"apa yang kamu lakukan disini?!"
"harusnya kamu tidak keluar malam Kia."
"bagaimana bisa kamu disini?"
"aku menemukan café ini secara tidak sengaja dan aku menyukai menunya apa kau menyukainya."
"RAFAEL!!!" Kia sebal, marah, sedih, senang entahlah perasaannya campur aduk. Ia senang bertemu pria ini lagi setelah lima tahun lamanya. Sedih karena mengingat hubungan mereka yang lalu. Marah karena dengan seenak jidatnya pria yang sialan tampan ini mencoba untuk memasuki dunianya. Dunia yang telah susah payah ia bangun tanpa dirinya didalamnya. Dan sebal karena entah mengapa pertanyaannya selalu di jawab dengan hal random oleh pria itu.
Pria itu menatapnya sejenak kemudian tertawa kencang hingga mengundang tatapan dari orang-orang yang duduk di sekitar mereka.
"why are you here? What are you doing here?" tanya Kia sekali lagi saat merasa pria itu sudah puas tertawa dan orang-orang sudah tak menatap mereka lagi.
"what else, to take what's mine of course" tatapan pria itu tak meninggalkannya saat mengatakan hal itu memberikan reaksi yang seharusnya tidak Kia rasakan lagi. Dulu, dulu sekali lima tahun yang lalu saat mereka masih bersama Kia akan merasa senang dan bangga saat lelaki itu menyatakan kepemilikannya atas dirinya. Namun setelah meninggalkannya Kia sadar bahwa tidak ada yang perlu di banggakan sebagai salah satu jalang milik laki-laki yang tengah duduk di hadapannya sekarang. Mungkin satu-satunya hal yang dapat membedakannya dengan Wanita jalang milik Rafael yang lain adalah laki-laki ini membiarkannya berda di dekatnya, tinggal di rumahnya membuatnya berada di dalam ilusi bahwa dia adalah nyonya besar Hayes. Tetapi ia hanyalah orang yang di biarkan Rafael berada disana untuk mengisisnya sementara sebelum posisi itu di gantikan oleh yang lain, pemiliknya yang sesungguhnya. Wanita yang nanti akan di cintai pria itu dimana bukan Kiara lah Wanita itu.
"then quickly take what's yours and return to your country, El" balas Kiara mulai berang, ia ingin cepat pulang Kembali ke rumahnya. Otaknya sekarang bahkan tengah membayangkan ke dua anaknya yang pasti sedang menunggu dongeng pengantar tidur mereka sekarang.
"then, ikutlah dengan ku Kia pulang denganku ke rumah." Wanita itu memijit pangkal hidungnya dengan jari jemarinya yang lentik. Tidak habis pikir dengan pikiran Rafael. Apa pria ini sudah gila? Lalu bagaimana dengan Wanita yang waktu itu menamparnya. Ck... dia tidak suka berbagi di tambah lagi apa yang nanti akan terjadi dengannya jika Kiara Kembali ketempat itu. Menjelma menjadi selir Rafael setelah bertahun-tahun menduduki singgasana ratu. Tururn jabatan? yang benar saja mau di taruh dimana wajahnya. Lebih baik dia disini bersama putra dan putrinya lalu membangun kerajaan mereka sendiri tanpa raja tentu saja.
"aku memang akan pulang ke rumah El sebelum kamu yang entah datang dari mana membuat drama picisan di pinggir jalan." Bisisk kiara dengan mata melotot tajam menatap Rafael yang duduk dengan tenang di posisinya.
Fuck bila dingat-ingat lagi, saat mereka berpelukan tadi banyak orang yang mengabadikan moment itu. Tidak tau mereka mengambil foto atau video entah apa kejadian itu akan masuk tv atau bahkan koran besok pagi. Tapi sepertinya Kiara dapat tidur nyeyak sekarang karena pastinya si brengsek ini tidak akan membiarkan media meliputnya takut si jalang itu mengetahuinya.
"orang-orang pasti akan menyukainya Kia apalagi pemeran utamanya adalah kita berdua kau cantik dan aku tampan." Balas lelaki itu.
Rafael dan kepercayaan dirinya. Menurut Kiara Rafael itu sempurna sampai ia menunjukkan sisinya yang ini. Memalukan.
"tentu saja aku cantik aku ini Kiara Princessa Angel jika kau lupa ada banyak pria yang rela berlutut padaku bahkan hal itu masih berlaku sampai sekarang." Ucap kiara setelah melihat seorang pria yang secara tidak sengaja menatapnya. Tatapan yang selalu ia dapatkan dari kaum Rafael jika melihatnya terpana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Possession
RomanceKami bertemu dengan tidak sengaja. Entah kebetulan atau permainan takdir. Awalnya kupikir dia adalah seseorang yang dikirim tuhan untuk membenahi hidupku yang hancur. Aku yang bahkan tidak berani berharap, seseorang yang putus asa. Aku menyerah un...