- Bab Pertama

15 6 0
                                    

Suatu hari di negeri yang jauh dari peradaban, tinggal seorang anak perempuan dengan keluarganya. Mereka hidup bahagia sampai sang ayah memutuskan pergi dan keluarganya tercerai-berai. Katanya sudah tidak kuat, anak perempuan yang menyukai alunan lagu dan sedikit keras kepala itu menginginkan keluarganya kembali utuh, tetapi sulit baginya untuk terwujud. Setiap kali saat hendak tidur, sang anak perempuan berharap bertemu seorang peri pengabul keinginan, agar ia dapat meminta hal apa pun agar keluarganya kembali seperti biasanya.

Pagi buta, saat sang anak perempuan pulang sekolah, bertemulah ia dengan anak laki-laki berpakaian lusuh, gigi yang tak rata dan sedikit rambut pada kepalanya. "Kau dapat surat?" dia bertanya sembari tangannya merogoh sesuatu dalam tas. "Surat dari masa depan!"

Anak perempuan itu tidak mengenalinya, sampai ia mencoba tidak peduli dan berlalu begitu saja. Nyatanya, anak perempuan itu berpikir terlalu keras tentang siapa anak tadi, sampai tak sadar sudah melangkah jauh dari rumah menuju rumah tua. Ingin kembali tetapi rasanya berat, dia sebal akhirnya menendang satu kaleng bekas hingga mengarah pada satu kotak pos berkarat, membuatnya terjatuh dan tampaklah isinya berbagai macam surat.

Anak perempuan itu mengambil salah satunya, penasaran dan membukanya. Sulit dipercaya, surat itu berisi namanya. Dari siapakah? Dia menyimpannya dalam tas, membereskan yang terjatuh kemudian pergi dari tempat tersebut.

Semalaman dengan hujan sang anak perempuan berpikir dua kali tentang suratnya yang berisi ajakan untuk bertualang. Tidak ada petunjuk apa pun, tidak ada buku atau nama pengirim.

'Kamu dapat suratnya?' Kata-kata itu tiba-tiba muncul dalam kepala, akhirnya sang anak perempuan itu tahu apa yang perlu dilakukan. Bergegaslah dia tidur, kembali berharap peri datang membuat permohonannya terkabul.

Keesokan harinya, anak perempuan itu mendapati tubuhnya berpindah tempat dari kasurnya, dan menemukan dirinya terbaring di bawah pohon ek raksasa. Dari kejauhan juga tampak sebuah kastel raksasa, kerajaan megah yang selama ini sering dilihatnya dalam film, hunian para putri yang berdansa dan pangeran yang menunggangi kuda putih.

Satu orang anak lelaki duduk tak jauh dari sana, mengamatinya dengan heran.

"Kau?" Nampaknya sang anak perempuan mengenalinya.

"Kita datang dari dunia yang sama, bukan?" Anak lelaki tersebut tersenyum, berjalan mendekati anak perempuan itu dan mengulurkan tangan. "Maukah kau menjadi temanku untuk bertualang?"

"Aku datang karena sebuah ajakan dalam surat," jawab sang anak perempuan selepas membalas uluran tangannya.

"Kenapa kau menerimanya?"

"Karena aku ingin dewasa." Anak perempuan itu ikut tersenyum. "Sepertinya aku sudah tersesat terlalu jauh, aku tak tahu caranya untuk pulang."

"Bagaimana jika kita bertualang saja? Akan kutunjukkan tempat menarik yang belum pernah ditemui." Anak lelaki itu mengusap tangannya antusias. "Menaiki kereta menuju negeri cokelat, bertemu putri kejujuran, bertemu duyung baik hati, eh? Kau mau?"

"Tempat yang akan kukunjungi mungkin jauh ..." Anak perempuan itu melipat kedua tangannya di dada. "Mungkin akan menambah sulit menemukan jalan pulang."

"Tapi kau sudah datang dari negeri jauh, kita sama dan berdua itu lebih baik." Anak laki-laki itu menunjuk dirinya sendiri. "Sama sepertiku, kau pasti tidak takut untuk bertualang, bukan? Menemukan hal baru adalah keinginanmu. Jadi, ayo kita mulai."

"Apa kau yakin?"

Anak laki-laki itu mengangguk, menarik tangan sang anak perempuan untuk diajaknya berlari menjauh dari tempatnya tadi. "Ayo kita mulai sekarang!"[]

513

Trouvaille: Meify and The Mysterious BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang