Hubungan

2.8K 386 51
                                    

Trang! Trang! Trang!

“Ish, kau makan bisa anggun sedikit tidak sih?”

Hinata mendelikkan matanya pada Ino. Wanita itu adalah seorang wartawan seperti Hinata. Tapi, mereka berasal dari perusahaan berbeda.

“Biarkan saja dia. Pasti sedang kepanasan melihat jaksa Uzumaki bersama kekasihnya,” ucap Kiba.

Trang!

Ino dan Kiba ternganga melihat kelakuan Hinata. Pasalnya, gadis ini memakan dengan sangat tidak sopan dimana ia terus memukulkan sumpitnya ke mangkuk stainless steel yang tentunya akan membuat suara nyaring.

“Aw! Kenapa kau mencubitku?!” tanya Hinata tidak rela tangannya dicubit dengan kecang oleh Ino.

“Semua orang melihat kemari. Jangan berbuat macam-macam.”

Dengusan pun terdengar dari mulut Hinata. Satu-satunya orang yang ingin ia ambil perhatiannya adalah Naruto. Tapi, pemuda itu malah bermesraan dengan Sara.

Bayangkan saja, di hadapan Hinata sekarang, Naruto sedang menggenggam tangan Sara sambil mengelusnya. Meskipun jarak mereka dipisahkan dengan beberapa meja. Namun, mata elang Hinata bisa melihatnya dengan jelas.

“Lagipula, kenapa kau marah? Jaksa Uzumaki dan Sara itu kan sepasang kekasih. Aku dengar-dengar, hubungan mereka sangat intim.”

Mata Hinata menatap nyalang Ino. “Apa maksudnya intim?!”

“Ya.. kau tau? Jika ada jaksa Uzumaki, pasti ada Sara di sana. Mereka selalu kepergok pulang bersama, bergandengan tangan, berpelukan. Bahkan, aku dengar jika mereka akan segera menikah.”

What the hell?! No way!

“Kau saja yang aneh menyukai orang yang sudah memiliki kekasih,” timpal Kiba. “Setauku, banyak lelaki yang suka padamu. Tapi, kau bagaikan anjing yang terus mengekori pantat Uzumaki.”

Hinata tersenyum aneh dan menatap kedua temannya itu. “Belum menikah, maka, jalur hijau masih terbentang.”

.
.
.

Duduk di depan layar komputer, kali ini Hinata bekerja di kantornya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah waktunya ia pulang setelah seharian menyelesaikan deadline untuk hari ini.

Berjalan gontai menyusuri gelapnya malam, kepala Hinata ingin pecah rasanya. Dikarenakan sebentar lagi pemilu, banyak berita yang harus ia buat.

Ah.. sepertinya minum beer kaleng enak.

Memasuki sebuah minimarket, Hinata pun membeli sekaleng beer yang terjual di sana. Beruntung, di luar tempat itu terdapat meja kursi yang bisa dipakai oleh para pengunjung.

Hinata duduk termenung. Ia sudah lama tidak bertemu orang tuanya. Mereka terakhir bertemu ketika kelulusan Hanabi, yaitu dua tahun lalu. 

Orang tuanya memang bekerja di luar negeri. Sedangkan, ia yang awalnya tinggal bersama Hanabi harus tinggal sendiri karena adiknya itu ikut bersama orang tuanya. Semenjak itu, Hinata membeli sebuah unit apartemen dekat kantornya dan hidup sendiri.

“Wow, wanita gila bisa melamun rupanya.”

Mendengar ucapan itu, tubuh Hinata pun tersentak dan langsung melihat si pelaku. Sangat tidak sopan sekali mengatakan seorang wanita secantik dirinya gila.

“E-eh?! Naruto-kun?”

Naruto menggeleng tidak percaya melihat Hinata. Wanita itu terlihat kacau dengan muka yang lelah.

Sedangkan, mata Hinata tidak kuasa untuk menahan tatapannya. Ia melihat Naruto dari atas hingga bawah karena pria itu mengenakan baju casual yang membuat Hinata semakin terpana. Biasanya, ia hanya melihat Naruto mengenakan setelan jas saja.

My Crazy Fiancée [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang