Entah bagaimana, ada masalah, ada sesuatu masalah, dan itu sedang terdengar dari dalam kepala Cale.
"Cale Henituse."
Ada suara familiar sedang berbicara dikepalanya, ini bukanlah Glutton, melainkan dewa kematian. Cale mengeratkan pelukannya pada Yoen-ha yang sedang tertidur dengan posisi duduk.
'Apa yang kau inginkan?
"Aku ingin kau menyelamatkan sesuatu."
Cale mengerutkan keningnya. Menyelamatkan sesuatu? Apaan? Dan juga, Cale Henituse memang berhutang janji kepada dewa kematian, namun bukan berarti dia harus melakukan semua perintahnya kan?
Lagipula janji untuk menstabilkan dunia yang akan sekarat dimasa depan karena para penjahat itu sangatlah berat.
'Kenapa aku harus melakukannya?'
"Aku hanya ingin kau membantunya terlepas saja, tidak ada yang lain."
'Memangnya apa yang kau ingin aku selamatkan?'
"Seekor naga."
UHUK--
'Serius?'
Naga? Apakah dewa kematian baru saja mengatakan 'Seekor NAGA'?? Cale tiba-tiba merinding. Apa-apaan? Kenapa DIA harus menyelamatkan seekor naga yang adalah ras makhluk terkuat setelah para dewa?
Memangnya apa yang terjadi pada sang naga sampai butuh bantuan manusia seperti dirinya??
Dewa kematian diam sejenak sebelum memberikan alasan yang membuat Cale tertarik.
"Seharusnya dia akan mati ditangan Choi Han."
Apa?
'Choi Han?'
"Benar, sebelum kau beregresi, naga muda yang sudah disiksa selama ini oleh manusia mengamuk dan akan menghancurkan desa, Choi Han segera melawan naga yang sudah tidak terkontrol dan membunuhnya."
"..."
'Jadi kau ingin aku menyelamatkan salah satu calon korban dari Choi Han? Dan juga-- apa maksudmu dia disiksa oleh manusia? Manusia gila mana yang menyiksa seekor naga?? Aku bersumpah bahwa dia benar-benar tidak punya otak.'
"Benar, untuk orangnya akan ku beritahu saat kau sudah setuju, selain itu, kau bisa menyuruh naga muda yang kau bebaskan untuk ikut denganmu kan? Kau bisa lebih terbantu untuk mengalahkan Arm."
Apa-apaan!?
Cale membelalakkan matanya sebelum mengerutkan kening dalam-dalam tanda bahwa dia tidak menyukai apa yang dia dengar.
'Kau ingin aku membawa naga yang akan ku tolong? kau menyuruhku untuk MENYURUH naga itu?! Apa kau tidak waras!? Mana mau!'
Seakan sudah mengetahui apa respon Cale, Dewa kematian menambah alasan agar Cale tidak bisa menolaknya.
"Ada seseorang yang menanti naga muda itu selama ini, dia sudah menantinya cukup lama. Apa kau tega membuat orang yang menanti naga muda itu untuk kembali menunggu tanpa tau yang ditunggu sebenarnya sudah mati?"
Itu sukses membuat Cale terdiam.
Menanti sang naga muda cukup lama.. apakah ITU yang dimaksud adalah orang tuanya naga muda itu? Jika benar maka kenapa orang itu tidak menyelamatkan naga muda itu sendiri?
Tapi yang lebih penting..
'Sejak kapan kau peduli pada hal seperti simpati?' Ini lah bagian yang membuat Cale bingung. Dewa kematian, yang sudah jelas dari namanya mengurusi kematian manusia maupun makhluk hidup lainnya yang ada dibawahnya.
Dewa kematian adalah dewa yang dikenal tidak pilih kasih seperti dewa matahari yang memberikan berkah pada orang-orang tertentu saja, karena 'Kematian' itu adil.
Semua makhluk yang hidup akan mati.
Itu adalah hukum alam.
Karena itu lah 'Kematian' itu sangat adil karena mencakup segala ras maupun umur tanpa membeda-bedakan.
Kasus Cale tentu saja berbeda, dia berhubungan dengan dewa kematian adalah karena mereka saling membutuhkan. Cale membutuhkan dunia ini kembali sebelum kehancuran dan membuatnya stabil agar dia bisa menikmati waktu damai bersama keluarga kecilnya.
