Keesokan paginya kulihat abang dengan baju santainya dan sarapan yang tadi di buat di rumah udah siap di meja sehingga bau yang sedap memenuhi kamarku.
"Udah bangun, cantik?," tanyanya dengan senyumannya yang selalu membuatku nyaman. Aku hanya mengangguk saat abang mulai berjalan ke arahku
"Ngerasa baikan?," aku mengangguk lagi. Abang mengecup keningku dan memelukku erat.
"Syukurlah," ucapnya.
Tak kulihat ada keberadaan Dino di kamar ini. Dia kemana?
"Abang, Dino mana?," abang langsung melepaskan pelukannya dan menatapku kesal.
"Dino mulu," gerutunya. Lucu. Hehe
"Dia lagi ada urusan," tambahnya masih dengan bibir manyunnya.
"Abang nggak ke London?,"
"Kamu mau abang pergi?," aku menggeleng pelan.
"Trus?,"
"Abang kan perlu cari gaun pengantin sama Emily trus foto prewed,"
"Oohhh.... itu. Abang udah bilangin ke designer disana buatin beberapa contoh gaun buat Emily. Nanti sesampainya abang di London tinggal coba. Foto prewed kan nggak butuh waktu lama, dek. Makanya kamu cepet sembuh dong,"
Aku nggak ngejawab apa-apa karena ngerasa ini salahku kenapa abang masih disini bukannya di London sama Emily.
"Makan yuk, dek," ajak abang.
"Nanti aja, belum laper. Semalem aku udah makan sebelum tidur. Abang kemana semalem?,"
"Kamu bukannya seneng berduaan sama Dino kalo abang nggak ada?," sindirnya dengan nada jahilnya.
"Abang bilang nggak akan ninggalin aku sebelum aku tidur, tapi nggak ada disini begitu aku bangun," jawabku lirih.
Abang langsung terbisu dengan jawabanku.
"Dek, itu...,"
"Nggak papa kok, aku nggak marah," sahutku dengan senyum yang tulus.
Abang langsung membawakan beberapa makanan kesukaanku untukku makan. Abang tetap kekeuh memaksaku makan walaupun aku udah nolak, dan aku cuma bisa pasrah.
"Good girl," katanya ketika aku memakan makanan yang disuapkan abang.
"Aku mau pulang," kataku lirih. Abang menghembuskan nafas berat mendengar ucapanku.
"Semakin lama aku disini, aku ngerasa makin sakit. Ngeliat abang disini karena aku, aku jadi selalu mikir kalo ini semua salah Lily. Abang seharusnya...,"
"Stop that, Ly!," sahut abang dengan dinginnya yang membuatku otomatis terdiam. Mataku terasa panas dan ingin rasanya menangis, tapi aku nggak mau ngelakuin itu di depan abang. Perlahan penglihatanku memudar dan menggelap.
--
Mataku terasa berat untuk membuka, tapi aku bisa mendengar samar-samar suara di sekelilingku. Aku pasti pingsan lagi.
"Pulanglah ke London, aku bakal jagain Lily disini sampe dia sembuh," itu pasti Dino. Ngedenger suaranya aja bikin kangen. Aku pengen ngebuka mata, tapi kenapa begitu susah?
"Dia adek gue ya Din, nggak usah ngatur-ngatur gue!,"
Perlahan tapi pasti kelopak mataku mau terbuka dan menerima cahaya-cahaya di ruangan yang menjadi kamarku beberapa hari terakhir. Ku cari asal kedua suara tersebut dan kudapati abang yang begitu marah sedangkan Dino yang tak mau kalah. Ini semua nggak akan terjadi kalo aku nggak bikin masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Love Be...
RomanceAku melakukan segalanya bersamanya. Dialah orang yang pertama kali mengajakku keluar dari rumah untuk bermain. Dialah orang pertama yang menjadi teman sebangkuku. Orang yang pertama kali menggenggam tanganku. Orang yang pertama kali menjadi sahabatk...