Semenjak resmi menjadi seorang mahasiswa, Awen harus rela bangun pagi karena jadwal kelasnya semester ini kebanyakan kelas pagi. Bagi seseorang yang jarang beraktivitas di pagi hari seperti Awen, buat sekadar bangun saja membutuhkan effort yang luar biasa.
Jadi, Awen sangat berterimakasih pada teman-teman satu kostnya, Riu dan Ameera, yang mau repot-repot bangunin dia setiap pagi.
"Udah mau berangkat?" Tanya Ameera yang lagi bikin roti panggang di dapur saat melihat Awen yang baru turun dari lantai dua.
"Iya, tau gak sih gue masih iri sama departemen lo!" Ucap Awen sembari mengobrak-abrik rak sepatu didekat tangga.
Ameera hanya tertawa pelan. "Cuma satu semester dong kok, Wen, semester depan lo bisa milih jadwal sendiri, tahan ya!"
"Hueeeee gue ngantuk banget,"
"Gue bikinin kopi mau? Atau mau sekalian sarapan dulu?"
"Gak usah deh keburu telat, gue beli aja ntar di minimarket kalo sempet."
"Ok deh,"
Setelah menemukan sepatu kesayangannya yang akan ia gunakan hari ini, Awen pamit pada Ameera dan penghuni kost lainnya yang lagi nongkrong didepan rumah. Jarak dari kostan sebenernya deket sih tapi jaraknya nanggung gitu, mau pesen ojek online pun bimbang karena jaraknya gak nyampe satu kilometer tapi mau jalan juga mager. Tapi karena ia ingat ini masih awal bulan jadi harus sedikit berhemat, Awen mutusin buat jalan kakinya sekalian olahraga pagi biar gak terlalu ngantuk nanti di kelas.
Tepat sebelum menyebrang masuk ke area kampus, Awen menyempatkan diri untuk beli kopi di minimarket karena masih ada waktu sekitar 15 menit sebelum kelas dimulai. Baru aja dia masuk ke dalam minimarket, ada seseorang yang membuatnya ingin balik badan dan keluar lagi dari minimarket tapi nanggung keburu dipanggil.
"Ayang!"
"Apaan ayang-ayang, gue bukan pacar lo!"
"Belum kali, Wen, hehehe"
Jacob benar-benar se-annoying itu dan Awen harus bersabar menghadapi cowok seperti Jacob. Awen mengabaikan Jacob dan langsung berjalan menuju deretan lemari pendingin di bagian pojok minimarket.
"Ayang mau beli apa?"
"Lo pikir aja gue disini mau beli apa?"
"Jangan ngopi mulu, Wen, perut lo kembung ntar mending--"
"Mending lo yang diem deh!"
"Ayang--"
"Sekali lagi lo manggil gue pake sebutan itu, gue tonjok lo!"
"Ayang galak amat, eh ampunnnn!"
Beneran mau ditonjok tapi Jacob keburu dibawa sama temen-temennya sebelum minimarket makin ricuh kalau sampai Awen beneran nonjok dia gara-gara dipanggil 'ayang' sama Jacob, karena walaupun badannya mungil jika dibandingkan dengan Jacob namun jangan salah mungil-mungil gini juga dia punya sabuk hitam taekwondo. Kebayang bakal se heboh apa orang-orang kalau dia beneran ngehajar Jacob barusan. Setelah orang-orang itu pergi, baru Awen bisa mengambil satu kaleng kopi latte lalu menuju kasir buat bayar kopinya.
Baru saja ia bernafas lega, lagi-lagi ia melihat sosok lain sedang mengantri didepan kasir. Kali ini Awen memilih pura-pura tidak melihat sementara pemuda itu sudah cengar-cengir menyambut kehadirannya.
"Santai aja, gue bakalan diem kali ini."
"Bagus, gak usah liat kearah gue. Ngantri aja yang bener,"
"Wen--"
"Lalalalalala gak kenal" balasnya sambil terus melihat kearah lain. Sebisa mungkin ia mengabaikan keberadaan Genta.