Sementara dewa kematian menggunakan Cale Henituse sebagai penerima Wahyu, atau malah sebagai pion yang mewakili untuk membuat dunia ini kembali aman karena dewa tidak bisa secara langsung ikut campur.
Hubungan keduanya adalah mutualisme.
(Walau Dewa kematian masih bingung kenapa manusia bernama Cale Henituse ini rela menanggung beban berat seperti ini cuma agar bisa menikmati waktu bersama keluarga kecilnya.)Namun yang tidak Cale ketahui adalah dewa kematian sedikit tertarik dengan Cale karena Cale rela mengorbankan segalanya demi bersama keluarga kecilnya, bahkan nyawa pun dia rela. Itu menandakan jika Cale Henituse adalah orang yang sangat menghargai hubungan.
'Itu mudah dikendalikan.' Dewa kematian bisa memanfaatkan Cale.
Dewa kematian sudah melihat catatan Cale sejak lahir sampai dia mati(sebelum beregresi), karena itulah Dewa kematian tau jika Cale Henituse yang dianggap sebagai sampah masyarakat tersebut adalah berlian di antara para manusia lainnya.
'Manusia begitu bodoh sudah mengejeknya.'
Manusia yang menyebut orang lain sebagai sampah belum tentu lebih baik dari yang dia sebut sebagai sampah.
Melihat Cale sedang bimbang, Dewa kematian membuat serangan terakhir. Dan dia sangat yakin bahwa tanpa pikir panjang Cale akan langsung menyetujuinya.
"Cale Henituse, jika kau melakukannya, maka aku akan mempercepat agar kekasihmu itu bisa ke dunia ini, mungkin bersama putramu juga."
'Setuju! Dan apa maksudmu putra? Aku punya seorang putra?'
"Tanyalah kepada putrimu, jadi karena kau sudah setuju, aku akan memberi tau identitas orang yang harus kau hancurkan dan membantu sebisaku tanpa terlalu banyak terlibat ke dunia."
'Kau bisa memberitahuku setelah aku mengamankan Yoen-ha dulu.'
".. ya."
Cale segera bergerak untuk mengambil kalung dari sakunya saat melihat kode anak-anak kucing yang bertugas menjaga jendela. Cale mengubah posisi Yoen-ha menjadi lebih nyaman dan memasang kan kalung yang segera aktif dan Yoen-ha yang masih tidur menjadi tak terlihat.
Saat itu juga Hilsman muncul dari jendela.
"Tuan muda, percayakan pada kami, kami akan mengurus mereka." Ucapnya dengan percaya diri. Cale hanya mengibas tangannya. "Cepat urus mereka."
"Hahahaha, serahkan semua barang-barang kalian dan kami tidak akan melukai kalian!"
Suara bandit yang berada didepan sana membuat Cale menggaruk telinganya dengan jari kelingking. Dia bisa mendengar suara Hans dan kedua anak kucing yang ada didalam kereta bersamanya.
"Mereka akan jadi bubur karena sudah mencari lawan yang salah." Hans memadanng ekspresi canggung saat dia mengintip dari jendela, dia melihat ke arah bandit-bandit yang sedang tertawa percaya diri dan Hilsman yang sudah melepaskan sarung pedangnya bersama ksatria lainnya.
'Nyonya Violan secara khusus memilihkan semua ksatria terkuat untuk pergi bersama Tuan muda Cale.'
Mereka akan jadi bubur.
Hans yakin akan hal itu.
Sementara kedua anak kucing menyeringai. "Bodoh nyaa~" "Bodoh sekali~"
Cale segera melepaskan kalung sihir dan melihat jika Yoen-ha baru membuka matanya. Cale segera menepuk kepala Yoen-ha lalu mengelus rambut merah yang persis seperti miliknya.
"Papa..?"
"Yoen-ha, tidurlah lagi. Perjalanan masih panjang."
Yoen-ha menurut dan mengabaikan jeritan 'Aaahhh!' dari luar kereta. Dia yakin itu suara orang sedang kesakitan, sayangnya dia sudah pw dan malas untuk menanyai Papanya soal itu.
'Mari kita tidur kembali, bayi butuh banyak tidur untuk tumbuh.'
😴