"Mm..," kubuka perlahan mataku dan ternyata aku terbangun di kamarku. Mungkin tadi aku terlalu cape nangis sampe ketiduran.
Baru ingin bangun dari kasur, hingga aku sadar ada tangan yang memelukku dari belakang. Aku pun langsung membalikkan badanku dan balas memeluk sosok laki-laki yang kukenal jelas aromanya. Abang.
"Jelek. Nggak peka. Suka seenaknya sendiri. Egois. Jahat," kataku dengan memainkan wajah abang dengan usilnya.
Seperti tahu apa yang barusan kuucapkan, pelukan abang semakin di per erat.
"Bangun abang ihhh, berat!!!," omelku dengan mendorong abang menjauh sekuat tenaga. Tapi pelukan abang masih tak terlepas.
"Jangan pernah bilang kamu bakal pergi dari abang. Janji?," kata abang dengan mata yang masih tertutup.
"Iya iyaa. Banguunnnn!!!,"
Abang pun langsung membuka matanya dan melepaskan pelukannya. Mencium pipiku. Lalu pergi setelah puas menciumi ku.
"Love you dek," katanya sebelum benar - benar pergi dari kamarku.
Setelah abang keluar ku buku ponsel ku yang dari tadi berkedip menandakan ada notifikasi baru dan ternyata ada beberapa sms.
From : Dino
I love you, my LilyFrom : Daddy
Ayah denger kamu berantem sama Kevin, ada apa?From : Dino *lagi*
Jangan ngehindar lagi, please! Sepulang kuliah, aku tunggu di cafe. See you tomorrowAku memutuskan untuk membalas sms dari ayah aja bahwa aku dan abang baik - baik aja. Sedangkan sms dari Dino kuabaikan.
---
Keesokan harinya aku pun menjalani masa kuliahku seperti biasa hingga kelas terakhir. Namun tiba-tiba di aula utama terjadi keributan entah karena apa. Karena penasaran aku pun masuk untuk mencari tahu, setelah melihat apa yang ada di dalamnya aku langsung melenggang pergi tidak tertarik karena ternyata keributan itu karena Dino memainkan violin nya. Damn, kenapa dia tebar pesona disini?
"Nggak tertarik liat?," tanya seorang perempuan yang terlihat lebih muda dariku.
"Nggak sama sekali," jawabku sebelum pergi meninggalkannya yang ikut menikmati alunan violin yang dimainkan Dino.
Karena kelasku yang sudah berakhir semua aku pun langsung berjalan menuju mobilku yang letaknya cukup jauh karena hari ini datangku cukup siang. Ya, memang aku putri pemilik kampus, tapi aku nggak tertarik buat di kasih space khusus buat mobilku.
"Hey," sapa salah seorang temanku.
"Hi, Tim," dia teman satu jurusanku. Timothy. Kami tidak terlalu akrab, but I know him. Putra dari salah satu orang terkaya di Inggris yang berkecimpung juga dalam dunia bisnis, sama seperti Hollary Group.
"Kamu satu-satu nya cewe yang mau pulang saat ini. Yang lain, sibuk di aula," katanya sedikit terkekeh.
"Aku nggak tertarik," jawabku singkat.
"Wow, bahkan seorang Aldino Leonard nggak ada apa - apa nya di mata Lily Hollary," jawabnya lagi.
"She is my girlfriend," jawab seseorang yang tiba-tiba datang dan memelukku seenaknya membuat mata Timothy dan teman-temannya seakan mau keluar. Siapa lagi kalo bukan Dino.
Tanpa memperpanjang percakapanku dengan Timothy, Dino langsung menarikku ke mobilnya yang tak jauh dari tempatku ngobrol barusan.
"Gue bawa mobil sendiri, Din. Gue nggak butuh lo nganterin gue," kataku saat Dino sudah menjalankan mobilnya keluar gerbang Hollary University.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Love Be...
RomanceAku melakukan segalanya bersamanya. Dialah orang yang pertama kali mengajakku keluar dari rumah untuk bermain. Dialah orang pertama yang menjadi teman sebangkuku. Orang yang pertama kali menggenggam tanganku. Orang yang pertama kali menjadi sahabatk...