarkan Aydel padaku ketika pertama kali berkenalan.

"kok diem? Gua salah ngomong?" tanya Ben bingung.

"gak kok" jawabku.

"btw baswe, suara lu kek pernah denger. Tapi ga tau dimana." Ucap Bentala

Mampus cemana ini, kalo dia inget mau ditarok mana mukaku ini. Ya Allah plis selamatkan hamba. Gumamku.

"suaraku limited edition" jawabku.

"justru itu, makanya gua bilang kek pernah denger." Sahut Ben.

Sialan.

"guys yuk pulang" ajakku pada teman yang lain.

"ntarlah Mer, ngadem dulu. Capek ni." Jawab Caca.

"lu ada kerjaan, keknya buru-buru banget." Kata Ben.

Asli ya ini orang ngebacot banget. Ada aja yang ditanya, sksd banget heran. ga ditanggepin ga sopan, ditanggepin ntar banyak nanyak.

"nggak juga, cuman ga nyaman aja." Kataku.

"karena?" tanyanya.

"kau!" jawabku singkat, padat, jelas, akurat, dan pasti.

"HAHAHAHA"

Sial dia malah tertawa. Bukannya tersinggung atau apa, laki-laki ini malah tertawa puas. Rasanya kali ini seperti senjata makan tuan. Dasar prik.

"kenapa ketawa?" tanyaku bingung.

"lucu" jawabnya singkat.

"aku ga ngelawak" kali ini aku benar-benar kesal.

"bukan kata-kata lu." Ucapnya.

"terus apaan?" tanyaku lagi.

"lu."

"....." (kicep) tapi harus tetap santai menghadapi keadaan ini. Harus tenang. Tarik nafas, buang. Meskipun aku kaku kayak kanebo kering, aku tetaplah perempuan biasa yang juga mudah luluh hatinya.

"ngang ngong ngang ngong" kataku.

Bentala hanya tertawa melihatku. Tak ingin kejadian terulang lagi, aku pergi meninggalkan Ben, menuju gerombolan Caca.

"kawan kau tu sksd kali, ngeselin." Ucapku pada Caca.

"loh kenapa? dia baik kok." Kata Caca.

"mana ada, dasar bocah prik." Jawabku.

Kurang lebih 30 menit kami beristirahat di pondok tersebut. lalu kami bergegas pulang menuju rumah masing-masing. Sesampainya dirumah, aku berganti baju dan duduk diteras sambil menatap langit. Aku membawa secarik kertas dan pulpen. Aku mulai menulis.

Kepada langit biru nan jauh disana. Kutitip salam rindu lewat kepakan sayap burung berharap sampai atau setidaknya menyangkut di awan-awan. Bisakah kau katakan padanya aku merindukannya. Berhari-hari lalu Kau merenggutnya dariku. Tapi kini, sepertinya Kau "menciptakan" sosok itu lagi. Dia datang dengan hangat yang sama, kalimat yang sama, tapi orang yang berbeda. Kenapa?

Aku tersadar. Anjir apa ini. Ngapain nulis ini. Kuremuk kertas itu, tapi tidak kubuang. Ini bukan soal isinya. Tapi masa aku membuang karya yang emejing ini.

"woiii"

Teriakan seseorang dari balik-balik bunga. Tidak lama, muncul wujudnya. Lama-lama aku bisa kena serangan jantung ini.

"tau dari mana kau rumahku?" tanyaku.

"udah kau kau ngegas pula" jawabnya.

"mau apa kesini?" tanyaku lagi.

"kenapa? de javu lu ya? hahahahhaa" dia tertawa begitu keras. Sedangkan aku malu tidak karuan.

"sialan, gini ya kan dah kubilang itu ga sengaja. Kalau kau ga nyaman sori ya. dan kalo gada yang penting lagi boleh pulang" ucapku.

"kau lagi kau lagi heran. better lu gua ga sih? Dan gua juga biasa aja. Temenan?" sahutnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

"hah?" aku bingung.

"hah heh hah heh" sahutnya dan menarik kelingkingku.

"okey. Gitu aja gua pulang." Katanya lagi.

Aku terdiam. Tidak ada perlawanan atau penolakan dari diriku. wooilah ini kenapa sih anjir. Ngapain pake iya aja lagi. Lagian tu orang juga kenapa sih. Ya allah.  

~

Hari hari berlalu. Kini masa SMP telah usai dan selesai. Tidak ada lagi rok biru, kaos kaki yang sengaja dipendekin, mengutip uang kas, persoalan cinta-cintaan dengan Daniel yang tak ingin ku ingat lagi dan semua yang terjadi di SMP.Dari up and down, anjaii. Pokoknya dari segala patah dan tumbuh yang silih berganti, sampailah pada penghujung waktu kelas 3 SMP. Hari perpisahan. Nothing special guys. Kata sambutan, acara hiburan, pembagian penghargaan kelas, dan rangkaian acara lainnya. Aku hanya melihat dari kejauhan. Dan ya jangan tanya lagi siapa yang menjadi juara kelas nya tentu saja aku. WAKAKAKA. Bukan sombong tapi ini adalah kenyataan yang harus kalian hadapi. Kini rok abu-abu sudah menanti. Kira-kira gimana ya ...

*mau pamer aja kwkwk. btw, ini adalah aku didunia nyata. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merkurius & BentalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang