Selepas kepergian Aydel, aku menjalani hari demi hari dengan kesepian. Butuh waktu yang cukup lama untuk berbaur dengan teman yang lainnya. Beberapa kali, Aydel kerap datang ke mimpiku hanya sekedar memberikan senyuman manisnya padaku. Aku benar-benar merindukannya. Bahkan hingga saat ini.
Bunda juga sering memperhatikan dan kadang bertanya aku sedang kenapa. aku tahu kalau bunda sebenarnya tahu aku kesepian tanpa Aydel. sesekali beliau memberi saran. Bahwa semua yang datang akan pergi, semua yang bernyawa akan mati. Kita ga bisa berhenti cuman karena satu hal. Kita harus bisa berjalan bagaimana semestinya. Bunda benar. Hidup terus berjalan meskipun tidak sesuai keinginan kita. Mungkin ada sesuatu yang sudah menunggu kita diujung sana, jadi kita harus bersiap untuk kejutan itu.
Seperti biasa sore hari aku menyiram bunga. Setelah selesai, aku menyiram jalanan depan rumahku yang kebetulan penuh dengan abu. Jadi aku menyiramnya setidaknya mengurangi abu yang beterbangan. Aku juga berbincang dengan wawak yang tengah lewat dengan sepeda tuanya sambil bercanda. Dari arah yang berlawanan datang laki-laki dengan perawakan tinggi, kulit yang lumayan putih, memakai baju kaos putih, celana pendek, dan sepatu olahraga. Dari setelan yang dipakai terlihat dia akan jogging sore.
Lalu, aku tersenyum kepadanya. Bukan karena aku ingin tebar pesona. Karena ya tidak mungkin saja aku langsung memasang muka masam. Tapi sialnya dia hanya tersenyum tipis bahkan terkesan seperti terpaksa.
"anjim bisa-bisanya dia senyum kek gitu, sedangkan aku senyum selebar badanku. Tapi dia kek gitu. Sumpah ga bakal lagi aku senyum sama makhluk kek gitu. Lagian dia anak mana kok bisa disini. Ga pernah liat." Pekikku setelah ia berlalu.
~
Dua hari setelah kejadian itu, aku menyapu halaman belakang rumah karena baru saja dipangkas rumputnya. Dan sialnya laki-laki itu kembali lewat. Sepertinya dia baru selesai jogging, terlihat dari bajunya yang sudah diselimuti keringat. Ngapain lewat lagi sih, mampus buang mukak ajalah. Aku langsung buang muka ketika dia lewat. Siapa suruh orang senyum ikhlas dibalas kek gitu emang enak.
Besoknya ketika disekolah, aku iseng membuka ponsel temanku bermerek Blackberry. Zaman itu Blackberry tipe Gemini sangatlah terkenal.
"Karin aku pinjem hp mu ya, liat liat aja." Kataku.
"yoi" jawabnya.
Aku mulai berselencar diponsel miliknya. Scroll sana scroll sini. Damn. Aku mendapati sesuatu yang tak terduga. Kontak laki-laki itu. aku tahu karena profil kontaknya adalah foto laki-laki itu.
" kau kenal sama dia?" tanyaku ke Karin.
"kenallah, dia pernah nembak sepupuku tapi ga diterima." Jawab Karin.
"kok bisa?" tanyaku lagi.
"iya pas pulak sepupuku lagi deket sama orang yaudah gamungkinlah diterimanya." Kata Karin lagi.
"ooo sadboy rupanya." Ucapku.
Didalam bio laki-laki itu tertera bacaan:
Off dan 082223456789
Wahhh mantep ni bisa dikerjain gumamku dalam hati. Aku mencatat nomor itu. sesampainya dirumah, aku langsung merealisasikan rencana yang telah kususun dengan rapi. Aku menelpon nomor itu menggunakan ponsel bundaku.
"bun kakak pinjam hpnya ya... mau nelpon si caca jadi ga ngerjain pr bareng." kataku.
"okee" jawab bunda.
(suara nada telepon yang tersambung)
"halo ini caca kan, gimana jadi kerjain pr bareng?" tanyaku.
"...." Tidak ada jawaban dan langsung ditutup teleponku.
"HAHAHAHAH" Aku tertawa geli. Tanpa beban dan pikiran aku kembali menelpon laki-laki itu.
"halo ca, tega kali kau langsung matikan. Aku mau nanya, jadi ga jadi ngerjain pr bareng." Tanyaku.
"maaf salah sambung." Jawab suara dari seberang telepon.
"tut....tut..tut..." lagi dan lagi teleponnya dimatikan. Gatau kenapa aku ngakak kali sebenernya ga lucu, tapi ini seru banget. Aku sangat menikmati ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merkurius & Bentala
Teen FictionSebagian besar cerita ini diadaptasi dari kisah nyata. Banyak hal yang tidak bisa kuungkapkan, maka lebih baik kutuang dalam bentuk cerita. Kisah ini bermula dari tahun 2013. Aku tidak berharap banyak. Aku hanya sekedar menulis tanpa maksud apa-apa...