[side story] Ayah dan Anak Bungsu

7.6K 821 448
                                    

Prof Na be like :apa? mau jd anak sy jg?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prof Na be like :
apa? mau jd anak sy jg?

Happy Reading



"BOEENNDD!"


Ctak!!


"Aduh!!"

Anak itu mengerang sembari memegangi kepalanya saat dia tiba-tiba disentil dengan jari, hanya jari sih tapi... itu jari ayahnya.

Hehe...

"Ayah ih!" Juno mendengus.

Sementara kepala keluarga Na tampak berdiri di dekat meja makan sebelum duduk, melirik putra bungsunya dengan datar khas dirinya.

"Duduk dan jangan berisik." Ayahnya yang galak.

"Siapa juga yang berisik, orang cuma nyapa!" Juno mendengus, lagi, hingga kemudian dia menarik kursi hingga menimbulkan bunyi nyaring dan segera duduk di atasnya.

Kemudian tanpa diduga, Juno membeku ketika matanya tak sengaja bertemu dengan kakak sulungnya yang duduk di seberang. Na Jeno terlihat duduk dengan tenang sembari menatapnya datar namun tajam, lebih tajam dari tatapan ayahnya.

"Ku bilang jangan menarik kursi seperti itu."

Suara Na Jeno yang dalam dan rendah, membuat Juno merinding. Seperti dia berhadapan dengan malaikat kematian.

Si bungsu berdeham, memperbaiki postur duduknya. "Iya kak..."

Ini lucu, Na Juno sepertinya lebih takut dengan kakak sulungnya daripada ayahnya yang psikopat itu. Kalian tahu sendiri, Juno masih suka menimpali atau membalas kalimat ayahnya. Tapi dengan Jeno, dia benar-benar tunduk dan tidak berani membantah.

Memang kekuatan anak sulung...

Entahlah, Juno kadang merasa kakak sulungnya tidak ada ramah-ramahnya, berbeda dengan ayahnya yang terkadang masih bisa tertawa dan bercanda meski candaannya sangat garing khas bapak-bapak kompleks, bahkan dark jokes-nya sering membuat Juno heran.

Hm, Juno... kau tidak tahu saja ayahmu yang dulu.

"Apa sih kalian ini, masih pagi udah gelut."

Seorang yang ditunggu-tunggu datang menyela, membawa nampan berisi beberapa menu makanan, dibantu dua humanoid di belakangnya. Na Jeha menyajikan kopi untuk suaminya lebih dulu, buatan tangan, tentu saja.

"Pagi bun," Juno nyengir.

"Pagi Juno," Jeha tersenyum lembut, kemudian mengusap pucuk kepala anak bungsunya.

"Bunda cantik."

Na Jeha mendengus geli ketika Juno merayunya— yahh bukan hal baru sih, anak itu suka sekali merayu dan memujinya. Mungkin dia words of affirmation.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What If [Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang