Bagian Dua: The Adventure:

15 5 0
                                    

Padang Rumput, Pohon Ek Raksasa, dan Troll

Getting lost isn't always creepy. You can experience the adventure of the exciting way home!
Latry

DAPAT DIRASA tubuhku tertidur di atas rerumputan yang lembut, angin kencang sesekali menampar wajah, harum bunga semerbak tercium, dan terik mentari membuat silau. Aku terbangun dengan sengaja, padahal tertidur di sini nyaman sekali!

Lebih dari itu, teringat tadi Gaza menggendong tubuhku dan melompat masuk ke dalam buku yang terbuka---di perpustakaan tua, dengan gadis kecil bernama Lyola. Setelahnya, aku merasa sudah tertidur selama semalaman kemudian terbangun di tempat ini----padang rumput yang luas, beberapa petak terdapat bunga, dan panas dari matahari begitu menyilaukan mata. Tempat ini berangin kencang, sepi, dan tak terlihat ada rumah-rumah penduduk.

Aku berdiri, menepuk-nepuk rok, dan kembali mengedarkan pandangan. Di mana Gaza? Padahal tadi kami pergi bersama. Sebelum itu, ini di mana? Apakah ini dunia dalam buku yang kubuka? Tidak, lebih tepatnya, dipilih? Sudah jam berapa sekarang?

Apakah aku dapat kembali?

Sepertinya belum bisa. Aku belum menjelajah dan mengetahui aku di mana, aku belum bertemu dengan Gaza, mau berteriak seperti orang gila pun pasti takkan kembali dengan mudah.

Aku mulai melangkah, berjalan perlahan. Entah nanti sampainya di mana, yang pasti aku tidak mungkin berdiam diri di tempat sampai Gaza menemukanku, atau bahkan Gaza pergi lebih dulu dan aku tertinggal. Bagaimana aku makan? Bagaimana aku tidur? Dapat dipastikan, di sini akan sangat dingin pada malam hari.

Sejauh mata memandang, akhirnya kutemukan satu pohon ek raksasa—tinggi dan besar, maka dari itu spontan aku menyebutnya 'raksasa'. Tidak heran jika sekarang juga ditemukan bunga-bunga berukuran besar, aku seperti semut jika mendekati pohon ek itu. Rasanya ingin kembali, karena mungkin itu berbahaya. Bagaimana jika terdapat orang-orang bertubuh tinggi setinggi pohon ek raksasa itu yang suka makan manusia kecil sepertiku? Misalnya para raksasa dalam film BFG, raksasa yang jahat. Bagaimana jika ada tumbuhan yang memakan manusia dan haus darah? Bertemu serangga berukuran besar? Ke mana aku harus berlari?

Namun, saat aku benar-benar ingin melangkah pergi untuk berbelok arah, mataku menemukan sesosok laki-laki tertidur di bawah pohon ek tersebut. Dia memakai mantel hitam dan celana bahan panjang, membawa tas selempang—milikku.

"Gaza!" Aku berteriak, membuat gema. Saking antusiasnya, aku malah berlari cepat, seolah tidak peduli jika nanti akan ada tumbuhan beracun atau serangga yang memakanku hidup-hidup.

Laki-laki itu masih tidak berkutik----tertidur pulas di atas rerumputan sebelah akar kayu pohon ek yang teramat besar. Dan aku, butuh waktu sekitar lima menit untuk berlari secepat kilat, padahal jika aku setinggi pohon beringin, mungkin hanya menghabiskan empat sampai enam langkah kaki.

"Gaza?" Aku terduduk di sebelahnya, mengatur napas. "Gaza ...."

Dia mulai menggeliat. "Ehm."

"Gaza," sahutku sekali lagi, sampai anak itu---Gaza, membuka matanya dan mengambil posisi duduk. Dia memegangi kepalanya, menatapku seakan aku adalah orang asing, sampai-sampai Gaza terlonjak bangun.

"Meify?"

"Kita di mana?" tanyaku, langsung menuju poin.

Dia mengerutkan alis. Tentu saja, orang baru bangun tidur langsung dihadiahi pertanyaan, 'kita di mana?' itu cukup aneh. Terlebih, mungkin Gaza juga menyadari bahwa dia sedang tidak tertidur di dalam kamarnya, di atas kasur empuk yang nyaman tanpa gangguan sinar matahari langsung dan permukaan yang keras.

Trouvaille: Meify and The Mysterious BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang